0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5K tayangan1 halaman

Budaya Politik Partisipatif Indonesia 1999-2025

Indonesia memiliki budaya politik partisipatif sejak Reformasi 1998 yang menghapus rezim otoriter dan memungkinkan partisipasi politik warga negara melalui pemilihan umum bebas dengan banyak partai politik. Reformasi juga mendesentralisasikan kekuasaan ke pemerintah daerah. Meskipun demokrasi terus berkembang, tantangan seperti pelanggaran HAM masih ada.

Diunggah oleh

obbyfc25
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5K tayangan1 halaman

Budaya Politik Partisipatif Indonesia 1999-2025

Indonesia memiliki budaya politik partisipatif sejak Reformasi 1998 yang menghapus rezim otoriter dan memungkinkan partisipasi politik warga negara melalui pemilihan umum bebas dengan banyak partai politik. Reformasi juga mendesentralisasikan kekuasaan ke pemerintah daerah. Meskipun demokrasi terus berkembang, tantangan seperti pelanggaran HAM masih ada.

Diunggah oleh

obbyfc25
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd

Berdasarkan kategori budaya politik Almond dan Powell, Indonesia selama periode 1999 hingga

sekarang dapat dikategorikan memiliki budaya politik partisipatif. Budaya politik jenis ini ditandai
dengan partisipasi aktif warga negara dalam politik, termasuk memberikan suara, bergabung dengan
partai politik, dan terlibat dalam diskusi dan perdebatan politik[3].

Setelah jatuhnya rezim otoriter pada tahun 1998, Indonesia memasuki era demokrasi baru yang
dikenal sebagai era Reformasi. Selama periode ini, partai-partai politik mulai bermunculan, dan tidak
ada lagi satu partai dominan yang memenangkan setiap pemilihan umum[1][2]. Reformasi 1998
menyebabkan perubahan di berbagai lembaga pemerintahan Indonesia, termasuk struktur yudikatif,
legislatif, dan eksekutif[1].

Salah satu perubahan paling signifikan selama periode ini adalah diperkenalkannya lingkungan
politik-sosial yang lebih terbuka dan peningkatan ekonomi akar rumput[1]. Reformasi juga mengarah
pada desentralisasi kekuasaan, dengan lebih banyak otonomi yang diberikan kepada pemerintah
daerah[3].

Pada pemilihan umum 1999, warga negara dapat memilih partai politik dan bukannya kandidat
perorangan, yang menyebabkan munculnya banyak partai politik baru[3]. Budaya politik partisipatif
ini terus membentuk demokrasi Indonesia pada tahun-tahun sejak Reformasi, dengan warga negara
yang secara aktif terlibat dalam politik dan berpartisipasi dalam pemilihan umum[4]. Namun,
tantangan tetap ada, termasuk pembatasan kebebasan sipil, pelanggaran hak asasi manusia, dan
korupsi[4].

Kutipan:

[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Post-Suharto_era_in_Indonesia

[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi_Indonesia_(1998%E2%80%93sekarang)

[3] https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/politik/reformasi/item181

[4] https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/05/20/24-tahun-pasca-reformasi-demokrasi-
indonesia-masih-rentan

[5] https://www.uii.ac.id/pasca-reformasi-konstitusi-indonesia-banyak-berubah/

[6] https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/sejarah-peristiwa-mei-1998-titik-nol-
reformasi-indonesia

Anda mungkin juga menyukai