0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan277 halaman

2001817809

Diunggah oleh

Sarjonah Marka
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1K tayangan277 halaman

2001817809

Diunggah oleh

Sarjonah Marka
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd

Pembangunan

Ekonomi

Dr. Mulyaningsih, [Link]


PEMBANGUNAN EKONOMI

Penulis:
Dr. Mulyaningsih, [Link]

ISBN: 978-602-50828-1-8

Editor:
Nina Kania, [Link]

Penyunting:
Desi Destrianingsih, SE

Desain Sampul dan Tata letak:


Devsev Desain

Penerbit:
CV KIMFA MANDIRI

Redaksi:
Jl. Ciapus RT 001 RW 006 Desa Ciapus
Kec Banjaran Kab Bandung 40377
No Tlp: 022 – 88883057 / 082217220165-081220816826
Fax: -
Email: kimfamandiriks@[Link]
KATA PENGANTAR

Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang


terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses
demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan
pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka
panjang.
Pembangunan Ekonomi bergantung dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth) dimana pembangunan ekonomi mendorong dalam
tumbuhnya ekonomi dan sebaliknya pula, ekonomi memperlancar
dalam proses pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi juga merupakan suatu proses
perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Pembangunan sektor ekonomi daerah adalah suatu proses yang
mencakup pembentukan institusi – institusi baru, pembangunan
industri – industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada
untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi
pasar – pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan
perusahaan – perusahaan baru, dimana kesemuanya ini merupakan
tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang
kerja untuk masyarakat di daerah.

Bandung, April 2019

Penulis

Pembangunan Ekonomi iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................... iii


DAFTAR ISI.......................................................................................iv

BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB II
PERTUMBUHAN EKONOMI.................................................................. 10
BAB III
PEREKONOMIAN DUNIA....................................................................... 84
BAB IV
PEMBANGUNAN EKONOMI.............................................................. 129
BAB V
ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DAN PEMBANGUNAN
ADMINISTRASI ...................................................................................... 183

DAFTAR PUSTAKA......................................................................265
DAFTAR PUSTAKA......................................................................268

iv Dr. Mulyaningsih, [Link]


BAB I

PENDAHULUAN

Perhatian Terhadap Pembangunan Ekonomi


Pembangunan ekonomi bukanlah sebuah topik baru dalam ilmu
ekonomi, Adam Smith misalnya, telah menyinggung berbagai aspek
tentang pembangunan ekonomi dalam karya fenomenalnya yang
berjudul The Welth Of Nations. Akan lebih tepat jika kita mengatakan
bahwa analisis tentang masalah pembangunan yang dilakukan oleh
para ekonom sekarang ini merupakan suatu “kebangkitan kembali”
untuk memperhatikan masalah-masalah yang dianalisis oleh para
ekonom terdahulu.
Konsep Ekonomi Pembangunan tidak sama dengan
pembangunan ekonomi. Ekonomi Pembangunan adalah suatu cabang
ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi
oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara-negara
berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi.
Pembangunan Ekonomi adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakatnya, atau suatu proses yang menyebabkan pendapatan
per kapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Setiap negara
akan memusatkan perhatiannya pada pembangunan ekonomi.

Pembangunan Ekonomi 1
Pembangunan Ekonomi akan menjadi sebuah perhatian karena
akan terkait kepada beberapa masalah yang dihadapi negara yang
bersangkutan. Pembangunan ekonomi akan menjadi perhatian
karena adanya kekurangan negara dalam beberapa faktor.
Kurangnya perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi
disebabkan oleh beberapa faktor (meier & Rouch, 2000) antara lain:
1. Pertama, pada masa sebelum PD II sebagian negara sedang
berkembang (NSB) masih merupakan negara jajahan.
2. Kedua, kurangnya usaha dan perhatian dari para pemimpin
masyarakat negara-negara jajahan untuk membahas masalah-
masalah pembangunan ekonomi.
3. Ketiga, di kalangan para ekonom sendiri, perhatian dan analisis
tentang masalah pembangunan ekonomi (masalah ekonomi
jangka panjang) masih terbatas.

Bantuan dari negara-negara maju tersebut sifatnya bermacam-


macam, bantuan tersebut bentuknya antara lain bantuan teknik dan
tenaga ahli, bahan makanan, obat-obatan dan lain-lain. Pemikiran di
atas tidak terlepas dari konsep pembangunan.
Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem
penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional, adapun
tujuan nasional Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea keempat,
yakni: “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic

2 Dr. Mulyaningsih, [Link]


growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi,
dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter
dan berkembang menjadi krisis ekonomi serta berbagai krisis
lainnya yang berpengaruh pada multi kehidupan salah satunya
adalah kemiskinan. Dampak dari krisis moneter atau krisis ekonomi
tersebut, penyebabnya adalah karena terpuruknya nilai tukar rupiah
terhadap dollar. Tidak kurang sekitar 49,5 juta jiwa atau sekitar
24,2% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada saat ini hidup
di bawah garis kemiskinan.
Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan
akibat dari dampak globalisasi ternyata tidak dapat diterapkan
secara optimal pada negara berkembang dan menyebabkan
negara tersebut menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang
membesar. Pertumbuhan ekonomi justru tidak mampu mewujudkan
kesejahteraan sosial. Oleh karenanya diperlukan revisi agenda
pembangunan, yakni pembangunan sosial yang bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan. Adanya kebijakan pembangunan sangat
memegang peranan penting. Kebijakan di negara berkembang
sangat dipengaruhi berbagai faktor dan kondisi dari negara yang
bersangkutan termasuk administrasi pembangunan. Administrasi
pembangunan merupakan alat yang mampu menjelaskan secara
sistematik proses dari sebuah pembangunan.
Tanpa adanya sistem administrasi pembangunan yang baik
pembangunan tidak akan berjalan baik atau bahkan kacau. Dengan
demikian, upaya pembaruan birokrasi atau dalam bahasa lain
reformasi birokrasi adalah suatu hal yang mutlak untuk segera
dilakukan. Kelemahan utama selama ini adalah birokrasi kita yang
sangat birokratik sehingga urusan menjadi tidak efisien dan sangat
lama. Ada lima ciri administrasi yang umumnya ditemukan di negara

Pembangunan Ekonomi 3
berkembang. Pertama, pola dasar (basic pattern) administrasi publik
di Indonesia bersifat jiplakan (imitative) dari pada asli (indegenous). Di
negara-negara berkembang, baik negara yang pernah dijajah bangsa
Barat maupun tidak, cenderung meniru sistem administrasi Barat.
Negara yang pernah dijajah umumnya mengikuti pola administrasi
negara yang menjajahnya oleh sebab itu dalam pelaksanaan
pembangunan ekonomi akan selalu berdekatan dengan berbagai
kebijakan termasuk kebijakan di negara Republik Indonesia.
Implementasi kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia
dewasa ini mengalami kesenjangan antara apa yang seharusnya (das
solen) dan apa kenyataannya (das sein). Orientasi pembangunan
ekonomi Indonesia telah menyimpang dari ideal Pancasila dan
UUD 1945. Penyimpangan yang paling mencolok adalah kebijakan
pemerintah yang pro pasar daripada pro rakyat. Beberapa tahun lalu
pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
yang setelah melalui perdebatan alot di DPR, akhirnya diputuskan
bahwa BBM tetap naik tetapi diundur waktunya dalam tempo
enam bulan. Pemerintah berdalih bahwa kenaikan itu merupakan
penyesuaian terhadap harga internasional. Kenaikan harga BBM
akan menciptakan efek domino di hampir segala bidang yang secara
otomatis akan membuat beban di pundak rakyat kian berat.
Untuk menangkis kritik, pemerintah berargumentasi dengan
menyodorkan angka-angka. Menurut data statistik, tahun 2010
perekonomian nasional tumbuh 6,1%, sedangkan tahun 2011
meningkat menjadi 6,5%. Ini merupakan pencapaian tertinggi
setelah reformasi, dengan inflasi terendah pula setelah reformasi
yaitu 3,79%. Padahal, menurut Faisal Basri pola pertumbuhan
ekonomi Indonesia pasca reformasi sangat berbeda. Pertumbuhan
sektor tradeable yakni sektor pertanian, manufaktur, dan
pertambangan pada tahun 2007 hanya sebesar 2,8%, sedangkan
sektor non-tradeable (industri jasa di kota besar) tumbuh 9%.

4 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Menurutnya, hal ini akan mengakibatkan sulitnya memerangi
kemiskinan dan menekan pengangguran.
Bertolak belakang dengan temuan para pakar, pemerintah
begitu bangga dengan turunnya angka kemiskinan sebesar 0,53%
pada tahun 2011. Padahal angka tersebut merupakan angka
kemiskinan absolut, sementara kemiskinan relatif malah semakin
tinggi. Dari hasil analisis, diperoleh data bahwa 20% dari penduduk
Indonesia menguasai 48% pendapatan domestik bruto, sedangkan
mayoritas 80% menguasai 52% pendapatan domestik bruto. Artinya,
pemerataan pendapatan masih jauh dari kenyataan. Distribusi
pendapatan nasional mencerminkan seberapa besar ‘kue ekonomi’
dinikmati oleh masyarakat. Semakin pincang distribusinya, semakin
tidak berarti indikator tersebut.
Optimisme mengenai kondisi ekonomi Indonesia juga didasarkan
pada indikator pendapatan per kapita. Pemerintah mencatat
pertumbuhan pendapatan per kapita Indonesia yang terus naik. Saat
ini pendapatan per kapita penduduk Indonesia adalah 3.500 dolar
Amerika. Dengan kata lain, tingkat kemakmuran penduduk Indonesia
sudah lumayan tinggi. Namun pada kenyataannya, angka tersebut
sama sekali tidak merepresentasikan sebagian besar golongan kelas
bawah. Angka pendapatan per kapita bukanlah indikator yang bagus
untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat karena tidak
menunjukkan realitas yang sebenarnya.
Dalam perkembangannya, pemerataan pembangunan di
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Ketika demokrasi
politik bergulir pasca tumbangnya rezim Orde Baru, demokrasi
ekonomi masih mencari bentuk. Namun celakanya, pemerintahan
era reformasi masih melanjutkan tradisi ekonomi liberal/kapitalis
daripada melaksanakan amanat Pancasila dan UUD 1945. Meskipun
telah digariskan dalam Tap-Tap MPR dan UU tentang Propenas yang
berintikan gagasan populisme/kerakyatan. Ulasan-ulasan mengenai

Pembangunan Ekonomi 5
bagaimana menjalankan kebijakan pembangunan ekonomi yang
berbasis kerakyatan sudah banyak. Sebagian besar karya tersebut
lebih berorientasi praktis ketimbang teoritis.
Fahmi Radhi menyodorkan tiga strategi untuk menerapkan
kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat kecil. Pertama,
penanggulangan kemiskinan berupa pengurangan beban
pengeluaran dan peningkatan pendapatan. Kedua, memfokuskan
pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berupa penciptaan
iklim industri yang kondusif, pembentukan lembaga keuangan untuk
UMKM, dan bantuan teknis pendampingan. Ketiga, pengembangan
kawasan yakni pembangunan daerah berdasarkan potensi yang
dimiliki. Revrisond Baswir mengemukakan tujuh langkah strategis
sebagai agenda jangka panjang implementasi kebijakan ekonomi
kerakyatan.
Ketujuh langkah strategis itu adalah: pertama, penghapusan utang
luar negeri; kedua, disiplin pengelolaan keuangan negara; ketiga,
demokratisasi pengelolaan BUMN; keempat, meningkatkan
alokasi sumber penerimaan negara dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah; kelima, perlindungan hak para pekerja dan
peningkatan partisipasi pekerja dalam perusahaan; keenam,
pembatasan penguasaan dan redistribusi kepemilikan lahan
pertanian kepada petani penggarap; dan ketujuh, pembaharuan UU
koperasi dan pembentukan koperasi dalam berbagai bidang usaha
dan kegiatan. Sementara Ida Ayu Nyoman Saskara mengemukakan
tiga rekomendasi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi rakyat
yaitu kembali ke sistem ekonomi Pancasila, pendekatan institusional
yaitu sinergi antara pemerintah dan parlemen dalam menciptakan
iklim usaha yang kondusif, kepastian hukum, akses permodalan,
teknologi, dan akses pasar, serta membangun sinergi antara ekonomi
rakyat dan korporasi swasta nasional.
Dari beberapa ulasan di atas, tak satupun yang berangkat dari

6 Dr. Mulyaningsih, [Link]


analisis ekonomi-politik global. Kebijakan pemerintah seolah-olah
tak tertembus oleh eksistensi tren ekonomi dunia. Kesimpulan
yang dapat ditarik keseluruhannya bercorak ekonomi sehingga
menghasilkan rekomendasi yang menafikan peran ideologi rezim
berkuasa. Bagaimanapun juga, lingkungan eksternal merupakan
faktor penting yang turut berpengaruh pada preferensi kebijakan
domestik. Meskipun rekomendasi yang ditawarkan cukup canggih,
namun prakondisi yang mendahului rekomendasi itu diabaikan
(epifenomena). Persepsi pemerintah terhadap situasi ekonomi
internasional pada gilirannya mempengaruhi bagaimana pemerintah
menyusun prioritas kebijakan ekonomi nasional yang tentunya akan
berdampak pada masyarakat luas. Tulisan ini akan mencoba mengisi
celah kosong tersebut dengan harapan memberi cakrawala berpikir
yang lebih holistik dalam dunia tanpa sekat-sekat tradisional
sekarang ini.
Permasalahan seputar inkonsistensi kebijakan pembangunan
ekonomi Indonesia dewasa ini dan memberikan saran untuk keluar
dari permasalahan tersebut. Penyimpangan itu sudah terlalu akut
dan perlu segera dibenahi agar kesejahteraan masyarakat luas
sebagai sasaran pokok pembangunan bisa dicapai. Pembangunan
ekonomi Indonesia saat ini adalah kebijakan ekonomi yang
terlampau berorientasi keluar (outward looking) sehingga mengikis
kesadaran ekonomi berbasis kerakyatan (inward looking). Pemujaan
terhadap globalisasi ekonomi yang menuntut keterlibatan dalam
forum ekonomi multilateral serta ketertundukkan pada pasar
dunia membuat kebijakan ekonomi Indonesia tidak berpijak pada
nasionalisme ekonomi. Negara seolah-olah kehilangan tanggung
jawab untuk meratakan kesejahteraan rakyatnya. Kultur globalisme
menggantikan Pancasila sebagai ideologi yang mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan adanya isu globalisasi dan
yang akan mengarah pada revolusi industri merupakan sebuah

Pembangunan Ekonomi 7
kondisi yang tidak mudah bagi Sumber Daya Manusia Indonesia
untuk bersaing dengan negara-negara yang telah maju juga dengan
negara-negara Asia. Pada tahun 2020 negara-negara di Asia akan
mengalami kondisi yang Shock (Bacham, 2008). Dengan demikian
Indonesia perlu adanya perubahan pola pikir sebagai basic berusaha
secara profesional bagi sumber daya manusia Indonesia yang sudah
memiliki modal dasar filosofis kearifan lokal yang mampu menjadi
karakteristik budaya organisasi sharing sebagai dasar kultur untuk
menjalankan kegiatan berbangsa dan bernegara juga menjalankan
usaha bisnis di berbagai bidang serta menjalankan kegiatan di
bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya yang mendukung
pelaksanaan pembangunan ekonomi di Indonesia.
Cultural Characteristics strategic HR organization owned by
Indonesia should be able as a tool to support the implementation
of development progress through the skills measured by the
capacity of organized entrepreneurship that makes HR Indonesia
as a ‘model of sharing’ (sharing) and agent of change (Agents of
Change) of reconstruction values ​​contained in Pancasila as the
noble values ​​of the positive character of the Indonesian nation
through the results of research studies on level Sunda namely;
“sarendek saig e ul sabobot sapihane a n, silih asah silih asih
silih asuh, silih simbeuh and identity, Involvement; participate
actively, consistency is to run mission; keserempakan work, the
level of creativity. Sharing is a behavior, concepts, ideas and ways
of containing the following meanings: “share” (English: sharing)
are jointly use of resources or space. In the narrow sense refers to
the use of either a merger or an inherently limited alternatives,
we can observe the effect of human activity naturally.
(Mulyaningsih,2015)
Secara strateg i s Karakteristik Budaya organisasi yang dimiliki
SDM Indonesia harus mampu sebagai alat pendukung implementasi

8 Dr. Mulyaningsih, [Link]


kemajuan pembangunan melalui kemampuan yang terukur dengan
memiliki kapas i tas organized entrepreneurship yang menjadikan
SDM Indonesia sebagai ‘model berbagi’ (sharing) dan agent
perubahan (Age n t of Change) dari rekontruksi nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila sebagai nilai luhur dari karakter positif
yang dimi­liki bangsa Indonesia melalui hasil kajian penelitian di
tataran sunda yaitu ;“sarendek saigeul sabobot sapihanean, silih asah
silih asih silih asuh silih simbeuh serta identitas, Involvement; turut
aktif, consist e ncy yaitu untuk menjalankan mission; keserempakan
kerja, tingkat kreativitas. Berbagi adalah perilaku, konsep, pemikiran
dan cara yang mengan­dung arti sebagai berikut: “berbagi” (bahasa
inggris:sharing) adalah pemakaian secara bersama atas sumber daya
atau ruang. Dalam arti sempit merujuk pada sebuah penggabungan
penggunaan secara baik alternatif terbatas atau inheren, dapat kita
amati dalam aktivitas manusia yang berlaku secara alami.
Dengan pemikiran berbagi merupakan sikap baik atau tindakan
yang selama in i sudah terdapat di kalangan organisasi masyarakat
Indonesia, ter m asuk dalam keanggotaan masyarakat Indonesia
yang terkecil y aitu keluarga. Karakteristik Budaya organisasi SDM
Indonesia meru p akan alat bagi para pakar pendidik atau yang
menaruh perhatian terhadap pendidikan, perencana pengembangan
sumber daya manusia serta pengusaha guna mengambil keputusan
yang tepat dal a m kebijakan pengelolaan SDM secara konsisten
memanfaatkan p o tensi SDM pada pola membangun filosofi
menangkal persoalan bangsa khususnya dalam menghadapi ASIAN
Future Shock tahun 2020 dengan metode pendekatan budaya sebagai
dasar pemahama n membangun karakter manusia yang komitmen
pada prinsip t h ink globally act locally sebagai citra bangsa secara
terus menerus dan berkelanjutan ke arah perbaikan kualitas bangsa
dalam lingkaran kebijakan nasional.

Pembangunan Ekonomi 9
BAB II

PERTUMBUHAN EKONOMI

Dalam era globalisasi seperti saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan


dan teknologi sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu negara.
Identifikasi s u atu negara apakah termasuk sebagai negara maju
atau negara berkembang dapat dilihat dari kemajuan teknologi dan
hasil pembangu n annya. Suatu negara tergolong negara maju atau
negara berkemb a ng ditentukan tidak hanya dipandang dari sudut
pendapatan per kapita negara tersebut. Banyak faktor lain yang
harus dipertim b angkan seperti pertumbuhan penduduk, tingkat
kesehatan, tin g kat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi,
angka kelahiran dan kematian, angka harapan hidup dan sebagainya.

Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2011:331) “pertumbuhan ekonomi diartikan
sebagai perkem b angan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan ba r ang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah dan k emakmuran masyarakat meningkat”. Jadi
pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian d a ri suatu periode ke periode lainnya. Kemampuan
suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.
Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan
faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi

10 Dr. Mulyaningsih, [Link]


akan menambah b arang modal dan teknologi yang digunakan juga
makin berkembang. Di samping itu, tenaga kerja bertambah sebagai
akibat perkemb a ngan penduduk seiring dengan meningkatnya
pendidikan dan keterampilan mereka.
Secara umum, p e rtumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai
peningkatan ke m ampuan dari suatu perekonomian dalam
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan ekonomi
adalah salah s a tu indikator yang amat penting dalam melakukan
analisis tenta n g pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas
perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat
pada suatu periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas perekonomian
adalah suatu p r oses penggunaan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan o u tput, maka proses ini pada gilirannya akan
menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang
dimiliki oleh masyarakat (Basri, 2010), dengan adanya pertumbuhan
ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik
faktor produksi juga akan meningkat.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh
balas jasa rii l terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun
tertentu lebih besar dari pada tahun sebelumnya. Dengan kata lain
perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika pendapatan
riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan
riil masyaraka t pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi
akan dimulai d e ngan dilakukan sebuah pembangunan ekonomi.
Pembangunan ek o nomi memiliki indikator pembangunan. Ada
beberapa indikator pembangunan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi


Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam
faktor yakni faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi

Pembangunan Ekonomi 11
yang tidak lain adalah faktor produksi merupakan kekuatan utama
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Turun naiknya laju
pertumbuhan ekonomi merupakan konsekuensi dari perubahan yang
terjadi di dalam faktor produksi. Menurut Sukirno (2011:332) Ada
empat faktor produksi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,
antara lain sebagai berikut:
a. Sumber Daya Alam
Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah
sumber daya alam atau tanah. Tanah sebagaimana digunakan dalam
pertumbuhan ilmu ekonomi mencakup sumber daya alam seperti
kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral,
iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Tersedianya
sumber daya alam secara melimpah merupakan hal yang penting
bagi pertumbuhan ekonomi. Suatu daerah yang kekurangan sumber
alam tidak akan membangun dengan cepat.
b. Organisasi
Pembentukan modal ini pula yang membawa ke arah kemajuan
teknologi yang pada akhirnya membawa ke arah penghematan dalam
produksi skala luas dan juga membawa ke arah penggalian sumber
alam, industrialisasi dan ekspansi pasar yang diperlukan bagi
kemajuan ekonomi.
c. Kemajuan Teknologi
Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor penting dalam
proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan
perubahan dalam metode produksi yang merupakan hasil
pembaharuan atau hasil teknik penelitian baru. Perubahan dalam
teknologi telah menaikkan produktivitas tenaga kerja, modal dan
sektor produksi.
d. Pembagian Kerja dan Skala Produksi
Pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas.
Keduanya membawa perekonomian kerah ekonomi skala besar yang

12 Dr. Mulyaningsih, [Link]


selanjutnya membantu perkembangan industri. Perbaikan kerja
menghasilkan perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh
menjadi lebih efisien dari sebelumnya.
Faktor ekonomi bersama-sama dengan faktor non ekonomi
saling mempengaruhi kemajuan perekonomian. Oleh karena itu,
faktor non ekonomi seperti faktor sosial, budaya, dan politik juga
memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015
ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
diantaranya sebagai berikut:
a. Tingkat ketergantungan pada sektor primer
b. Peran konsumsi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi
c. Pembangunan infrastruktur
d. Kualitas sumber daya manusia
e. Tabungan masyarakat
f. Belanja pemerintah daerah

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Sukirno (2011: 335), ada beberapa teori pertumbuhan
ekonomi pemerintah menurut para ahli ekonom antara lain sebagai
berikut:
a. Teori Sollow Swan
Ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori Neo
Klasik adalah Robert Sollow dan Trevor Swan yang berkembang sejak
tahun 1950-an. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi bergantung
pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk,
tenaga kerja, akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi.
Menurut teori ini sampai dimana perekonomian akan berkembang
tergantung pada pertumbuhan penduduk, akumulasi modal dan
kemajuan teknologi.
Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan.

Pembangunan Ekonomi 13
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam
kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi modal, buruh, dan
membantu meningkatkan produktivitas. Dalam ekonomi modern
para wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil
risiko dalam ketidakpastian. Wiraswastawan bukanlah manusia
dengan kemampuan biasa. Ia memiliki kemampuan khusus untuk
bekerja dibandingkan orang lain. Menurut Schumpter, seorang
wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis. Fungsi utamanya
adalah melakukan pembaharuan (inovasi).
b. Akumulasi Modal
Modal adalah persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat
direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu,
hal ini sering disebut sebagai akumulasi modal atau pembentukan
modal. Dalam arti ini, pembentukan modal merupakan investasi
dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok
modal, output nasional, dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan
modal merupakan kunci utama meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Pembentukan modal diperlukan untuk memenuhi
permintaan penduduk di daerah tersebut. Investasi di bidang barang
modal tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga membuka
kesempatan kerja.

3. Agen Pertumbuhan
a. Pengusaha
b. Investor
c. Penabung
d. Inovator

Kegiatan tersebut membantu pertumbuhan sehingga memunculkan :


a. Kewiraswastaan
b. Peningkatan sumber pengetahuan

14 Dr. Mulyaningsih, [Link]


c. Pengembangan keterampilan produktif masyarakat
d. Peningkatan laju tabungan dan investasi

4. Rangsangan Pertumbuhan
a. Rangsangan ZERO-SUM
1) Tidak meningkatkan pendapatan nasional tetapi bersifat
upaya distributif
2) Kegiatan bukan dagang ; posisi monopolistik, kekuatan politik
& prestise sosial
3) Kegiatan dagang, tidak menambah sumber agregat
4) Kegiatan spekulatif, memboroskan sumber kewiraswastaan
yang langka
Kegiatan tabungan netto ; nilai sosial nibil / lebih rendah dari
privatnya.
b. Rangsangan POSITIVE-SUM
Menuju pada pengembangan pendapatan nasional

Dalam ekonomi terbelakang, ada pengaruh bersifat anti


perubahan yang menekan pendapatan per kapita :
a. Kegiatan usaha ZERO-SUM, pembatasan peluang ekonomi
b. Tindakan konservatif para buruh yang terorganisir menentang
perubahan
c. Perlawanan terhadap gagasan dan pengetahuan baru dan daya
tarik pengetahuan
d. Kenaikan pengeluaran konsumsi mewah pribadi/publik ; tidak
produktif
e. Pertumbuhan penduduk & Angkatan buruh.

Upaya minimum kritis mengatasi pengaruh perekonomian


terbelakang agar laju pertumbuhan ekonomi merangsang POSITIVE-
SUM menjadi lebih besar dari ZERO-SUM, sehingga pendapatan per

Pembangunan Ekonomi 15
kapita naik, tabungan & investasi naik, yaitu :
1) Ekspansi agen pertumbuhan
2) Sumbangan masyarakat terhadap per unit modal naik seiring
rasio modal output turun.
3) Berkurangnya keefektifan faktor-faktor penghambat pertumbu-
han
4) Penciptaan kondisi lingkungan dan sosial ; mobilitas ekonomi
dan sosial naik.
5) Peningkatan spesialisasi dan perkembangan sektor sekunder
dan tersier.

A. NEGARA MAJU
1. Pengertian negara maju dan berkembang
Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar
hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang
merata. Negara yang digolongkan sebagai negara maju terdapat di benua
Eropa terutama kawasan Eropa Barat serta Amerika (Utara) Misalnya
Belanda, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, dan lain-lain. Di kawasan
Asia terdapat beberapa negara maju seperti Jepang, Australia, Korea
Selatan dan Selandia Baru.

2. Indikator dalam penggolongan negara sebagai negara maju/


negara berkembang
a. Pendapatan Per kapita
Pendapatan per kapita merupakan indikator terpenting dalam
mengukur tingkat kesejahteraan rakyat suatu negara. Sebuah negara
dikatakan makmur apabila rakyatnya memiliki pendapatan per
kapita yang tinggi. Namun demikian, tingginya pendapatan per kapita
bukan penentu kemakmuran suatu negara. Meskipun negara itu
pendapatan per kapitanya tinggi, namun jika terjadi perang saudara
di dalam negara tersebut, maka tidak dapat disebut sebagai negara

16 Dr. Mulyaningsih, [Link]


makmur/sejahtera. Karena dengan adanya peperangan banyak
menimbulkan kematian, penderitaan, dan rasa tidak aman.

b. Jumlah Penduduk Miskin


Tingkat kesejahteraan rakyat suatu negara dapat dilihat dari
angka kemiskinan. Suatu negara dikatakan makmur/sejahtera
apabila rakyatnya yang hidup miskin berjumlah sedikit saja.

c. Tingkat Pengangguran
Salah satu ciri yang membedakan antara negara maju dan negara
berkembang adalah tingkat pengangguran. Di negara maju umumnya
tingkat penganggurannya rendah. Sebaliknya di negara berkembang
biasanya tingkat penganggurannya tinggi.

d. Angka Kematian Bayi dan Ibu Melahirkan


Salah satu ciri yang membedakan antara negara maju dan negara
berkembang adalah angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Di
negara maju umumnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan
rendah. Hal ini disebabkan penduduk mampu membeli makanan
yang bergizi, mampu membeli pelayanan kesehatan dan obat-obatan
yang memadai. Sebaliknya di negara berkembang angka kematian
bayi dan ibu melahirkan relatif tinggi. Hal ini disebabkan penduduk
tidak mampu membeli makanan yang bergizi, tidak mampu membeli
pelayanan kesehatan dan obat-obatan yang memadai, karena
pendapatannya rendah.

e. Angka Melek Huruf


Angka melek huruf menunjukkan jumlah penduduk yang dapat
membaca dan menulis. Suatu negara dikatakan maju apabila angka
melek hurufnya tinggi atau angka buta hurufnya rendah.

Pembangunan Ekonomi 17
3. Ciri-ciri Negara Maju dan Berkembang

Ciri-ciri negara maju


a. Sumber Daya Alam Dimanfaatkan secara Optimal
b. Dapat Mengatasi Masalah Kependudukan.
c. Tingkat dan Kualitas Hidup Masyarakat Tinggi
d. Ekspor yang Dilakukan adalah Ekspor Hasil Industri dan Jasa
e. Tercukupinya Penyediaan Fasilitas Umum
f. Kesadaran Hukum, Kesetaraan Gender, dan Penghormatan
terhadap Hak Asasi Manusia dijunjung tinggi
g. Tingkat Pendidikan Relatif Tinggi
h. Tingkat Pendapatan Penduduk Relatif Tinggi
i. Tingkat Kesehatan Sudah Baik

Permasalahan yang Sering Timbul di Negara Berkembang


dengan negara maju
Setiap negara pastilah mempunyai permasalahan, tidak mungkin
jika tidak memiliki permasalahan baik negara maju maupun negara
berkembang. Perbedaannya, negara maju lebih memiliki sedikit
permasalahan daripada negara berkembang jika dilihat dari berbagai
sisi. Apa saja permasalahan yang ada di negara berkembang? Berikut
ini adalah ulasannya masalah yang dihadapi oleh Negara Indonesia,
yaitu :
a. Penduduk
Permasalahan utama dari negara berkembang adalah
pertumbuhan penduduknya yang tidak terkendali. Hal ini akan
menyebabkan permasalahan yang cukup rumit.
b. Ekonomi
Keadaan perekonomian di negara berkembang biasanya
masih semrawut. Banyak pengangguran di negara berkembang,

18 Dr. Mulyaningsih, [Link]


penyebabnya adalah kurangnya kesempatan kerja dan juga kualitas
SDM yang masih rendah.
c. Pendidikan
Pendidikan di negara berkembang tidak merata dan masih
banyak orang yang belum mendapatkan pendidikan secara layak. Hal
ini karena kelebihan jumlah penduduk di negara berkembang.
d. Kesehatan
Fasilitas kesehatan di negara berkembang masih sangat kurang.
Hal ini juga didukung oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah
tentang menjaga kebersihan, sehingga masih banyak orang yang
sakit.
e. Infrastruktur
Biasanya negara berkembang memiliki luas wilayah yang lebih
besar daripada negara maju, namun infrastrukturnya kurang. Hal ini
karena kekurangan anggaran yang dimiliki oleh negara berkembang.
f. Hukum
Penegakan hukum di negara berkembang masih kurang.
Hal ini didukung dengan kesadaran masyarakat akan hukum itu
sendiri masih rendah, sehingga masih banyak ditemukan berbagai
permasalahan hukum.
g. Tingkat Produksi
Hasil produksi di negara berkembang masih tergolong rendah,
hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat produktivitas
yang rendah dan juga kualitas sumber daya manusia yang masih
kurang. Industrinya biasanya menggunakan tenaga manusia sehingga
kalah dengan yang menggunakan mesin.
h. Kualitas penduduk
Kualitas penduduk rata-rata di negara berkembang masih rendah.
Hal ini didukung dengan pendidikan yang masih tidak merata.
i. Ketidakmerataan Hasil Pembangunan
Kekurangan infrastruktur membuat hasil pembangunan menjadi

Pembangunan Ekonomi 19
tidak merata, hanya terpusat di wilayah ibukota saja. Hal ini didukung
dengan ketidakmerataan penghasilan masyarakat.
j. Ketergantungan pada Luar Negeri
Negara berkembang masih kekurangan dalam memproduksi
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Banyak
barang yang mengandalkan produksi negara lain sehingga melakukan
impor dari luar negeri. Selain itu kecintaan penduduk akan produk
dalam negeri masih kurang sehingga lebih memilih barang impor.
Nah itulah berbagai permasalahan yang dihadapi negara maju,
dan pada kenyataannya mungkin akan lebih banyak lagi. Semoga
artikel ini bermanfaat.

4. Tahapan-tahapan Perkembangan suatu negara                       


a. Tahap Perekonomian Tradisional
Pada tahap ini, kegiatan ekonomi masih berorientasi pada usaha
untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Penerapan teknologi dan
manajemen masih sangat rendah sehingga produktivitasnya juga
masih rendah. Adapun ciri-ciri tahap perekonomian tradisional
sebagai berikut.
1) Tingkat produksi dan produktivitas per pekerja masih
sangat rendah, karena belum mengenal ilmu pengetahuan
dan teknologi modern.
2) Mata pencaharian penduduk sebagian besar di sektor pertanian.
3) Struktur sosial masih bersifat hierarkis.
4) Hubungan keluarga masih sangat erat dan kekuasaan
dipegang oleh mereka yang mempunyai tanah luas.
5) Masyarakat pada masa ini cenderung statis, sehingga
kemajuan yang dicapai sangat lambat.

b. Tahap Pra-Lepas Landas


Masyarakat tradisional meskipun sangat lambat namun

20 Dr. Mulyaningsih, [Link]


terus bergerak, dan pada suatu titik mencapai prakondisi untuk
lepas landas. Keadaan ini biasanya terjadi karena adanya campur
tangan dari luar, yaitu dari masyarakat yang lebih maju. Tahap ini
merupakan masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan diri
untuk mencapai tahap lepas landas. Prasyarat yang harus dipenuhi
untuk dapat lepas landas adalah adanya perubahan-perubahan yang
cukup mendasar di bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan sistem
nilai. Pada masa transisi ini merupakan masa yang penting supaya
berhasil pada tahap lepas landas.

c. Tahap Lepas Landas (Take Off)


Tahap lepas landas merupakan tahap dimana perekonomi-
an mampu tumbuh dan berkembang dengan kekuatan mandiri.
Pada tahap ini penerapan teknologi dan manajemen modern ma-
kin luas dan intensif. Selain itu, terjadi perubahan drastis di bidang
sosial maupun politik, serta terciptanya kemajuan ekonomi yang
pesat karena inovasi-inovasi dan terbukanya pasar-pasar baru.
Semua itu dapat meningkatkan investasi yang selanjutnya memper-
cepat laju pertumbuhan pendapatan nasional di atas tingkat pertam-
bahan penduduk.  Ciri-ciri negara yang sudah lepas landas adalah:
1) Meningkatkan jumlah investasi dari ≤5% menjadi ≥10%
dari Produk Nasional Neto,
2) Laju pertumbuhan beberapa sektor industri yang tinggi, sehingga
dapat memacu sektor-sektor lain,
3) Terciptanya suatu rangka dasar politik, sosial, dan
lembaga-lembaga yang menyebabkan pertumbuhan dapat
berlangsung terus didukung dengan penggunaan sumber modal
dalam negeri, serta
4) Masa lepas landas biasanya berlangsung dalam kisaran waktu 20
tahun.

Pembangunan Ekonomi 21
d. Tahap Kedewasaan (Maturity)
Tahap ini merupakan suatu periode dimana masyarakat
sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada
sebagian besar faktor produksi dan kekayaan alamnya. Pada
masa ini sektor-sektor ekonomi berkembang pesat dan leading
industri mengalami kemunduran tetapi digantikan oleh sektor
lainnya. Walaupun pertumbuhan ekonomi tidak setinggi tahap lepas
landas, namun diimbangi pertumbuhan hal-hal kualitatif sehingga
perekonomian makin kuat dan mandiri. Setelah lepas landas,
kemajuan akan terus bergerak walaupun kadang terjadi pasang
surut. Industri berkembang dengan pesat dan mulai memproduksi
barang-barang yang tadinya diimpor. Pada tahap ini terjadi tiga
perubahan penting, yaitu:
1) Tenaga kerja menjadi lebih terdidik,
2) Watak pekerja berubah dari pekerja kasar menjadi manajer
yang efisien dan berwatak halus serta sopan, serta
3) Masyarakat mulai jenuh dengan kemajuan industri dan
mulai menginginkan sesuatu yang baru.

e. Tahap Konsumsi Massa Tingkat Tinggi (High Mass


Consumption)
Pada tahap ini, tingkat konsumsi masyarakat sudah sangat tinggi,
terutama konsumsi energi. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan
masyarakat Eropa Barat, Amerika Utara, dan Jepang. Ciri-ciri tahap
ini adalah:
1) Angkatan kerja memiliki jaminan yang lebih baik,
2) Tersedianya konsumsi bagi rakyat yang semakin memadai,
3) Negara mencari perluasan kekuatan di mata dunia.

Karena pendapatan masyarakat yang meningkat, konsumsi tidak


lagi terbatas pada kebutuhan pokok, tetapi meningkat ke kebutuhan

22 Dr. Mulyaningsih, [Link]


yang lebih tinggi. Pada tahap ini merupakan ciri-ciri dari sebuah
massa yang ideal di mana masyarakat hidup nyaman, sehingga
terdapat kecenderungan untuk menambah jumlah keluarga sehingga
jumlah penduduk akan meningkat.
Teori Rostow ini didasarkan pada dikotomi masyarakat tradisional
dan masyarakat modern. Pada tahap-tahap tersebut yang paling
penting dalam gerak kemajuan dari tahap satu ke tahap yang lain
adalah pada periode tahap lepas landas. Proses perubahan tahap
yang satu ke tahap yang lain memerlukan proses dan waktu yang
tidak sebentar.

f. Contoh Negara Maju dan Berkembang

Negara Maju :
Anggota Uni Eropa:

Austria Jerman Belanda


Belgia Yunani Portugal
Denmark Irlandia Spanyol
Finlandia Italia Swedia
Perancis Luxemburg Britania Raya

Negara non-UE:

Andorra Monako
Hongaria Norwegia
Islandia San Marino
Liechtenstein Swiss
Vatikan

Pembangunan Ekonomi 23
Negara bukan Eropa:

Australia Jepang
Kanada Kuwait
Korea Selatan Selandia Baru
Hong Kong Singapura
Brunei Darussalam Taiwan
Israel Amerika Serikat
Uni Emirat Arab
Qatar

g. Pertumbuhan Ekonomi, Pengertian, Teori dan Faktor yang


Mempengaruhi Perkembangan Negara Maju

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah? Sebelum masuk ke dalam
pembahasan, materi yang akan dibahas lebih dulu yaitu tentang
pengertian, teori, rumus dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi.

Pengertian Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan dengan kondisi
perekonomian di dalam suatu negara secara berkesinambungan yang
menuju pada keadaan yang lebih baik selama dalam periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat dimaksud juga dengan proses kenaikan
kapasitas produksi pada suatu perekonomian yang dibentuk ke
dalam kenaikan pendapatan nasional.
Terbentuknya pertumbuhan ekonomi adalah indikasi
keberhasilan pada pembangunan ekonomi di dalam kehidupan
masyarakat. Image pertumbuhan ekonomi akan menggambarkan
apakah tergolong maju mundurnya sebuah negara. Untuk menuju

24 Dr. Mulyaningsih, [Link]


kepada pertumbuhan ekonomi sebuah negara akan mengikuti
beberapa teori yang dipergunakan oleh berbagai negara atau negara
tersebut dalam mencapai pertumbuhan ekonomi sehingga tergolong
negara maju atau terbelakang alias berkembang. Teori pertumbuhan
ekonomi ada beberapa konsep, mazhab yang dipergunakan oleh
beberapa negara maju sebelumnya. Negara maju tersebut disebut
maju manakala mereka memiliki pertumbuhan ekonomi dengan
menggunakan teori-teori pertumbuhan ekonomi. Teori Pertumbuhan
ekonomi yang dipergunakan negara-negara maju pada umumnya
menggunakan teori pertumbuhan ekonomi yang hampir sama
hanya dikembangkan dengan kondisi situasi dan budaya dari negara
tersebut. Mengingat tidak semua konsep teori tersebut secara utuh
dijalankan melainkan selalu dikombinasikan degan lingkungan
internal dari kondisi negara tersebut, oleh sebab itu ada beberapa
cara penilaian yang berkaitan dengan konsep pelaksanaan dari teori
pertumbuhan yang dijalankan oleh suatu negara dalam menuju
kepada konsep negara maju.

Teori Pertumbuhan Ekonomi


1. Teori klasik
Teori klasik pada pertumbuhan ekonomi ini sudah berkembang
sejak abad ke-17. Teori ini dipelopori oleh beberapa konsep pemikiran
tokoh di era klasik ini. Terdapat dua tokoh yang sangat berpengaruh
pada pemikiran teori klasik ini, yaitu Adam Smith dan David Ricardo.

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut Adam Smith


Adam Smith adalah tokoh klasik yang telah banyak membahas
tentang teori-teori ekonomi, termasuk salah satunya yaitu
pertumbuhan ekonomi. Tertulis pada bukunya yang berjudul An
Inquiry into the Nature and Causes Wealth of Nation (1776).
Adam Smith menjabarkan pendapatnya tentang bagaimana

Pembangunan Ekonomi 25
caranya menganalisis pertumbuhan ekonomi dengan dua faktor,
yaitu :
a. faktor output total, dan
b. faktor pertumbuhan penduduk.
Penjelasan dari Perhitungan output total dapat digunakan pada
tiga variabel yaitu;
a. sumber daya alam,
b. sumber daya manusia, dan
c. persediaan capital atau modal.
Sedangkan jika pada faktor kedua yaitu pertumbuhan penduduk,
dilakukan dalam menentukan luas pasar dan laju pertumbuhan
ekonomi.

b. Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut David Ricardo


Teori pertumbuhan ekonomi yang kedua yaitu dikemukakan oleh
David Ricardo. David Ricardo memikirkan pada hal pertumbuhan
ekonomi yang sangat dikenal yaitu tentang the law of diminishing
return. Pemikiran David Ricardo ini tentang bagaimana pertumbuhan
penduduk yang dapat mempengaruhi penurunan produk marginal
dikarenakan terbatasnya pada jumlah tanah.
Menurut David Ricardo, peningkatan produktivitas pada tenaga
kerja lebih membutuhkan kemajuan teknologi dan akumulasi modal
yang sangat cukup. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi akan
tercapai.

2. Teori Neoklasik
Mazhab teori pertumbuhan ekonomi yang kedua yaitu mazhab
teori neoklasik. Pada teori neoklasik tentang pertumbuhan ekonomi,
ada dua tokoh yang sangat dikenal yaitu ;
a. Joseph A Schumpeter, dan
b. Robert Solow.

26 Dr. Mulyaningsih, [Link]


a. Pertumbuhan Ekonomi menurut Joseph A Schumpeter
Joseph A Schumpeter pada bukunya yang ditulis berjudul The
Theory of Economic Development, memberikan konsep membahas
tentang peran pengusaha dalam pembangunan. Schumpeter
mendefinisikan bahwa proses pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya
proses pertumbuhan ekonomi yaitu suatu proses inovasi yang
dilakukan pada para innovator dan wirausahawan.
b. Pertumbuhan Ekonomi menurut Robert Solow
Robert Solow memiliki pendapat tentang pertumbuhan ekonomi
dengan melihat beberapa faktor yang merupakan sebuah rangkaian
kegiatan. rangkaian kegiatan yaitu rangkaian kegiatan bersumber
pada empat faktor utama.
Empat (4) rangkaian kegiatan faktor tersebut yaitu;
1) manusia,
2) akumulasi modal,
3) teknologi modern, dan
4) hasil (output).

Setelah 2 mazhab pertumbuhan ekonomi yaitu teori klasik


dan teori neoklasik, maka ada beberapa mazhab pemikiran yang
dipergunakan beberapa negara dalam pertumbuhan ekonomi seperti
teori Neokeynes, W.W. Rostow, Karl Bucher dengan pemikiran masing-
masing. Adapun teori tersebut didasari oleh beberapa pemikiran
tokoh dan ahli yang memandang bahwa pertumbuhan ekonomi
didasari oleh sebuah kegiatan yang berhubungan dengan akumulasi
modal seperti investasi, perilaku sikap masyarakat dalam sebuah
negara dan kondisi dari sebuah perdagangan yang dilakukan oleh
sebuah negara. Untuk itu akan dibahas dalam tulisan selanjutnya.

Pembangunan Ekonomi 27
3. Teori Neokeynes
Pada teori Neokeynes dibangun oleh beberapa tokoh yang sangat
dikenal. Dua (2) tokoh pada teori Neokeynes, yaitu:
a. Roy F. Harrod, dan
b. Evsey D Domar.

Kedua Pandangan pada kedua tokoh tersebut yaitu tentang:


a. adanya pengaruh investasi dalam permintaan agregat, dan
b. pertumbuhan pada kapasitas produksi.

Investasi menurut pandangan ini investasi tersebut karena, yang


akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di dalam teori
neokeynes ini mempunyai pandangan bahwa tentang penanaman
modal yaitu komponen yang paling utama pada proses penentuan
suksesnya pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pandangan ini maka
negara-negara berlomba-lomba untuk berinvestasi ke berbagai
negara berkembang bahkan banyak negara untuk menerima investasi
dari beberapa negara maju.
Dengan demikian ada ikatan antara negara yang berkembang
terhadap negara maju atau negara maju berupaya untuk selalu
mengikat negara berkembang dalam akumulasi modal sehingga
mereka tetap mendapat pandangan sebagai investor atau sebagai
negara maju yang memiliki modal yang besar dan mampu sharing
terhadap negara yang kurang maju atau negara miskin atau negara
berkembang.

4. Teori W.W. Rostow


Pada teori W.W. Rostow telah membahas tentang pertumbuhan
ekonomi dan Teori Pembangunan. Berbagai pemikirannya telah
didefinisikan pada salah satu buku yang ditulisnya berjudul The
Stages of Economic, A Non Communist Manifesto.

28 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Pada buku tersebut, Rostow memakai pendekatan sejarah dalam
menjabarkan proses perkembangan ekonomi yang terjadi pada suatu
masyarakat.
Menurut Teori ini, pada suatu masyarakat, proses pertumbuhan
ekonomi secara berlangsung melalui tahapan-tahapan, diantaranya:
• Masyarakat tradisional atau traditional society
• Tahap prasyarat tinggal landas atau praconditions for take off
• Tahap tinggal landas atau the take off
• Tahap menuju kedewasaan atau maturity
• Tahap konsumsi tinggi atau high mass consumption

5. Teori Karl Bucher


Pada teori Karl Bucher memiliki pendapat tentang mengenai
tahapan perkembangan ekonomi yang berlangsung pada suatu
masyarakat. Tahapan pertumbuhan ekonomi menurut Karl Bucher
yaitu:
• Produksi dalam kebutuhan sendiri (rumah tangga yang
tertutup).
• Perekonomian termasuk ke dalam bentuk perluasan
pertukaran produk pada pasar (rumah tangga kota).
• Perekonomian nasional memiliki peran perdagangan yang
semakin diperlukan (rumah tangga negara).
• Kegiatan dagang yang telah luas melintasi batas suatu negara
(rumah tangga dunia).

Cara Mengukur Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi di dalam suatu negara dapat diukur
menggunakan cara membandingkan, misalnya dalam sebuah ukuran
nasional, Gross National Product (GNP), tahun saat ini dengan tahun
yang sebelumnya.

Pembangunan Ekonomi 29
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
1. Sumber Daya Manusia
Dalam menentukan hal yang sangat penting pada pertumbuhan
ekonomi di dalam suatu negara yaitu dengan memperhitungkan
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang telah tersedia
secara langsung dalam mempengaruhi suatu pertumbuhan ekonomi.
Kualitas sumber daya manusia bisa dilihat dengan ilmu
keterampilan, kemampuan kreatif, pelatihan, dan pendidikan yang
sudah dimiliki. Jika pada suatu negara mempunyai sumber daya
manusia yang sangat baik, terampil dan terlatih maka output yang
akan dihasilkan memiliki kualitas tinggi.
Tetapi kekurangan akan sumber daya manusia terampil bisa
menghambat pada pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada surplus
terhadap sumber daya manusia ini akan kurang signifikan di dalam
pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, sumber daya manusia di dalam suatu negara harus
sebanding dengan jumlahnya pada keterampilan dan kemampuan
yang sedang dibutuhkan, sehingga menghasilkan pencapaian
pertumbuhan ekonomi.

2. Sumber Daya Alam


Sumber daya alam bisa mempengaruhi pada pertumbuhan
ekonomi di dalam suatu negara. Sumber daya alam adalah sumber
daya yang sudah tersedia di alam, baik yang ada di darat atau juga di
bawah laut.
Sumber daya alam yang telah dimiliki pada suatu negara sesuai
dalam kondisi iklim dan lingkungan di dalam negara tersebut.
Negara yang mempunyai banyak sumber daya alam bisa menikmati
pertumbuhan yang baik dibanding pada negara-negara yang sumber
daya alam sedikit.

30 Dr. Mulyaningsih, [Link]


3. Pembentukan Modal
Pembentukan modal terdiri berdasarkan dengan tanah,
bangunan, mesin, listrik, transportasi, dan media komunikasi lainnya.
Pembentukan modal adalah proses produksi pada semua produk
yang berasal dari buatan manusia.
Pembentukan modal bisa meningkatkan ketersediaan modal
pada tenaga kerja, bisa meningkatkan rasio modal atau tenaga kerja.
Akibatnya, dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, yang bisa
menghasilkan pada peningkatan output dan pertumbuhan ekonomi
di dalam suatu negara.

4. Pengembangan Teknologi
Teknologi memiliki sifat dan jenis pada instrumen teknis yang
dipakai dengan sejumlah tenaga kerja. Perkembangan teknologi
memiliki andil terhadap peningkatan produktivitas dengan jumlah
sumber daya yang sangat terbatas.
Negara-negara yang sudah memakai pengembangan teknologi
dapat tumbuh secara pesat dibandingkan pada negara-negara yang
tidak menggunakannya. Pemilihan pengembangan teknologi secara
tepat bisa berperan penting pada pertumbuhan ekonomi.

5. Faktor Sosial dan Politik


Faktor sosial terdiri berdasarkan adat istiadat, tradisi, nilai-nilai
dan keyakinan di dalam setiap negara, hal tersebut bisa memberikan
kontribusi pada suatu pertumbuhan ekonomi.
Kondisi politik suatu negara bisa mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi dalam suatu negara. Jika saat kondisi politik dalam suatu
negara stabil akan berjalan dengan baik dan dapat memberikan
kenyamanan terhadap para masyarakat juga bisa mendukung
peningkatan kinerja pada produksi.
Dengan begitu masyarakat bebas akan berinovasi dan

Pembangunan Ekonomi 31
mengembangkan potensi yang telah dimilikinya, sehingga akan
terbentuknya pencapaian pada pertumbuhan ekonomi.
Demikian pembahasan tentang Pengertian, Teori dan Faktor
Yang Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan dan pembahasan. Semoga bermanfaat
+ (tambahan)

PERTUMBUHAN EKONOMI

Teori pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi 2 :


1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
a. Frederich List (1789 – 1846)
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut Frederich Listber
adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen Theorien
(teori tangga).
Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi dibagi 4
sebagai berikut :

1) Masa berburu dan mengembara


Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya
sangat menggantungkan diri pada pemberian alam dan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sendiri
2) Masa beternak dan bertanam
Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup
menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam.
3) Masa Bertani dan kerajinan
Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara
tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha
sampingan.
4) Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan.
Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan

32 Dr. Mulyaningsih, [Link]


melainkan sebagai kebutuhan untuk dijual ke pasar, sehingga industri
berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar.

b. Karu Bucher (1847 – 1930)


Tahap Perekonomian dapat dibagi menjadi 4
1) Rumah tangga tertutup
2) Rumah tangga kota
3) Rumah tangga bangsa
4) Rumah tangga dunia

c. Werner sombart (1863 – 1947)


1) Prakapitalisme (Varkapitalisme)
2) Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)
3) Zaman kapitalis Raya (Hachkapitalismus)
4) Zaman kapitalis akhir (spetkapitalismus)

d. Walt Whitmen Rosfow (1916 – 1979)


1) Masyarakat tradisional (The Traditional Society)
2) Persyaratan untuk lepas landas (Precondition for take off)
3) Lepas landas (Take off)
4) Perekonomian yang matang/dewasa (Maturity of economic)
5) Masa ekonomi konsumsi tinggi (High mass consumption)

 Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik


a. Teori pertumbuhan menurut Adam Smith
An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation,
teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (Teori tangan-
tangan gaib).
Pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua faktor yang saling
berkaitan :
1) Pertumbuhan penduduk

Pembangunan Ekonomi 33
2) Pertumbuhan output total
Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3
komponen berikut ini.
1) Sumber-sumber alam
2) Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk
3) Jumlah persediaan

b. David Ricardo dan T.R. Malthus


Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk
yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu
saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah
Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil
produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan
seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret
ukur (satu, dua, empat, delapan, enam belas, dan seterusnya)
sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten
atau kemandekan.

Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik


a. Robert Sollow
Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang
peraih nobel di bidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert
Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan out put yang
akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama. Yaitu modal dan
tenaga kerja.
b. Harrod dan Domar
RF. Harrod dan Evsey Domar tahun 1947 pertumbuhan ekonomi
menurut Harrod dan Domar akan terjadi apabila ada peningkatan
produktivitas modal (MEC) dan produktivitas tenaga kerja.

34 Dr. Mulyaningsih, [Link]


c. Joseph Schumpeter
Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara
ditentukan oleh adanya proses inovasi-inovasi (penemuan-
penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang dilakukan oleh
para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan
ekonomi.

 Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik


Apakah alat yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya
pertumbuhan ekonomi suatu negara? Menurut M. Suparko dan
Maria R. Suparko ada beberapa macam alat yang dapat digunakan
untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Produk Domestik Bruto


PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam
harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi
adalah sifatnya yang global dan tidak mencerminkan kesejahteraan
penduduk.

2. PDB per Kapita atau Pendapatan Per kapita


PDB per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karena
telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatan
per kapita dapat diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah
penduduk.

3. Pendapatan Per jam Kerja


Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara
lain bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja
yang lebih tinggi daripada upah per jam kerja di negara lain untuk
jenis pekerjaan yang sama.

Pembangunan Ekonomi 35
B. MODEL-MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI
Harrord Domar Keadaan “Steady-State Growth”
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar adalah model
pertumbuhan yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi
negara-negara maju, model itu merupakan perkembangan
langsung teori ekonomi makro Keynes yang merupakan
teori jangka pendek yang menjadi teori jangka panjang.
Pada model Harrod-Domar investasi diberikan peranan yang sangat
penting. Dalam jangka panjang investasi mempunyai pengaruh
kembar. Di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat di
sisi lain investasi mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan
menambah stok modal yang tersedia.
Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu
tumbuh dengan kapasitas produksi penuh (kesempatan kerja
penuh) yang disebutnya sebagai “Pertumbuhan ekonomi yang
mantap (steady-state growth)” efek permintaan yang ditimbulkan
dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek
penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi dilakukan oleh
pengusaha yang mempunyai pengharapan yang tidak selalu sama
dari waktu ke waktu, karena itu keseimbangan ekonomi jangka
panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara mantap pula apabila
pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan terjadinya
hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson
(golden age).
Di samping itu Harrod mengemukakan bahwa sekali
keseimbangan itu terganggu, maka gangguan itu akan mendorong
ekonomi nasional menuju ke arah depresi atau inflasi sekular. Karena
itu Harrod melambangkan keseimbangan ekonomi tersebut sebagai
keseimbangan mata pisau, mudah sekali tergelincir dan sekali
tergelincir semuanya akan menjadi hancur (jadi keseimbangan yang

36 Dr. Mulyaningsih, [Link]


tidak stabil).
Model pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan model
Harrod walaupun ada beberapa perbedaan yang esensial pula antara
kedua model itu. Perbedaan itu khususnya menyangkut mengenai
tiadanya fungsi investasi pada model Domar, sehingga investasi
yang sebenarnya tidak ditentukan di dalam modelnya. Karena itu
kesulitan pencapaian keseimbangan ekonomi jangka panjang yang
mantap bagi Harrod, disebabkan oleh sulitnya kesamaan v dan vr
atau laju pertumbuhan yang disyaratkan dengan laju pertumbuhan
natural, sedang bagi Domar kesulitan itu timbul karena adanya
kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi yang relatif
terlalu rendah (underinvestment).
Model Neo-Klasik sebagaimana dikemukakan oleh Solow (juga
Swan) mencoba memperbaiki kelemahan model Harrod-Domar
dengan mengolah asumsi yang mengenai fungsi produksi yang
digunakan, dari fungsi produksi dengan proporsi tetap, menjadi
fungsi produksi dengan proporsi yang variabel.
Berbeda dengan visi Harrod-Domar yang suram dan menakutkan
visi teori Neo-Klasik adalah visi yang menggembirakan dan serasi
dengan proses ekonomi yang otomatik dan mekanistik. Kelemahan
pokok teori Neo-Klasik adalah dihilangkannya peranan pengharapan
para pengusaha yang dalam teori Keynes menduduki peranan sentral.

C. NEGARA BERKEMBANG
1. Pengertian Negara Berkembang
Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk
menjelaskan suatu negara dengan kesejahteraan material tingkat
rendah. Karena tidak ada definisi tetap negara berkembang yang
diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa saja bervariasi
di dalam negara berkembang tersebut. Negara yang digolongkan negara
berkembang terdapat di Benua Asia, Afrika, dan Amerika Selatan (Latin).

Pembangunan Ekonomi 37
2. Contoh Negara Berkembang :
Negara-negara Berkembang di Dunia
Jumlah negara berkembang di dunia sangat banyak sekali.
Bahkan mayoritas atau sebagian besar negara di dunia merupakan
negara berkembang. Apabila kita menjelajah bumi, kita menemukan
beberapa benua. Nah, di setiap penjuru benua tersebut kita akan dapat
menemukan negara berkembang. Bahkan di wilayah kita sendiri,
wilayah Asia tenggara, negara-negara yang ada pun merupakan
negara berkembang. Namun untuk mengetahui lebih detail negara
apa saja yang merupakan negara berkembang, kita akan mengetahui
dari benuanya masing-masing yang akan kita bahas di bawah ini.

a. Benua Asia, memiliki negara berkembang sebanyak 48, yaitu:


• Indonesia
• Filipina
• Thailand
• Malaysia
• Vietnam
• Timor Leste
• Armenia
• Kazakstan
• Kirgistan
• Mongolia
• Tajikistan
• Turkmenistan
• Uzbekistan
• Afghanistan
• Bangladesh
• Bhutan
• Brunei Darussalam

38 Dr. Mulyaningsih, [Link]


• Kamboja
• Cina
• Fiji
• India
• Kiribati
• Korea Utara
• Laos
• Maldives
• Myanmar
• Nepal
• Pakistan
• Palestina
• Papua Nugini
• Samoa
• Solomon
• Sri Lanka
• Tonga
• Tuvalu
• Vanuatu
• Bahrain
• Iran
• Irak
• Yordania
• Kuwait
• Lebanon
• Oman
• Qatar
• Arab Saudi
• Suriah
• Zaman
• Uni Emirat Arab

Pembangunan Ekonomi 39
b. Benua Afrika mempunyai negara berkembang sebanyak 58 negara,
yaitu:
• Aljazair
• Senegal
• Zimbabwe
• Djibouti
• Mesir
• Libya
• Mauritania
• Maroko
• Sudan
• Sudan Selatan
• Tunisia
• Angola
• Benin
• Botswana
• Burkina Faso
• Burundi
• Kamerun
• Cape Verde
• Republik Afrika Tengah
• Chad
• Komoro
• Republik Demokratik Kongo
• Republik Kongo
• Ivory Coast
• Guinea Khatulistiwa
• Eritrea
• Ethiopia
• Gabon
• Gambia

40 Dr. Mulyaningsih, [Link]


• Ghana
• Guinea
• Guinea-Bissau
• Kenya
• Lesotho
• Liberia
• Madagaskar
• Malawi
• Mali
• Mauritus
• Mozambik
• Namibia
• Niger
• Nigeria
• Rwanda
• Sao Tome and Principe
• Swaziland
• Tanzania
• Togo
• Uganda

c. Negara-negara berkembang di benua Eropa, terdiri dari 11


negara yakni sebagai berikut:
• Polandia
• Lituania
• Romania
• Bulgaria
• Latvia
• Montenegro
• Ukraina
• Serbia

Pembangunan Ekonomi 41
• Albania
• Moldova
• Georgia
• Azerbaijan
• Bosnia dan Herzegovina
• Belarus
• Kroasia
• Kosovo
• Makedonia
• Turki

d. Negara-negara berkembang di benua Amerika, terdiri dari


30 negara yakni sebagai berikut:
• Argentina
• Bahama
• Barbados
• Chili
• Brazil
• Columbia
• Bolivia
• Bolivia
• Belize
• Antigua
• El Savador
• Ekuador
• Republic Dominika
• Costa rika
• Grenada
• Guyana
• Guatemala
• Haiti

42 Dr. Mulyaningsih, [Link]


• Honduras
• Meksiko
• Jamaika
• Panama
• Nikaragua
• Peru
• Paraguay
• Lucia
• Vincent
• Suriname
• Uruguay
• Venezuela
• Trinidad and Tobago

e. Negara-negara berkembang di benua Australia ada 11 negara,


yakni sebagai berikut:
• Fiji
• Kiribati
• Kepulauan Marshall
• Federasi Mikronesia
• Nauru
• Palau
• Samoa
• Solomon
• Tonga
• Tuvalu
• Vanuatu

3. Ciri-ciri Negara Berkembang


a. Tingkat pendidikan masih rendah
b. Tingkat penghasilan masih rendah/pendapatan per kapita

Pembangunan Ekonomi 43
rendah
c. Tingkat kesehatan masih rendah
d. Sistem perekonomiannya masih bergantung dari luar atau
perekonomian yang tradisional
e. Angka pengangguran yang tinggi
f. Kesempatan kerja yang minim
g. Angka pertumbuhan penduduk tinggi

4. Karakteristik Umum Negara Sedang Berkembang menurut


World development
Pengelompokan negara-negara di dunia biasanya berdasarkan
pada tingkat kesejahteraannya dengan menggunakan indikator
pendapatan riil per kapita. Negara-negara sedang berkembang ini
juga disebut sebagai negara dunia ketiga atau negara selatan.
Bank dunia dalam world development report (2009)
mengelompokkan negara-negara ke dalam tiga kelompok
berdasarkan tingkat pendapatan nasional (GNI) per kapitanya yaitu :
a. Negara berpenghasilan rendah adalah kelompok negara-negara
dengan GNI per kapita di bawah US $935
b. Negara berpenghasilan menengah adalah pendapatan GNI per
kapitanya antara US $936 sampai US $11,455
c. Negara berpenghasilan tinggi adalah kelompok negara-negara
yang GNI per kapitanya di atas US $11.456.

5. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi


Posisi negara-negara berkembang dewasa ini dalam banyak hal
berbeda dengan yang dimiliki oleh negara-negara maju pada saat
lepas landas ke arah era pertumbuhan ekonomi modern. Dalam
kondisi awal tersebut, paling tidak terdapat delapan perbedaan
penting yang mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi
dan syarat-syarat terlaksananya pembangunan ekonomi modern.

44 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Kedelapan butir perbedaan yang utama dan yang perlu dianalisis
lebih lanjut itu adalah sebagai berikut :
a. Perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas modal
manusia.
b. Perbedaan pendapatan per kapita dan tingkat GNP dibandingkan
negara-negara lainnya di dunia.
c. Perbedaan iklim.
d. Perbedaan jumlah penduduk, distribusi, serta laju
pertumbuhannya.
e. Peranan sejarah migrasi internasional.
f. Perbedaan dalam memperoleh keuntungan dari perdagangan
internasional.
g. Kemampuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam
bidang ilmiah dan teknologi dasar.
h. Stabilitas dan fleksibilitas lembaga-lembaga politik dan sosial.

Oleh karena itu agar bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi


suatu negara maka dapat dilakukan upaya perbaikan di segala bidang
dan mengeluarkan berbagai macam kebijakan yang pro terhadap
pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Pertumbuhan Ekonomi di setiap negara berbeda-beda
tergantung dari tingkat pendapatan per kapita suatu negara tersebut
dan tergantung dari berapa besar pendapatan/penghasilan dari
penduduknya. Jika pendapatan negara itu tinggi maka pertumbuhan
ekonominya juga cepat tetapi sebaliknya jika pendapatan suatu negara
itu di bawah rata-rata maka pertumbuhan ekonominya juga rendah.
Beberapa ahli ekonomi mengemukakan pertumbuhan ekonomi
dengan persepsi yang berbeda-beda. Seperti pada aliran klasik dan
neo klasik. Sebagai contohnya : Robert Solow mengemukakan
pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang
bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi

Pembangunan Ekonomi 45
modern dan hasil/output. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang
mengemukakan pertumbuhan ekonomi dalam arti yang berbeda-
beda.
Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak
pada kehidupan penduduk suatu negara. Semuanya ini berpengaruh
pada kesejahteraan rakyat banyak. Oleh karena itu negara terus
memajukan pendapatan negara dengan menaikkan harga-harga
kebutuhan pokok seperti minyak yang katanya bisa menjadikan lebih
baik tingkat perekonomian.

D. PENGERTIAN PERTUMBUHAN EKONOMI


Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi adalah sebuah kondisi dimana
meningkatnya pendapatan karena terjadi peningkatan produksi barang
dan jasa. Peningkatan pendapatan tersebut tidak dikaitkan dengan tingkat
pertumbuhan jumlah penduduk, dan dapat kita lihat dari output yang
meningkat, perkembangan teknologi, dan berbagai inovasi di bidang
sosial.
Pertumbuhan Ekonomi juga dapat diartikan sebagai suatu proses
perubahan perekonomian negara dalam jangka waktu tertentu untuk
menuju kondisi ekonomi yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi identik
dengan kenaikan kapasitas produksi yang diwujudkan melalui kenaikan
pendapatan nasional.
Suatu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi
diindikasikan dengan kehidupan masyarakatnya yang lebih baik.
Lalu apakah suatu negara yang mengalami gejala perkembangan
ekonomi berpengaruh terhadap perkembangan suatu bisnis? Tentu
saja iya, karena perubahan dari perekonomian masyarakat akan
mempengaruhi permintaan persediaan barang dan jasa suatu bisnis.
Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Menurut Para Ahli
Beberapa ahli di bidang ilmu ekonomi pernah memberikan

46 Dr. Mulyaningsih, [Link]


penjelasan tentang perkembangan ekonomi, diantaranya adalah:
1. Adam Smith
Menurut Adam Smith, pertumbuhan ekonomi adalah perubahan
tingkat ekonomi pada suatu negara yang bertumpu pada adanya
pertambahan penduduk. Dengan adanya pertambahan penduduk
maka output atau hasil dari suatu negara akan ikut bertambah.

2. Sadono Sukimo (1985)


Menurut Sadono Sukimo, pengertian pertumbuhan ekonomi
adalah perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlaku dari tahun
ke tahun. Untuk mengetahui pertumbuhannya, maka harus dilakukan
perbandingan pendapatan nasional negara dari tahun ke tahun, yang
kita kenal dengan laju pertumbuhan ekonomi.

3. Budiono (1994)
Menurut Budiono, pengertian pertumbuhan ekonomi adalah
sebuah proses pertumbuhan output per kapita jangka panjang yang
terjadi apabila ada peningkatan output yang bersumber dari proses
intern perekonomian itu sendiri dan sifatnya sementara.
Artinya, pertumbuhan tersebut sifatnya self generating yang
menghasilkan suatu kekuatan atau momentum untuk kelangsungan
pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya.

4. M. P. Todaro
Menurut Budiono, pengertian pertumbuhan ekonomi adalah
sebuah proses yang mantap dimana kapasitas produksi suatu
perekonomian mengalami peningkatan sepanjang waktu dan
menghasilkan peningkatan pendapatan nasional.

5. Prof. Simon Kuznets


Menurut Prof. Simon Smith Kuznets, pengertian pertumbuhan

Pembangunan Ekonomi 47
ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan sebuah
negara untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi kepada
masyarakatnya. Kemampuan tersebut tumbuh seturut dengan
perkembangan teknologi, ideologi, dan penyesuaian kelembagaan
negara tersebut.

6. Menurut Para Ekonom Klasik


Beberapa ekonom klasik (Adam Smith, David Ricardo, Thomas
Robert Malthus, dan John Stuart Mill) dan juga ekonom neoklasik
(Robert Sollow, Trevor Swan), setidaknya ada empat faktor yang
mempengaruhi ekonomi sebuah negara, diantaranya:
• Jumlah penduduk
• Jumlah stok barang modal
• Luas tanah dan kekayaan alamnya
• Kemajuan teknologi

Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Prof. Simon Kuznets, ada enam karakteristik
pertumbuhan ekonomi modern yang muncul dalam analisis yang
berdasarkan kepada produk nasional dan komponennya, tenaga
kerja, penduduk, dan lainnya.
Berikut ini adalah ciri-cirinya:
1. Terjadi laju pertumbuhan penduduk dan produk per kapita
yang cepat
2. Adanya peningkatan produktivitas masyarakat
3. Terjadi perubahan struktural yang tinggi
4. Adanya urbanisasi dalam suatu negara
5. Melakukan ekspansi ke negara maju
6. Terjadinya arus barang, modal, dan manusia antar bangsa-
bangsa di dunia

48 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Setelah memahami pengertian pertumbuhan ekonomi dan ciri-
cirinya, maka kita juga harus tahu faktor apa yang mempengaruhinya.
Berikut ini adalah faktor-faktor pertumbuhan ekonomi yang
mempengaruhi bisnis:

1. Sumber Daya Manusia


Sumber Daya Manusia adalah salah satu indikator pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Faktor SDM dapat mempercepat atau justru
memperlambat proses pertumbuhan ekonomi.
Sebagai contoh, ketika suatu negara memiliki peningkatan
jumlah pengangguran terhadap penduduknya maka negara tersebut
dapat dikatakan sedang mengalami kemunduran.
Penurunan kualitas sumber daya manusia menyebabkan
peningkatan jumlah pengangguran yang diperparah dengan semakin
sedikitnya lapangan pekerjaan. Meningkatnya pengangguran bisa
memicu semakin tingginya kemiskinan masyarakat.
Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap permintaan
masyarakat terhadap barang dan jasa dari suatu bisnis atau
perusahaan. Masyarakat akan cenderung menghemat pendapatannya
dan hanya membelanjakannya untuk hal-hal yang primer saja.

2. Sumber Daya Alam


Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya.
Namun, kekayaan SDA tersebut tidak dibarengi dengan kualitas SDM
yang baik untuk mengelolanya.
Alhasil, Indonesia seringkali melakukan ekspor barang mentah
dan mengimpornya kembali saat barang yang sudah jadi dengan harga
yang lebih mahal. Dengan keterbatasan pengelolaan sumber daya
alam ini mengharuskan suatu bisnis atau perusahaan yang bergerak
di bidang pengelolaan bahan mentah seringkali harus mengimpor

Pembangunan Ekonomi 49
bahan dasar dari luar negeri sehingga mengakibatkan produk
perusahaan jauh lebih mahal daripada ketika harus mendapatkannya
dari dalam negeri.
Inilah yang seringkali menjadi dilema di masyarakat kita. Karena
masih banyak produk-produk dalam negeri yang dinilai mahal yang
membuat permintaannya menurun.

3. Kemajuan IPTEK
Suatu negara dikatakan maju dalam ekonomi ketika mengalami
peningkatan dalam penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Tak terkecuali pada suatu perusahaan yang mengedepankan teknologi
untuk menghasilkan suatu barang dan jasa yang lebih efisien.
Penggunaan teknologi yang sudah maju mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut mampu menghasilkan produk lebih cepat dan
efisien. Teknologi dalam hal peralatan produksi yang digunakan dapat
membantu meminimalisir serapan tenaga kerja sehingga anggaran
untuk pegawai dapat dipangkas dan digunakan untuk keperluan lain.
Namun, untuk bisnis yang sedang berkembang umumnya masih
sulit untuk menerapkan teknologi dalam usahanya. Karena pembelian
peralatan modern dinilai masih mahal dan harus mengimpor dari
luar negeri.

4. Tingkat Inflasi
Inflasi juga merupakan salah satu gejala yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Inflasi adalah kejadian dimana laju peredaran
rupiah tak terkendali.
Meningkatnya harga-harga berpengaruh terhadap produktivitas
bahan baku karena menyebabkan peningkatan biaya operasi
perusahaan untuk pemasokan bahan baku. Tidak hanya itu, adanya
inflasi akan mempengaruhi gaji pegawai suatu perusahaan.
Terdapat dua tipe inflasi yang dapat berpengaruh langsung

50 Dr. Mulyaningsih, [Link]


terhadap bisnis perusahaan yaitu cos-push inflation dan deman-
pull inflation. Cos-push inflation adalah harga produk naik karena
permintaan masyarakat naik dan deman-pull inflation adalah
kenaikan permintaan masyarakat menyebabkan kenaikan harga
barang dan jasa.

5. Tingkat Suku Bunga


Perkembangan ekonomi mempengaruhi tingkat suku bunga
suatu negara. Pertumbuhan ini cenderung membuat tingkat suku
bunga mengalami kenaikan karena adanya peningkatan pendapatan
masyarakat.
Suku bunga yang tinggi berpengaruh buruk terhadap bisnis atau
perusahaan yang umumnya menggunakan modal pinjaman untuk
meningkatkan kualitas perusahaan.
Selain itu, adanya suku bunga yang tinggi mempengaruhi
permintaan investasi yang rendah tentu ini berdampak buruk
terhadap saham perusahaan. Alasannya karena investor lebih
menyukai tabungan konvensional daripada harus menginvestasikan
uangnya ke perusahaan.
Perkembangan suatu bisnis sangat dipengaruhi secara langsung
dari hasil pertumbuhan ekonomi di negara. Kesimpulan yang bisa
didapatkan adalah ketika pertumbuhan ke arah yang lebih baik maka
permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa juga akan naik
begitu juga sebaliknya.

Hal-Hal Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi


1. Akumulasi Modal
Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian
dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan
memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan
pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan bahan baku meningkatkan

Pembangunan Ekonomi 51
stock modal (capital stock) fisik suatu negara (yakni, total nilai riil
“neto” atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal itu
jelas memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa-masa
mendatang. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut
harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut
investasi “infrastruktur” ekonomi dan sosial. Di samping investasi
yang bersifat langsung banyak cara yang bersifat tidak langsung
untuk menginvestasikan dana dalam berbagai jenis sumber daya.
Di samping itu ada juga Investasi dalam pembinaan sumber daya
manusia dapat meningkatkan kualitas modal manusia, sehingga pada
akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap manusia.
Segenap kegiatan yang dijelaskan di atas merupakan bentuk-bentuk
investasi yang menjurus ke akumulasi modal.

2. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja


Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja
(yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan
penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor
positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja
yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif,
sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti
meningkatkan ukuran pasar domestiknya. Meskipun demikian,
kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan
penawaran angkatan kerja di negara-negara berkembang (sehingga
banyak diantara mereka yang mengalami kelebihan tenaga kerja)
benar-benar akan memberikan dampak positif, atau justru negatif,
terhadap pembangunan ekonominya. Sebenarnya, hal tersebut
(positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya
pembangunan ekonomi) sepenuhnya tergantung pada kemampuan
sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan
secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut.

52 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat
jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor
penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

3. Kemajuan Teknologi
Kemajuan teknologi (technological progress) bagi kebanyakan
ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting.
Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi
karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama
dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan
menanam jagung, membuat pakaian, atau membangun rumah.
Kita mengenal tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu: kemajuan
teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress), kema-
juan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological
progress), dan kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving
technological progress).
Kemajuan teknologi yang netral (neutral technological
progress) terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita
mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan
jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana,
seperti pembagian tenaga kerja (semacam spesialisasi) yang dapat
mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat
adalah contohnya. Sementara itu, kemajuan teknologi dapat berlangsung
sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga
kerja (artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita
memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau
modal yang sama). Penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor
listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak
lagi jenis mesin serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan
sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-
saving technological progress). Sedangkan kemajuan teknologi

Pembangunan Ekonomi 53
hemat modal (capital-saving technological progress) merupakan
fenomena yang langka. Hal ini dikarenakan hampir semua penelitian
dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di negara-
negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan
menghemat modal. Di negara-negara dunia ketiga yang berlimpah
tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi hemat modal
merupakan sesuatu yang paling diperlukan.
Kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan modal atau tenaga
kerja. Kemajuan teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-
augmenting technological progress) terjadi apabila penerapan
teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau keterampilan
angkatan kerja secara umum. Misalnya, dengan menggunakan
videotape, televisi, dan media komunikasi elektronik lainnya di dalam
kelas, proses belajar bias lebih lancar sehingga tingkat penyerapan
bahan pelajaran juga menjadi lebih baik. Demikian pula halnya
dengan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital-
augmenting technological progress). Jenis kemajuan ini terjadi jika
penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan
barang modal yang ada secara lebih produktif. Misalnya, penggunaan
bajak kayu dengan bajak baja dalam produksi pertanian.

E. KARAKTERISTIK NEGARA BERKEMBANG


Karakteristik Negara Berkembang Beserta Permasalahan
Yang Dihadapinya
Kehidupan bernegara pada dasarnya seperti kehidupan
berumah tangga. Rumah tangga ibarat bentuk sederhana dari suatu
negara, banyak persoalan yang sama yang dihadapi oleh keduanya
seperti bagaimana mencukupi kehidupan orang-orang yang ada
di dalamnya, bagaimana cara efektif untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi, bagaimana cara untuk membangun citra
baik di mata dunia, hingga bagaimana caranya untuk meningkatkan

54 Dr. Mulyaningsih, [Link]


status mengejar predikat sebagai “negara maju”. Ya, menjadi negara
maju merupakan predikat yang diinginkan oleh setiap negara. Tidak
hanya sekadar sebutan saja, namun menjadi negara maju berarti bisa
mencukupi kebutuhan masyarakat yang ada di dalamnya sekaligus
bisa membuat kesejahteraan bagi masyarakatnya. Negara maju juga
merupakan negara yang kuat dalam bidang ekonomi dan juga dalam
bidang teknologi.
Negara maju memiliki banyak sekali peralatan yang canggih serta
modern, selain itu gaya hidup yang dianut oleh rakyatnya merupakan
gaya hidup yang serba modern. Sayangnya, negara-negara di dunia
ini hanya sebagian saja yang bisa memenuhi karakteristik negara
maju. Masih banyak dan bahkan sebagian besar dari negara-negara
di dunia ini yang belum berstatus sebagai negara maju, melainkan
sebagai negara berkembang maupun terbelakang.
Negara berkembang merupakan salah satu status yang dimiliki
oleh sebagian negara di dunia ini. Negara berkembang merupakan
kondisi suatu negara yang tengah beranjak melakukan pembenahan
terhadap tatanan negaranya. Negara berkembang selalu mencoba
memperbaiki kondisi di dalamnya sehingga menjadi lebih baik
lagi setiap waktu. Negara berkembang merupakan negara yang
bertransformasi dari negara yang kecil dan tradisional menjadi
negara yang maju. Inovasi-inovasi selalu diterapkan oleh negara
berkembang baik dalam berbagai sektor maupun dalam bidang
teknologi. Teknologi-teknologi canggih selalu diterapkan misalnya di
sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan lain sebagainya. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan cara produksi yang lebih hemat dan
efisien. Dengan demikian negara berkembang merupakan negara
yang sibuk untuk memperbaiki berbagai hal yang ada di dalam
negara tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai negara berkembang,
kita akan membahasnya secara lebih lengkap.
Suatu negara akan dikatakan sebagai negara berkembang apabila

Pembangunan Ekonomi 55
memiliki beberapa karakteristik dari negara berkembang itu sendiri.
Beberapa karakteristik dari negara berkembang antara lain sebagai
berikut:

1. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi


Hal yang sangat berbeda yang kita temukan di antara negara
maju dan negara berkembang terletak pada beberapa hal, dan
salah satunya pada tingkat pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan
penduduk memang menjadi salah satu ciri yang menunjukkan suatu
negara apakah tergolong dalam negara berkembang ataukah negara
maju. Di negara maju, kita akan menemukan tingkat pertumbuhan
penduduk yang rendah, bahkan sangat rendah. Hal ini dipengaruhi
dan didukung oleh berbagai macam hal, seperti gaya hidup yang
serba modern hingga sifat hedonis dan individualistis yang
tinggi. Namun hal-hal tersebut tidak akan kita temukan di negara
berkembang. Negara berkembang memiliki sebagian penduduk
yang masih mengenyam pendidikan rendah. Selain itu masyarakat
negara berkembang masih sangat kental dengan adat istiadat serta
kebudayaan. Hal ini tentu saja akan menimbulkan ikatan yang kuat
diantara sesama anggota keluarga. Dengan demikian mempunyai
keturunan yang banyak menjadi suatu anugerah tersendiri.
Dengan perbedaan tingkat pendidikan dan kebudayaan serta pola
pikir yang masih tradisional, maka menjadikan tingkat pertumbuhan
di negara berkembang cenderung tinggi. Tingkat pertumbuhan
penduduk yang tinggi akan menyebabkan banyak permasalahan
timbul, terutama di masa depan. Beberapa permasalahan yang
dapat timbul yang diakibatkan oleh hal ini adalah mahalnya biaya
pendidikan, sulitnya tanah untuk membangun rumah, dan lain
sebagainya. Selain itu pertumbuhan penduduk yang tinggi juga akan
menaikkan anggaran pengeluaran negara.

56 Dr. Mulyaningsih, [Link]


2. Mempunyai tingkat pengangguran yang tinggi
Negara berkembang merupakan negara yang mempunyai
beberapa tanda khusus yang dapat kita lihat. Beberapa tanda
atau ciri atau karakteristik dari negara berkembang ini memiliki
sifat serba tinggi. Selain tingginya pertumbuhan penduduk,
ternyata negara berkembang juga bisa ditandai dengan tingginya
tingkat pengangguran. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
pengangguran merupakan momok yang dijauhi oleh negara-
negara di dunia ini (baca: negara penghasil kopi terbesar di dunia).
Bagaimanapun juga yang namanya pengangguran itu tidak produktif
dan banyak mendatangkan permasalahan, baik permasalahan
di bidang ekonomi, sosial masyarakat, hingga kriminalitas.
Pengangguran sendiri merupakan seseorang yang tidak mempunyai
pekerjaan atau yang bekerja namun hanya beberapa jam saja
seminggu. Orang dikatakan sebagai pengangguran apabila memenuhi
beberapa syarat, antara lain sebagai berikut:
• Sedang mencari pekerjaan
• Sudah memiliki pekerjaan namun belum mulai bekerja
• Tidak memiliki pekerjaan karena merasa tidak akan
mendapatkan
• Sedang mempersiapkan usaha

Nah itulah beberapa syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk


disebut sebagai seorang pengangguran. Keberadaan pengangguran
di tengah-tengah masyarakat memang menjadi suatu masalah.
Sebab pengangguran tidak mendapatkan pemasukan, namun tetap
mengeluarkan uang untuk bertahan hidup. Otomatis hal ini akan
menjadi tanggungan bagi negara secara tidak langsung. Dan selain hal
itu, pengangguran akan menimbulkan berbagai macam dampak baik
dampak dalam bidang perekonomian maupun dalam bidang sosial.
Beberapa dampak yang bisa ditimbulkan dari status pengangguran

Pembangunan Ekonomi 57
antara lain dapat menyebabkan tingginya pengeluaran negara hingga
menimbulkan kriminalitas dimana-mana.

3. Ketergantungan pada sektor pertanian atau primer


Perekonomian adalah salah satu bagian yang paling penting
bagi suatu negara. Perekonomian suatu negara menjadi salah satu
cerminan kesejahteraan masyarakatnya. Banyak cara yang bisa
dilakukan suatu negara untuk menopang perekonomiannya. Sektor-
sektor perekonomian ini bisa bermacam-macam, seperti sektor
ekstraktif, industri, perdagangan dan juga jasa. Bagi negara maju,
sektor yang mayoritas digeluti dan menjadi andalan negaranya adalah
sektor industri. Sektor industri sangat dibutuhkan oleh banyak orang
dan menjadi sektor yang memproduksi banyak benda-benda yang
dibutuhkan manusia sehari-hari. Namun tidak seperti negara maju,
di negara berkembang sektor yang sangat dijadikan penopang adalah
sektor primer, dalam hal ini adalah sektor pertanian. Selain sektor
pertanian, bisa juga sektor ekstraktif atau mengambil langsung
dari alam seperti pertambangan, perkebunan, perikanan dan lain
sebagainya. Di negara berkembang memang masih banyak dijumpai
lahan-lahan pertanian, lahan perkebunan dan lainnya, maka dari
itulah banyak masyarakat yang bekerja di sana. Selain karena luasnya
lahan, salah satu faktor yang mendukung adalah kurangnya tingkat
pendidikan masyarakatnya sehingga banyak masyarakat yang
bekerja dengan kekuatan tangannya, seperti halnya sektor primer.

4. Pasar dan informasi tidak sempurna


Di negara berkembang banyak hal yang masih jauh dari kata
kesempurnaan. Beberapa diantaranya adalah pasar serta informasi.
Keterbatasan teknologi serta kelangkaan sumber daya manusia
yang berkualitas menjadikan negara berkembang memiliki sistem
informasi yang kurang sempurna dan pastinya tertinggal jauh dengan

58 Dr. Mulyaningsih, [Link]


negara maju. Sistem komunikasi di negara maju sudah banyak
menggunakan peralatan yang super canggih dan belum ada di negara
berkembang. Karena di negara maju sudah sangat berkembang, maka
tidak heran apabila di negara berkembang tertinggal. Hal ini karena
masyarakat negara maju mempunyai cukup uang untuk kembali
peralatan komunikasi yang canggih didukung dengan kebutuhan
mereka yang penuh dengan mobilitas. Bahkan tidak hanya pada
peralatan komunikasi saja, namun juga dalam hal pasar di negara
berkembang juga belum tertata rapi. Banyak hal yang menjadi
masalah di negara berkembang sehingga menyebabkan pasar tidak
bertumbuh dengan lancar.

5. Pendapatan per kapita rendah


Salah satu ciri yang cukup mencolok dalam menandai negara
berkembang adalah pendapatan per kapita penduduknya yang masih
rendah. Negara berkembang sangat identik dengan keterbatasan dan
keterbelakangan. Dengan pendapatan per kapita yang rendah, maka
akan banyak penduduk negara berkembang hidup dalam batas garis
kemiskinan. Hal ini akan membuat kesejahteraan penduduk menjadi
sangat jauh dari kata baik. Dengan pendapatan per kapitan yang hanya
sedikit itu, kebanyakan masyarakat hanya bisa memenuhi kebutuhan
pokok saja, dan sedikit kemungkinan untuk mereka bisa memenuhi
kebutuhan sekunder, atau bahkan kebutuhan mewah. Karena jumlah
pendapatan yang pas-pasan, maka penduduk negara berkembang
ini hanya akan memperoleh makanan yang sederhana saja. Bisa jadi
masyarakat negara berkembang akan kekurangan gizi. Selain itu,
rumah-rumah penduduk di negara berkembang banyak yang masih
sangat sederhana. Di beberapa negara berkembang bahkan masih
ada anak-anak serta bayi-bayi yang terlantar, kurang gizi sehingga
sangat mudah untuk terserang penyakit. Perolehan pendidikan juga
dalam batas yang biasa saja, disesuaikan dengan pendapatan yang

Pembangunan Ekonomi 59
diperoleh mereka. Tidak heran, di negara berkembang jumlah siswa
yang berprestasi akan sangat jauh beda dengan negara maju yang
telah memiliki fasilitas pendidikan yang lebih lengkap.

6. Kesempatan kerja yang kurang memadai


Kesempatan kerja yang kurang memadai menjadi salah satu
ciri negara berkembang. Kesempatan kerja yang sangat terbatas
ini dikarenakan oleh berbagai macam faktor. Salah satu hal yang
membuat kesempatan kerja ini menjadi tidak luas adalah karena
perekonomian di negara berkembang hanya mengandalkan sektor
pertanian. Dengan demikian lapangan kerja yang dibuka juga tidak
banyak. Kesempatan kerja yang terbatas tersebut akan melahirkan
banyak pengangguran yang akan berdampak buruk bagi negara.
Selain adanya kesempatan kerja yang terbatas, ciri lain dari negara
berkembang adalah kurangnya atau sedikitnya jumlah wirausaha.
Sedikitnya jumlah wirausaha ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang membangun bisnis serta terbatasnya modal yang
dipunyai masyarakat, ditambah dengan berbagai macam pendapat
yang keluar dari pemikiran yang masih kolot diantara masyarakat
desa.

7. Adanya keterbatasan modal usaha


Telah dikatakan sebelumnya bahwa salah satu ciri dari negara
berkembang adalah sedikitnya jumlah pengusaha atau wirausaha.
Hal ini terjadi karena dua hal yakni kurangnya pengetahuan untuk
berwirausaha serta terbatasnya jumlah modal yang dimiliki. Jumlah
modal terbatas karena negara berkembang hanya mengandalkan
sektor primer saja, sehingga pendapatan yang diterima pun juga
hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari, dan sangat
sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali yang ditabung. Maka dari
itulah masyarakatnya yang tinggal di negara berkembang hanya

60 Dr. Mulyaningsih, [Link]


mempunyai sedikit modal yang dapat digunakan untuk membangun
usaha. Merintis usaha pun tidak selalu langsung berhasil, terkadang
kita mengalami kerugian terlebih dahulu. Ketika percobaan pertama
rugi, maka kita akan mencoba kembali. Kali kedua membangun
usaha itulah kita membutuhkan modal lagi, maka dari itu modal yang
disediakan harus memenuhi jumlah yang cukup.
Itulah beberapa karakteristik yang dimiliki oleh negara
berkembang. Karakteristik tersebut mungkin tidak semua dimiliki
oleh suatu negara berkembang, namun poin-poin yang telah
disebutkan di atas merupakan karakteristik negara berkembang
secara umum dan paling banyak ditemui.

Kondisi Indonesia sebagai Negara Berkembang


Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di benua
Asia), tepatnya di Asia Tenggara. Sebagai salah satu bagian dari benua
Asia, Asia tenggara memiliki belasan negara anggota. Belasan negara
anggota dari Asia Tenggara tersebut sebagian besar bahkan semuanya
adalah negara yang masih berkembang. Negara berkembang
merupakan negara yang masih terus memperbaharui kondisi
negaranya. Negara berkembang masih memiliki banyak permasalahan
yang sedikit rumit, seperti misal tingkat kemiskinan yang masih tinggi,
Dengan demikian dapat kita sarankan kepada pemerintah dengan
penjelasan sebagai berikut :
 Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidakstabilan
sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang
menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang
kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan
ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam
negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan
berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
 Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan

Pembangunan Ekonomi 61
fungsi entrepreneurial yang bersedia dan mampu mengadakan
akumulasi kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi
yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
 Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan
investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat
menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat
dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-
barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program
pelayanan kesehatan dasar masyarakat, pendidikan, irigasi,
penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi,
program-program latihan dan keterampilan, dan program
lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
 Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sektor swasta)
merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema
kemiskinan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti
telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan
dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi
di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya
bias menabung.
 Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup
masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju
pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah
yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan
penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan
melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau
daerah pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus
urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan
mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
 Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk
mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan
tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja,

62 Dr. Mulyaningsih, [Link]


yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-
sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi; tetapi juga
faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikan potensi produksi
tidak dapat direalisasikan.

F. Tujuan Pembangunan Ekonomi Negara Berkembang


Tujuan Pembangunan Ekonomi Di Negara Sedang Berkembang
Pembangunan Ekonomi memiliki Pengertian adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mengembangkan ekonomi dan taraf hidup
masyarakatnya atau suatu proses yang menyebabkan pendapatan per
kapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Pembangunan
ekonomi di negara berkembang memiliki tujuan. Negara-negara
Berkembang di Dunia Jumlah negara berkembang di dunia sangat
banyak sekali. Bahkan mayoritas atau sebagian besar negara di dunia
merupakan negara berkembang. Apabila kita menjelajah bumi, kita
menemukan beberapa benua. Nah, di setiap penjuru benua tersebut
kita akan dapat menemukan negara berkembang. Bahkan di wilayah
kita sendiri, wilayah Asia tenggara, negara-negara yang ada pun
merupakan negara berkembang.
Nah itulah negara-negara berkembang yang ada di berbagai
belahan dunia dan sudah dikelompokkan ke dalam benua-
benuanya masing-masing. Negara berkembang tersebut memiliki
karakteristik yang sama pada umumnya, namun tetap saja tidak
semua negara tersebut mempunyai semua karakteristik. Negara-
negara berkembang seperti yang telah disebutkan di atas tetap
berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas negaranya dan juga
berusaha mengatasi setiap masalah yang dihadapinya dengan cara
yang seefektif mungkin. Dengan demikian kedaan yang dimilikinya
akan berangsur-angsur membaik dan tidak menutup kemungkinan
akan berubah menjadi negara maju, dan sebaliknya negara maju
pun tidak lepas kemungkinan akan menjadi negara berkembang jika

Pembangunan Ekonomi 63
mengalami penurunan kualitas dari berbagai segi.

1. Membangun bangsa yang maju


Taraf kemajuan perekonomian dapat diukur dari berbagai
indikator, antara lain PDB dan PDB per kapita. Keseimbangan
komposisi dalam struktur perekonomian mencerminkan pula
kemajuan perekonomian.
Perekonomian yang maju seringkali diartikan dengan
perekonomian yang tidak terlalu bergantung pada sektor primer,
dalam hal ini pertanian dan pertambangan. Perekonomian yang
maju lebih di dominasi oleh peranan sektor industri manufaktur dan
jasa. Keseimbangan struktur ekonomi juga harus tercermin dalam
penyerapan tenaga kerja. Umumnya komposisi tenaga kerja menurut
sektor mengikuti keadaan struktur ekonominya. Kemajuan
ekonomi juga dapat dicerminkan dari tingkat ketergantungan
sumber daya pembangunan di mana ketergantungan pada
sumber daya pembangunan dari luar negeri makin mengecil.
Di samping semua hal tersebut, perekonomian yang maju juga
ditandai dengan makin membaiknya distribusi pendapatan. Distribusi
pendapatan ini mencakup distribusi pendapatan antar daerah, antar
golongan dan antara kota dan desa.

2. Membangun bangsa yang mandiri


Tujuan pembangunan nasional yang kedua adalah membangun
bangsa yang mandiri. Kemandirian adalah tingkat kemajuan yang
harus dicapai suatu bangsa sehingga bangsa itu dapat membangun
dan memelihara kelangsungan hidupnya berlandaskan kekuatannya
sendiri. Ini berarti untuk membangun bangsa yang mandiri
dibutuhkan perekonomian yang mapan. Kemandirian juga tercermin
pada kemampuan bangsa untuk memenuhi sendiri kebutuhan yang
paling pokok.

64 Dr. Mulyaningsih, [Link]


3. Membentuk masyarakat yang sejahtera
Tujuan yang ketiga adalah membentuk masyarakat yang sejahtera.
Masyarakat yang sejahtera pada taraf awal pembangunan adalah suatu
masyarakat yang kebutuhan pokoknya terpenuhi. Kebutuhan pokok
itu mencakup pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan.
Namun hal itu saja tidak cukup, karena masyarakat yang sejahtera
harus pula berkeadilan. Dengan makin majunya taraf kehidupan
masyarakat, maka masyarakat yang sejahtera akan menikmati
kemajuan hidup secara berkeadilan. Keseluruhan upaya itu harus
membangun kemampuan dan kesempatan masyarakat untuk
berperan serta dalam pembangunan sehingga masyarakat bukan
hanya sebagai objek tetapi juga subjek pembangunan. Upaya
membangun kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan itu harus
dicapai pula dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Menerapkan Tujuan Pembangunan Milenium atau
Millennium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut,
terdapat 8 (delapan) tujuan (goal) yang hendak dicapai
sampai tahun 2015 oleh negara-negara di dunia termasuk
Indonesia, dengan tujuan pertama adalah mengatasi dan/atau
memberantas kemiskinan dan kelaparan (United Nations, 2000).
Dengan demikian, pemerintah Indonesia telah membuat komitmen
nasional untuk memberantas kemiskinan dalam rangka pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Dimana pemerintah dan semua perangkatnya dalam semua
level, baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota bersama-
sama dengan berbagai unsur masyarakat memikul tanggung
jawab utama untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan
sekaligus memberantas kemiskinan yang terjadi di Indonesia paling
lambat tahun 2015. Kendati Indonesia ikut serta dalam kesepakatan
global melaksanakan MDGs untuk mengurangi kemiskinan dan

Pembangunan Ekonomi 65
meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dicanangkan
PBB sejak 2000, namun dalam Human Development Report
2007 yang dikeluarkan oleh UNDP, menunjukkan bahwa kualitas
manusia Indonesia makin memburuk dalam 10 tahun terakhir.
Dalam laporan tersebut, HDI atau IPM Indonesia yang diukur dari
pendapatan riil per kapita, tingkat harapan hidup, tingkat melek
huruf dan kualitas pendidikan dasarnya, ternyata peringkat Indonesia
masih berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Peringkat Indonesia dari tahun ke tahun selalu menurun dari 110
menjadi peringkat 112 dari 175 negara yang dinilai UNDP (2003),
walaupun pada tahun 2006 terdapat peningkatan ranking ke 110
(UNDP, 2007).

1. Penduduk
Permasalahan utama dari negara berkembang adalah
pertumbuhan penduduknya yang tidak terkendali. Hal ini akan
menyebabkan permasalahan yang cukup rumit.

2. Permasalahan yang Sering Timbul di Negara Berkembang


Setiap negara pastilah mempunyai permasalahan, tidak mungkin
jika tidak memiliki permasalahan baik negara maju maupun negara
berkembang. Perbedaannya, negara maju lebih memiliki sedikit
permasalahan daripada negara berkembang jika dilihat dari berbagai
sisi. Apa saja permasalahan yang ada di negara berkembang? Berikut
ini adalah ulasannya.

3. Ekonomi
Keadaan perekonomian di negara berkembang biasanya
masih semrawut. Banyak pengangguran di negara berkembang,
penyebabnya adalah kurangnya kesempatan kerja dan juga kualitas
SDM yang masih rendah.

66 Dr. Mulyaningsih, [Link]


4. Pendidikan
Pendidikan di negara berkembang tidak merata dan masih
banyak orang yang belum mendapatkan pendidikan secara layak. Hal
ini karena kelebihan jumlah penduduk di negara berkembang.

5. Kesehatan
Fasilitas kesehatan di negara berkembang masih sangat kurang.
Hal ini juga didukung oleh kesadaran masyarakat yang masih rendah
tentang menjaga kebersihan, sehingga masih banyak orang yang
sakit.

6. Infrastuktur
Biasanya negara berkembang memiliki luas wilayah yang lebih
besar daripada negara maju, namun infrastrukturnya kurang. Hal ini
karena kekurangan anggaran yang dimiliki oleh negara berkembang.

7. Hukum
Penegakan hukum di negara berkembang masih kurang.
Hal ini didukung dengan kesadaran masyarakat akan hukum itu
sendiri masih rendah, sehingga masih banyak ditemukan berbagai
permasalahan hukum.

8. Tingkat Produksi
Hasil produksi di negara berkembang masih tergolong rendah,
hal ini disebabkan karena masih rendahnya tingkat produktivitas
yang rendah dan juga kualitas sumber daya manusia yang masih
kurang. Industrinya biasanya menggunakan tenaga manusia sehingga
kalah dengan yang menggunakan mesin.

Pembangunan Ekonomi 67
9. Kualitas penduduk
Kualitas penduduk rata-rata di negara berkembang masih rendah.
Hal ini didukung dengan pendidikan yang masih tidak merata.

10. Ketidakmerataan Hasil Pembangunan


Kekurangan infrastruktur membuat hasil pembangunan menjadi
tidak merata, hanya terpusat di wilayah ibukota saja. Hal ini didukung
dengan ketidakmerataan penghasilan masyarakat.

11. Ketergantungan pada Luar Negeri


Negara berkembang masih kekurangan dalam memproduksi
barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Banyak
barang yang mengandalkan produksi negara lain.

Pembangunan Ekonomi Indonesia


Pembangunan Ekonomi
Pengertian pembangunan ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan
untuk mengembangkan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya atau
suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk
meningkat dalam jangka panjang.

Tujuan Pembangunan Ekonomi Tujuan


Selama dekade 1950-an hingga awal dekade 1960-an, kebijakan-
kebijakan pembangunan ditujukan, terutama sekali, untuk
maksimalisasi pertumbuhan ekonomi melalui proses akumulasi
modal dan industrialisasi. Meskipun demikian, tolok ukur ekonomi
tersebut tampaknya tidak sepenuhnya menunjukkan perbaikan
kualitas hidup masyarakat. Memasuki akhir dekade 1960-an
dan awal dekade 1970-an, pembangunan ekonomi mengalami
redefinisi, mulai muncul pandangan bahwa tujuan utama dari
usaha-usaha pembangunan ekonomi bukan lagi menitikberatkan

68 Dr. Mulyaningsih, [Link]


pada aspek pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi bagaimana
mengurangi angka kemiskinan dan ketimpangan, seperti pendekatan
pembangunan pertumbuhan dengan pemerataan (redistribution with
growth) dan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach).
Meskipun demikian, pemikiran tersebut tidak mengerucut pada
suatu solusi yang mampu mengatasi problematika pembangunan
yang terjadi.
Perubahan yang paling mendasar pada fokus ekonomi
pembangunan terjadi selama dekade 1970-an dan dekade 1980-
an. Fokus kajian ekonomi pembangunan sudah lebih ditekankan
pada analisis tentang keberagaman negara sedang berkembang
(NSB) dan pengidentifikasian faktor penyebab mengapa terjadi
perbedaan tingkat kinerja ekonomi dari setiap negara. Pada masa ini
pembangunan semakin dilihat sebagai suatu proses multidimensional
yang mencakup perubahan-perubahan yang mendasar di dalam
struktur sosial, perilaku masyarakat, perbaikan sistem kelembagaan
(institutional development), selain aspek-aspek ekonomi seperti
kenaikan pendapatan per kapita, kemerataan distribusi pendapatan,
dan pengentasan kemiskinan. Dengan adanya batasan tersebut, maka
pembangunan ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
perbaikan sistem kelembagaan.
Tujuan Pembangunan GBHN 1993 menegaskan bahwa tujuan
pembangunan nasional dalam PJP II adalah membangun bangsa
yang maju, mandiri dan sejahtera. Untuk mencapainya, pertama-
tama kita harus memajukan perekonomian seiring dengan kualitas
sumber daya manusia. tujuan pembanguna di orde baru melalui
beberapa prioritas untuk memenuhi beberapa indikator.

Pembangunan Ekonomi 69
1. Membangun bangsa yang maju
Taraf kemajuan perekonomian dapat diukur dari berbagai
indikator, antara lain PDB dan PDB per kapita. Keseimbangan
komposisi dalam struktur perekonomian mencerminkan pula
kemajuan perekonomian. Perekonomian yang maju seringkali
diartikan dengan perekonomian yang tidak terlalu bergantung
pada sektor primer, dalam hal ini pertanian dan pertambangan.
Perekonomian yang maju lebih didominasi oleh peranan
sektor industri manufaktur dan jasa. Keseimbangan struktur
ekonomi juga harus tercermin dalam penyerapan tenaga kerja.
Umumnya komposisi tenaga kerja menurut sektor mengikuti keadaan
struktur ekonominya. Kemajuan ekonomi juga dapat dicerminkan
dari tingkat ketergantungan sumber daya pembangunan di mana
ketergantungan pada sumber daya pembangunan dari luar negeri
makin mengecil. Di samping semua hal tersebut, perekonomian yang
maju juga ditandai dengan makin membaiknya distribusi pendapatan.
Distribusi pendapatan ini mencakup distribusi pendapatan antar
daerah, antar golongan dan antara kota dan desa.

2. Membangun bangsa yang mandiri


Tujuan pembangunan nasional yang kedua adalah membangun
bangsa yang mandiri. Kemandirian adalah tingkat kemajuan yang
harus dicapai suatu bangsa sehingga bangsa itu dapat membangun
dan memelihara kelangsungan hidupnya berlandaskan kekuatannya
sendiri. Ini berarti untuk membangun bangsa yang mandiri
dibutuhkan perekonomian yang mapan. Kemandirian juga tercermin
pada kemampuan bangsa untuk memenuhi sendiri kebutuhan yang
paling pokok.

3. Membentuk masyarakat yang sejahtera


Tujuan yang ketiga adalah membentuk masyarakat yang

70 Dr. Mulyaningsih, [Link]


sejahtera. Masyarakat yang sejahtera pada taraf awal pembangunan
adalah suatu masyarakat yang kebutuhan pokoknya terpenuhi.
Kebutuhan pokok itu mencakup pangan, sandang, papan, pendidikan
dan kesehatan.
Namun hal itu saja tidak cukup, karena masyarakat yang
sejahtera harus pula berkeadilan. Dengan makin majunya taraf
kehidupan masyarakat, maka masyarakat yang sejahtera akan
menikmati kemajuan hidup secara berkeadilan. Keseluruhan upaya
itu harus membangun kemampuan dan kesempatan masyarakat
untuk berperan serta dalam pembangunan sehingga masyarakat
bukan hanya sebagai objek tetapi juga subjek pembangunan.
Upaya membangun kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan
itu harus dicapai pula dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Menerapkan Tujuan Pembangunan Milenium atau
Millennium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut,
terdapat 8 (delapan) tujuan (goal) yang hendak dicapai sampai
tahun 2015 oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia,
dengan tujuan pertama adalah mengatasi dan/atau memberantas
kemiskinan dan kelaparan (United Nations, 2000). Dengan demikian,
pemerintah Indonesia telah membuat komitmen nasional untuk
memberantas kemiskinan dalam rangka pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Dimana pemerintah dan
semua perangkatnya dalam semua level, baik pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten/kota bersama-sama dengan berbagai unsur
masyarakat memikul tanggung jawab utama untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan dan sekaligus memberantas
kemiskinan yang terjadi di Indonesia paling lambat tahun 2015.
Kendati Indonesia ikut serta dalam kesepakatan global melaksanakan
MDGs untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang dicanangkan PBB sejak 2000,
namun dalam Human Development Report 2007 yang dikeluarkan

Pembangunan Ekonomi 71
oleh UNDP, menunjukkan bahwa kualitas manusia Indonesia
makin memburuk dalam 10 tahun terakhir. Dalam laporan
tersebut, HDI atau IPM Indonesia yang diukur dari pendapatan
riil per kapita, tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf dan
kualitas pendidikan dasarnya, ternyata peringkat Indonesia
masih berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Peringkat Indonesia dari tahun ke tahun selalu menurun dari 110
menjadi peringkat 112 dari 175 negara yang dinilai UNDP (2003),
walaupun pada tahun 2006 terdapat peningkatan ranking ke 110
(UNDP, 2007).
Sebelum Orde Baru strategi pembangunan di Indonesia secara
teori telah diarahkan pada usaha pencapaian laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Namun pada kenyataannya tampak adanya
kecenderungan lebih menitik beratkan pada tujuan-tujuan politik
dan kurang memperhatikan pembangunan ekonomi.
Sedangkan pada awal Orde Baru, strategi pembangunan
di Indonesia lebih diarahkan pada tindakan pembersihan dan
perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar, terutama usaha-usaha
untuk menekan laju inflasi yang sangat tingi (Hyper Inflasi).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Dengan
ditiadakannya Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai
pedoman penyusunan rencana pembangunan nasional dan
diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka untuk menjaga
pembangunan yang berkelanjutan, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional sangat diperlukan. Sejalan dengan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

72 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Nasional (SPPN) yang memerintahkan penyusunan RPJP Nasional
yang menganut paradigma perencanaan yang visioner, maka RPJP
Nasional hanya memuat arahan secara garis besar.
Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan
menghindarkan kekosongan rencana pembangunan nasional,
Presiden yang sedang memerintah pada tahun terakhir
pemerintahannya diwajibkan menyusun RKP dan Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) pada tahun
pertama periode Pemerintahan Presiden berikutnya, yaitu pada
tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025. Namun demikian, Presiden
terpilih periode berikutnya tetap mempunyai ruang gerak yang
luas untuk menyempurnakan RKP dan APBN pada tahun pertama
pemerintahannya yaitu tahun 2010, 2015, 2020, dan 2025, melalui
mekanisme perubahan APBN (APBN-P) sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Dengan adanya kewenangan untuk menyusun RKP dan RAPBN
sebagaimana dimaksud di atas, maka jangka waktu keseluruhan
RPJPN adalah 2005-2025. Kurun waktu RPJP Daerah sesuai dengan
kurun waktu RPJP Nasional. Sedangkan periodisasi RPJM Daerah
tidak dapat mengikuti periodisasi RPJM Nasional dikarenakan
pemilihan Kepala Daerah tidak dilaksanakan secara bersamaan
waktunya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005. Di samping itu, Kepala
Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah dilantik menetapkan RPJM
Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Tujuan
yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang
RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk: (a) mendukung
koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan
nasional, (b) menjamin terciptanya integrasi,

Pembangunan Ekonomi 73
sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat
dan Daerah, (c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, (d)
menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan (e) mengoptimalkan
partisipasi masyarakat melakukan impor dari luar negeri. Selain
itu kecintaan penduduk akan produk dalam negeri masih kurang
sehingga lebih memilih barang impor.
Nah itulah berbagai permasalan yang dihadapi negara maju, dan
pada kenyataannya mungkin akan lebih banyak lagi.

Hambatan Pembangunan Di Indonesia


Salah satu faktor yang menyebabkan pembangunan kita bangsa
Indonesia lambat berkembang adalah karena tidak berorientasi
kepada akar kemampuan bangsa sendiri.
Susilo Bambang Yudoyono ([Link]) mengung-
kapkan beberapa hambatan dalam pembangunan yaitu:
1. Pemerintah pusat, utamanya birokrasi, sering lambat dan
bahkan tidak sejalan dengan sebuah rencana.
2. Penyakit kedua, pemerintah daerah sering karena ada
kepentingan sendiri tidak memperlancar dan cenderung
menghambat.
3. Hambatan ketiga, ketika investor ingkar janji atau gagal
memenuhi komitmen dan rencananya.
4. Keempat, sudah tahu ada regulasi yang menghambat dan bisa
kita perbaiki tetapi tidak segera kita perbaiki.
5. Demokrasi harus membawa amanah, politik kita harus menjadi
solusi, dan tidak boleh politik diabdikan untuk kepentingan-
kepentingan sempit yang mengunci segalanya.

74 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Lima (5) ciri administrasi yang umumnya ditemukan di negara
berkembang
1. Pola dasar (basic pattern) administrasi publik di Indonesia
bersifat jiplakan (imitative) dari pada asli (indegenous). Di
negara-negara berkembang, baik negara yang pernah dijajah
bangsa Barat maupun tidak, cenderung meniru sistem
administrasi Barat. Negara yang pernah dijajah umumnya
mengikuti pola administrasi negara yang menjajahnya.
2. Birokrasi di negara berkembang kekurangan sumberdaya
manusia terampil untuk menyelenggarakan administrasi
pembangunan. Kekurangan ini bukan pada kuantitas,
melainkan kualitas.
3. Birokrasi di negara berkembang lebih berorientasi pada hal-hal
lain ketimbang mengarah pada yang benar-benar menghasilkan.
Dengan kata lain, birokrat lebih berusaha mewujudkan tujuan
pribadinya daripada kepentingan masyarakat.
4. Adanya kesenjangan yang lebar antara yang dinyatakan atau
yang hendak ditampilkan dengan kenyataan. Budaya yang
hidup adalah budaya formalisme, yaitu gejala yang lebih
berpegang kepada wujud-wujud dan ekspresi-ekspresi formal
dibanding yang sesungguhnya terjadi.
5. Birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat otonom,
artinya lepas dari proses politik dan pengawasan masyarakat.
Ciri ini merupakan warisan dari administrasi kolonial yang
memerintah secara absolut, atau sikap feodal dalam zaman
kolonial yang terus hidup dan berlanjut setelah merdeka.

Proses Perubahan terencana yang kesinambungan untuk


menciptakan kehidupan masyarakat lebih baik. Tantangan
Pembangunan ekonomi Indonesia;
a. Perjalanan Pembangunan Indonesia memang menunjukkan

Pembangunan Ekonomi 75
berbagai hal yang dapat membuat optimis bangsa, termasuk
pembangunan di bidang ekonomi. Kinerja ekonomi Indonesia
telah menunjukkan keadaan yang stabil, seperti terlihat melalui
berbagai indikator makro.
b. Namun membaiknya indikator makro tidak otomatis
menyelesaikan persoalan ekonomi yang terkait dengan persoalan
kemanusiaan yang mendasar yakni masalah kemiskinan
pengangguran.
c. Kemiskinan dan pengangguran, banyak disebabkan oleh masalh
struktural dan kultural.
d. Pendekatan struktural membutuhkan penguatan ekonomi
makro yang perlu dikaitkan dengan penguatan sektor rill.
e. Syarat penting untuk menggerakkan sektor rill adalah
tersedianya investasi. Investasi memerlukan modal terutama
dari sistem perbankan, namun sampai saat ini intermediasi
perbankan sebagai salah satu fungsi terpenting perbankan
dalam menyediakan kredit untuk sektor rill belum sepenuhnya
berjalan.

Hakikat Pembangunan
 Prof. Dr. Otto Soemarwoto (1992:39) Pembangunan pada
hakekatnya adalah “gangguan” terhadap kesinambungan
lingkungan, yaitu usaha sadar manusia untuk mengubah
keseimbangan lingkungan baik keseimbangan baru pada
tingkat kualitas yang dianggap lebih baik.
 Pasal 16, UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan LH, yang telah pula “disempurnakan”
menjadi pasal 15 dalam UU No.23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan LH yang memuat:
 Setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang mungkin akan
menimbulkan dampak (“besar” dan) penting terhadap LH

76 Dr. Mulyaningsih, [Link]


wajib memiliki (melaksanakan) analisis mengenai dampak LH.
 Ketentuan tentang rencana usaha dan atau kegiatan yang
menimbulkan dampak (“besar” dan) penting terhadap LH,
sebagai (mana) dimaksud pada ayat 1 di atas). Serta tata
cara penyusunan dan penilaian AMDAL ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah
 Disempurnakan lagi menjadi Pasal 22 dalam UU No.32 tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH yang memuat
antara lain:
- (1) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap LH wajib memiliki AMDAL.
- Pasal 23 UU No. 32 tahun 2009 memuat antara lain:
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 diatur dengan peraturan Menteri.

Hubungan Kemiskinan Dengan Pembangunan


 Pengertian pembangunan :
1. Hettne (2001) mengungkapkan bahwa “tidak ada definisi
baku dan final mengenai pembangunan yang ada adalah
usulan mengenai apa yang seharusnya diimplikasikan oleh
pembangunan dalam konteks tertentu”.
2. Randy dan Riant (2006:10) menjelaskan definisi
pembangunan yaitu “sebagai suatu perubahan tingkat
kesejahteraan secara terukur dan alami. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa perubahan alami ditentukan oleh siapa yang berperan
dalam perubahan itu. Perubahan alami adalah perubahan
yang melembaga dalam bangun sosial sekelompok manusia.
Perubahan alami adalah perubahan yang diciptakan, dimulai,
ditentukan, digerakkan, dan diselenggarakan oleh tindakan
publik”.

Pembangunan Ekonomi 77
3. Susanto (1974:137), pembangunan adalah “pemanfaatan dan
pengarahan perubahan masyarakat ke arah kemajuan suatu
bangsa dalam bentuk materi dan non materi”.
4. Susanto, Tjokroamidjojo (1995:222) mendefinisikan
pembangunan sebagai : “suatu proses pembaharuan yang
kontinyu dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu
kepada suatu keadaan yang dianggap lebih baik. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa usaha pembaharuan tersebut, pada
umumnya dilakukan dengan peranan pemerintah yang aktif
dan dengan usaha berencana”.
5. Briyant & White (1987:21), pembangunan sebagai
peningkatan kemampuan orang untuk mempengaruhi masa
depannya.
6. Misra dalam Tjokroamidjojo (1995:9) mendefinisikan
“pembangunan adalah sebagai upaya sadar dan melembaga
sehingga pembangunan tidak boleh tidak, akan bermuatan
nilai yang artinya bahwa pembangunan ingin mewujudkan
tipe masyarakat yang lebih baik di dalam citra suatu bangsa.
Dengan tujuan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik
sebagaimana didefinisikan dalam suatu negara (an increasing
of oneowncultural values)”.

 Secara lebih terperinci, Siagian (1995:2-3) merangkum


beberapa pengertian tentang pembangunan, yaitu :
1. Bahwa pembangunan merupakan suatu proses berarti suatu
kegiatan yang terus menerus dilaksanakan.
2. Bahwa pembangunan merupakan usaha yang sadar
dilaksanakan.
3. Pembangunan yang dilakukan secara sederhana dan
perencanaan tersebut berorientasi kepada pertumbuhan dan
perubahan.

78 Dr. Mulyaningsih, [Link]


4. Pembangunan mengarah kepada modernitas.
5. Modernitas yang dicapai melalui pembangunan yang
dimensional artinya bahwa modernitas itu mencakup seluruh
aspek kehidupan bangsa dan Negara.
6. Bahwa semua hal yang telah disebutkan tadi ditujukan kepada
usaha membina bangsa yang terus menerus harus dilaksanakan
dalam rangka pencapaian
7. Pada hakikatnya pembangunan merupakan perubahan
yang dilakukan sadar dan secara terus menerus serta
berkesinambungan untuk mencari solusi, memperbaiki dan
menjawab setiap permasalahan-permasalahan yang timbul
di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan agar individu
ataupun suatu kelompok masyarakat mampu memperbaiki
taraf kehidupannya menjadi lebih baik.
8. Kenyataannya pembangunan yang lebih menitikberatkan pada
pertumbuhan ekonomi telah gagal atau terdistorsi sehingga
pertumbuhan yang dicapai tidak serta merta meningkatkan
kesejahteraan rakyat malah telah menimbulkan berbagai
permasalahan sosial serius di tengah masyarakat sampai
sekarang ini, seperti kemiskinan, disharmonisasi keluarga,
tindakan kekerasan, kerawanan sosial ekonomi, ketidakadilan
terhadap perempuan dan meningkatkan pengangguran.
(Chamsyah: 2006:133)
a. Sebagai salah satu upaya untuk mencari solusi terhadap
berbagai persoalan pembangunan sebelumnya lebih terfokus
pada pertumbuhan ekonomi, telah mendasari lahirnya
paradigma baru dalam pembangunan yaitu pembangunan
sosial.
b. Chamsyah (2006:25) mengatakan: “paradigma pembangunan
kita hari ini adalah bahwa pembangunan sosial adalah salah
satu sisi pembangunan, dan bukan penampungan masalah

Pembangunan Ekonomi 79
pembangunan lain, khususnya pembangunan ekonomi

Isu pembangunan Indonesia


1. OTDA - kemajuan daerah (kesejahteraan daerah) - kemajuan
bangsa - kemajuan daya saing daerah - daya saing bangsa -
MENINGKATKAN DAYA SAING MENGHADAPI MEA.
2. Pembangunan Bali - Sumatra : Lebih maju dari timur (NTT,
Maluku, Kalimantan, s.d. Papua) KARENA PERBEDAAN; kondisi
alam, geografi, budaya dan sosial, SDA, SDM.
3. Daerah perbatasan: pemenuhan hak daya rakyat; Layanan
pendidikan, gizi, sandang pangan dan kemiskinan,
pengangguran dan air bersih, pencurian bahkan pembabatan
hutan.
4. Keunggulan komperatif dan kompetitif : Belum optimal
pemanfaatan
 Pemecahannya : Kebijakan, program, kegiatan yang
konsisten, terpadu dan bersifat lintas sektoral dengan
kesesuaian lintas ruang wilayah, sistem hukum dan
kelembagaan yang andal; serta koordinasi dan kerjasama
yang solid antar kementerian dan kesatuan kerja perangkat
daerah dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan evaluasi pemanfaatan program dan pembangunan,
pemecahan berbagai masalah daerah --- pembagian integral
dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN)
2015-2019
 Sebuah kritik review terhadap buku “Administrasi Negara-
Negara Berkembang” (Fred W. Ringgs), “Teori Pembangunan
Dunia Ketiga”, (DR. Arief Budiman) dan “Dari Kiri ke Kanan”
(Kevin P. Clemens)
Sejak akhir tahun tujuh puluhan isu berakhirnya “Dunia
Ketiga” mulai terdengar. Salah satu indikasinya adalah

80 Dr. Mulyaningsih, [Link]


berkembangnya proses pembangunan pada 125 negara
berkembang yang pada akhirnya berpredikat sebagai negara
“Dunia Ketiga”. Kelompok negara tersebut mempunyai
perbedaan tingkat pencapaian dan proses pembangunan,
problem dan kepentingan yang semuanya itu mempersulit
pembuatan kategorisasi dan konseptualisasi “Dunia
Ketiga”. Heterogenitas dan diferensiasi, ketidaksepakatan
dan ketertutupan mulai menjadi kata kunci dalam perlakuan
tentang istilah dan perjalanan sejarah “Dunia Ketiga”.
 Andreas Boechkh (1993, 111) memperkirakan bahwa
berakhirnya “Dunia Ketiga” dapat dilihat dari adanya
perbedaan besar dalam dinamika pembangunan “Dunia
Ketiga”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa mungkin juga “Dunia
Ketiga” tidak pernah ada dalam arti yang sebenarnya. T
 Terutama sekali karena tidak ada kesamaan karakteristik,
struktur, prasyarat pembangunan dan satu dinamika
pembangunan yang dapat menyatukannya. “Dunia Ketiga”
dianalisa dengan kategori yang sama.

Latar belakang kemiskinan


1. Kemiskinan merupakan masalah akut yang selalu yang
menyertai perjalanan setiap negara yang sedang berkembang
termasuk juga dihadapi oleh Indonesia.
2. Kemiskinan sesuatu yang sangat sulit dihilangkan, hal ini
disebabkan karena kemiskinan merupakan masalah sosial
yang faktor penyebabnya berkaitan dengan masalah-masalah
sosial lainnya.

Zygmunt Baumant menyatakan bahwa kemiskinan (termasuk di


dalamnya orang-orang miskin) merupakan kondisi kekurangan yang
selalu dihadapi oleh masyarakat dunia dimanapun baik itu masa

Pembangunan Ekonomi 81
lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang jika tidak dilakukan
perubahan-perubahan yang cukup
Secara garis besar faktor penyebab kemiskinan dapat
dikategorikan ke dalam 3 faktor yaitu :
a. Faktor struktur; faktor ini melihat bahwa kemiskinan
merupakan sesuatu yang melekat pada suatu masyarakat.
b. Faktor kultural ; faktor ini berhubungan dengan budaya yang
ada dalam suatu masyarakat maupun nilai yang ada dalam
individu.
c. Faktor kesengajaan ; faktor ini melihat bahwa kemiskinan
muncul karena adanya kesengajaan dari pihak-pihak tertentu.
d. Contoh beberapa cara pengentasan kemiskinan ;
e. Tahun 1970-an melalui program Inmas dan Bimas yaitu lebih
menekankan pada pemenuhan kebutuhan hidup.
f. Tahun 1990-an dengan memfokuskan pada pemberdayaan
masyarakat melalui pembangunan infrastruktur, distribusi
modal, dan penguatan lembaga-lembaga kemasyarakatan
diantaranya IDT (Inpres desa tertinggal), P3DT (pembangunan
prasarana pendukung desa tertinggal), PPK (program
pengembangan kecamatan).

Cara lain untuk mengentaskan kemiskinan yaitu :


a. Penumbuhan jiwa wirausaha dalam masyarakat : Menurut
Ciputra angka yang ideal penduduk yang wirausaha yaitu
2% dari jumlah penduduk. Sedangkan di Indonesia baru ada
sekitar 400 ribu orang wirausaha, menurutnya angka tersebut
belum ideal untuk membangkitkan perekonomian Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa.
b. Wirausahawan sosial : Jumlah wirausahawan sosial sampai
saat ini masih belum teridentifikasi secara pasti disebabkan
karena wirausahawan sosial bekerja tidak mementingkan

82 Dr. Mulyaningsih, [Link]


popularitas dan materi melainkan bagaimana dapat
memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat dapat
mandiri.

Kondisi kemiskinan
1. Kemiskinan adalah permasalahan yang bersifat multidimensi.
2. Kemiskinan tidak bisa lagi hanya dipahami sebagai sekadar
kondisi ketidakmampuan seseorang untuk mencukupi materi
dasar, melainkan di dalamnya mencakup dimensi rendahnya
tingkat pendidikan dan kesehatan, tidak adanya jaminan
masa depan, kerentanan, ketidakberdayaan, ketidakmampuan
menyalurkan aspirasi dan ketersisihan dalam peranan sosial.
3. Suatu kesalahan jika saat ini orang-orang yang disebut sebagai
orang miskin derajat kemanusiaannya hanya dipersamakan
dengan beberapa kilo kalori.

Pembangunan Ekonomi 83
BAB III

PEREKONOMIAN DUNIA

Kondisi di Indonesia;
A. Di Indonesia, pernah digunakan dua ukuran ;
1. Ukuran BPS yang menggunakan pendekatan basic needs
dengan indikator Head Count Index (HDI) dan bersifat
makro.
2. Ukuran menurut BKKBN yang lebih bersifat mikro.
3. Pengukuran kemiskinan juga dapat dipandang dari sudut
non moneter, yaitu kemiskinan diukur dari akses penduduk
akan kesehatan, pendidikan, kemampuan mengemukakan
aspirasi dll.

B. Permasalahan kemiskinan dilihat dari 3 aspek, yaitu :


1. Kegagalan pemenuhan hak dasar
2. Beban kependudukan
3. Ketidaksertaan dan ketidakadilan gender

C. Kondisi Kemiskinan
1. Kondisi kemiskinan di Indonesia dilihat dari sisi pendidikan;
ketenagakerjaan; fertilisasi, mortalitas dan harapan hidup;
kesehatan dan fasilitas perumahan.

84 Dr. Mulyaningsih, [Link]


2. Biro Pusat Statistik (BPS) menetapkan 14 kriteria untuk
menentukan keluarga miskin; meliputi sandang, pangan,
papan, kesehatan, pendidikan dan pekerjaan.
3. Kemiskinan dapat terjadi karena :
a. Disebabkan oleh lingkungan tempat tinggal
b. Disebabkan oleh sistem; seperti ketidakmerataan
pembangunan yang bersifat Pulau Jawa-sentris, regulasi
pendidikan.

D. Beberapa macam jenis manusia, yaitu :


1. Orang yang tidak mau menyerah kepada keadaan, contoh
orang miskin yang berhasil meningkatkan kesejahteraan
mereka melalui kerja keras dan usaha yang tidak kenal
menyerah.
2. Orang yang menyerah pada keadaan, bersikap apatis, bahkan
menjadi fatalis. Dalam keadaan tertentu keadaan mereka
malah memburuk sesuai dengan harapan yang semakin
berkurang.
3. Orang yang melihat kemiskinan sebagai alat untuk
mendapatkan keuntungan tertentu, biasanya orang tipe
golongan ini bersifat pemalas, cenderung menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keinginannya.
4. “Nyaman dengan kemiskinan” merupakan pola hidup
yang akan meluas dan menjadi penyakit yang semakin
menggerogoti kehidupan masyarakat apabila tidak
ditanggulangi dan diobati.

E. Kondisi kemiskinan dapat dipandang sebagai :


1. Kekurangan material; kemiskinan dan orang-orang miskin
dipandang sebagai komunitas yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup minimal. Akibatnya muncul berbagai

Pembangunan Ekonomi 85
masalah akibat ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
seperti munculnya daerah kumuh, kekurangan gizi, dll.
2. Tidak terpenuhinya kebutuhan dan hubungan
sosial; dalam hal ini kemiskinan dan orang-orang miskin
mempunyai kendala dalam mengadakan interaksi dalam
masyarakatnya. Akibatnya orang miskin terkucil secara sosial,
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
3. Kekurangan pendapatan dan kemakmuran; berhubungan
erat dengan pandangan pertama karena kurangnya
pendapatan akan berhadapan dengan kekurangan material

F. Solusi penanganan kemiskinan dalam meningkatkan


tujuan pembangunan
1. Penanggulangan kemiskinan adalah suatu proses panjang
yang memerlukan penanganan berkelanjutan.
2. Salah satu upaya untuk mempercepat pencapaian sasaran
program penanggulangan kemiskinan adalah dengan
meningkatkan elemen pemberdayaan di tingkat masyarakat
miskin.
3. Keberdayaan masyarakat miskin ditujukan agar :
4. masyarakat miskin mampu mengidentifikasi kebutuhan
mereka sehingga secara swadaya memiliki kemampuan
untuk mengentaskan dirinya dari kemiskinan,
5. Mereka mampu memanfaatkan sumber daya produktif yang
tersedia, baik yang sudah ada di masyarakat maupun yang
disediakan Pemerintah berbagai program

G. Upaya pemerintah melakukan sinergi dan


mengintegrasikan berbagai program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dari
berbagai sektor seperti :

86 Dr. Mulyaningsih, [Link]


1. Dalam wadah PNPM Mandiri yang dilakukan sejak tahun
2007, program penanggulangan kemiskinan berbasis
masyarakat diharapkan dapat diarahkan secara harmonis
guna menciptakan modal sosial.
2. Tahun 2009 PNPM Mandiri terus dibiakkan dengan berbagai
langkah pengendalian harga bahan pokok.

H. Rencana pemerintah (RKP) tahun 2009 telah menetapkan


arah kebijakan
Pengurangan kemiskinan atas 2 kelompok :
1. Pembangunan dan penyempurnaan sistem perlindungan
sosial dan keberpihakan terhadap rakyat miskin.
2. Penyempurnaan dan perluasan cakupan program
pembangunan berbasis masyarakat.
3. Peningkatan usaha rakyat.

I. Masalah Kemiskinan
1. Kuncoro (1997: 102-103) Mengemukakan Definisi
Kemiskinan Sebagai Ketidakmampuan Untuk Memenuhi
Standar Hidup Minimum. Definisi Tersebut Menyiratkan 3
Pernyataan Dasar, Yaitu :
a. Bagaimanakah Mengukur Standar Hidup
b. Apa Yang Dimaksud Dengan Standar Hidup Minimum
c. Indikator Sederhana Yang Bagaimanakah Yang Mampu
Mewakili Masalah Kemiskinan Yang Begitu Rumit?

J. Beberapa kosakata standar dalam kajian kemiskinan


Friedmann (1992:89)
1. Power line (garis kemiskinan), yaitu tingkat konsumsi rumah
tangga minimum yang dapat diterima secara sosial.
2. Absolute and relative poverty (kemiskinan absolut dan relatif),

Pembangunan Ekonomi 87
kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang jatuh di bawah
standar konsumsi minimum dan karenanya tergantung pada
kebaikan (karitas/amal).
3. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan
harapan orang-orang non-miskin, bersih, bertanggungjawab,
mau menerima pekerjaan apa saja demi memperoleh upah
yang ditawarkan.
4. Target population (populasi sasaran) adalah kelompok orang
tertentu yang dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta
program pemerintah

K. Friedmann juga merumuskan kemiskinan sebagai


minimnya kebutuhan dasar sebagaimana yang
dirumuskan dalam konferensi ILO tahun 1976.
Kebutuhan dasar menurut konferensi itu dirumuskan
sebagai berikut :
1. Kebutuhan minimum dari suatu keluarga akan konsumsi
privat (pangan, sandang, papan dan sebagainya)
2. Pelayanan esensial atas konsumsi kolektif yang disediakan
oleh dan untuk komunitas pada umumnya (air minum
sehat, sanitasi, tenaga listrik, angkutan umum dan fasilitas
kesehatan dan pendidikan)
3. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan keputusan yang
mempengaruhi mereka
4. Terpenuhinya tingkat absolut kebutuhan dasar dalam
kerangka kerja yang lebih luas dari hak-hak dasar manusia
Penciptaan lapangan kerja (employment) baik sebagai alat
maupun tujuan dari strategi kebutuhan dasar.

L. Beberapa faktor pandangan standar kemiskinan


1. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan batas miskin

88 Dr. Mulyaningsih, [Link]


dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebutan
untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan digunakan
patokan 2.100 kalori per hari.
2. Adapun pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan
meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta
aneka barang dan jasa.
3. Selama periode 1976-1993 telah terjadi peningkatan batas
garis kemiskinan, yang disesuaikan dengan kenaikan harga
barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat.
4. Garis kemiskinan yang paling dikenal adalah garis kemiskinan
Sajogyo, suatu garis kemiskinan didasarkan atas harga beras.
5. Kartasasmita (1997:234) mengatakan bahwa kemiskinan
merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai
dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian
meningkat menjadi ketimpangan.
6. Kartasasmita (1997:234) ; masyarakat miskin pada umumnya
lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya
kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari
masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi.

M. Pengertian kemiskinan :
1. Freidmann (1992:123) kemiskinan sebagai akibat dari
ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasi basis
kekuatan sosial.
2. Menurut Brendley (dalam Ala, 1981:4) kemiskinan adalah
ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang
dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan sosial yang terbatas.
3. Salim (Ala, 1981:1) kemiskinan biasanya dilukiskan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memperoleh kebutuhan hidup
yang pokok.

Pembangunan Ekonomi 89
4. Lavitan mengatakan kemiskinan sebagai kekurangan barang-
barang dan pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai
suatu standar hidup yang layak.

N. Kriteria Kemiskinan
• [Link] Menyebutkan Beberapa Kriteria
Kemiskinan Sebagai Berikut :
1. Hidup Dalam Rumah Dengan Ukuran Lebih Kecil Dari 8m2
2. Hidup Dalam Rumah Dengan Lantai Tanah Atau Lantai Kayu
Berkualitas Rendah
3. Hidup Dalam Rumah Dengan Dinding Terbuat Dari Kayu
Berkualitas Rendah
4. Hidup Dalam Rumah Yang Tidak Dilengkapi Dengan WC
5. Hidup Dalam Rumah Tanpa Listrik
6. Tidak Mendapatkan Fasilitas Air Bersih
7. Menggunakan kayu bakar, arang atau minyak tanah untuk
memasak
8. Mengkonsumsi daging atau susu seminggu sekali
9. Belanja satu set pakaian baru setahun sekali
10. Makan hanya sekali atau dua kali sehari
11. Tidak mampu membayar biaya kesehatan pada Puskesmas
terdekat
12. Pendapatan keluarga kurang dari Rp.600.000,- per bulan
13. Pendidikan kepala keluarga hanya setingkat SD
14. Memiliki tabungan kurang dari Rp.500.000
15. Mempekerjakan anak di bawah umur
16. Tidak mampu membiayai anak untuk sekolah

O. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan


mengatakan bahwa kategori miskin adalah mereka
dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan sebesar

90 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Rp.211.726 atau sekitar Rp.7000 per hari.
1. BPS merelease mengenai kriteria kemiskinan di Indonesia
dengan urutan sebagai berikut :
a. Tidak miskin, pengeluaran/orang/bulan lebih dari
Rp.350.610
b. Hampir tidak miskin, pengeluaran/kepala antara
Rp.280.488 -Rp.350.610 atau Rp.9.350 - Rp.11.687 per
orang per hari. Jumlahnya mencapai 27.12 juta jiwa
c. Hampir miskin, pengeluaran/bulan/kepala Rp.233.740
- Rp.280.488 atau Rp.7.780 - Rp.9.350 per orang per hari.
Jumlahnya mencapai 30,02 juta
d. Miskin, pengeluaran/bulan/kepala Rp.233.740 – ke
bawah atau Rp.7.780 – ke bawah/orang/hari. Jumlahnya
mencapai 31 juta
e. Sangat miskin (kronis) tanpa kriterianya pengeluaran
per orang per hari. Tidak diketahui jumlahnya mencapai
sekitar 15 juta
2. Kemiskinan dalam pandangan Syariah berulang-ulang
diungkapkan dalam Al-Qur’an. Selain miskin ada juga istilah
yang berdekatan atau tumpang tindih dengannya yaitu faqir.
3. Kedua sering dijadikan dua kata yang melekat yaitu fakir
miskin, padahal kata tersebut mempunyai arti yang spesifik.
a. Orang-orang faqir (Fuqara’). Mazhab Asy-Syafi’iyah
dan Al-Hanabilah yang dimaksud dengan Faqir yaitu
orang yang tidak punya harta serta tidak punya
penghasilan yang mencukupi kebutuhan dasarnya atau
hanya mencukupi hajat paling asasinya.
b. Orang-orang miskin (Masakin). Yaitu orang yang tidak
punya harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar hidupnya, namun masih ada sedikit kemampuan
untuk mendapatkannya.

Pembangunan Ekonomi 91
P. Alat Ukur Kemiskinan
1. Dalam Upaya Mengetahui Tingkat Pembangunan Manusia
dan Kemiskinan Manusia, Biro Pusat Statistik Telah
Mengembangkan Alat Ukur Yang Dikenal Dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Kemiskinan
Manusia (IKM).
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Adalah Alat Yang
Digunakan Untuk Mengukur Seberapa Tinggi Tingkat
Pembangunan Manusia Yang Mencakup 4 Variabel, Yaitu :
a. Harapan Hidup
b. Angka Melek Huruf
c. Rata-Rata Lama Sekolah
d. Penghasilan Riil Kapita Yang Disesuaikan
3. Indeks Kemiskinan Manusia (IKM adalah alat yang digunakan
untuk mengukur seberapa tinggi tingkat kemiskinan manusia
yang mencakup 5 variabel :
a. Penduduk yang diperkirakan tidak mencakup umur 40
tahun
b. Angka buta huruf penduduk dewasa
c. Penduduk tanpa akses pada air bersih
d. Penduduk tanpa akses pada fasilitas sarana kesehatan
e. Balita kurang gizi
f. Dari alat ukur tersebut dapat diperoleh informasi
mengenai tingkat kesejahteraan sosial penduduk.
Semakin tinggi tingkat IPM penduduk, menggambarkan
semakin banyaknya penduduk yang mampu memenuhi
kebutuhan. Hidup dan mengakses pelayanan sosial, dan
rendahnya IKM menggambarkan sedikitnya penduduk
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup.
4. BPS menggunakan 2 macam pendekatan, yaitu :

92 Dr. Mulyaningsih, [Link]


1. Pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach)
2. Pendekatan Head Count Index.
3. Garis kemiskinan terdiri dari 2 komponen, yaitu :
a. Garis kemiskinan makanan (food line)
b. Garis kemiskinan non makanan (non food line)
5. Mengukur kemiskinan terdapat 3 indikator yang
diperkenalkan oleh Foster dkk (1984) yang sering digunakan
dalam banyak studi empiris :
a. The incidence of proverty, presentasi dari populasi
yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran
konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. Dikenal
dengan rasio H.
b. The dept of proverty, yang menggambarkan dalamnya
kemiskinan di suatu wilayah yang diukur dengan indeks
jarak kemiskinan (IJK). Dikenal dengan proverty gap
index
c. The severity of property yang diukur dengan
indeks keparahan kemiskinan (IKK). Dikenal dengan
distributionally sensitive index dapa

Q. Pertumbuhan ekonomi Indonesia


1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menurut Lapangan Usaha
Pada periode 1960 - 1965 perekonomian Indonesia berada
pada masa sulit dan menghadapi masalah yang besar. Kebijakan
pemerintah masih terkonsentrasi pada bidang politik. Situasi
ekonomi dan politik tidak stabil. Pertumbuhan PDB sangat rendah
dan inflasi sangat tinggi.
Pada periode 1966 - 1968 yang merupakan masa transisi dari
orde lama ke orde baru, ekonomi Indonesia mulai menggeliat dan
menunjukkan perbaikan dengan pertumbuhan rata-rata mencapai
lima persen.

Pembangunan Ekonomi 93
Pembangunan nasional mulai terarah dan terencana melalui
repelita. Dalam kurun waktu 1969–1973 pertumbuhan ekonomi
meningkat tajam, dengan rata-rata pertumbuhan di atas tujuh persen.
Lapangan Usaha Konstruksi tumbuh ekspansif dengan pertumbuhan
dua digit (double digit), begitu juga Lapangan Usaha Pertambangan
dan Penggalian yang menjadi sumber pertumbuhan pada periode ini.
Pada periode 1974 - 1983, ekonomi Indonesia masih tumbuh
cukup baik. Dukungan program-program repelita sebelumnya
menjadikan pertumbuhan rata-rata PDB mencapai 6,66 persen.
Capaian ini sedikit lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Hal
ini disebabkan terjadinya resesi ekonomi dunia yang berdampak
kepada perekonomian nasional. Pada periode ini sektor-sektor
sekunder masih menunjukkan perkembangan yang baik.
Selanjutnya periode 1984 - 1993 tingkat pertumbuhan ekonomi
Indonesia sedikit melambat dibanding periode sebelumnya.
Pertumbuhan rata-rata hanya mencapai 6,06 persen. Untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, beberapa kebijakan ekonomi
diluncurkan melalui paket-paket deregulasi seperti deregulasi
perbankan serta ekspor dan impor. Tatanan ekonomi semakin
diperbaiki dimana investasi dipacu lebih cepat dan pola produksi
diarahkan ke pasar luar negeri.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia seperti negara lainnya
di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara pada pertengahan 1997
menyebabkan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan sebesar
4,70 persen. Dampak krisis ekonomi semakin nyata di tahun 1998
dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hebat
sebesar 13,13 persen dan merupakan pertumbuhan terendah sejak
Indonesia merdeka. Seluruh lapangan usaha ekonomi mengalami
kontraksi pertumbuhan. Konstruksi merupakan lapangan usaha yang
mengalami pukulan hebat akibat krisis ekonomi, diikuti Keuangan,
Persewaan, dan Jasa Perusahaan serta Perdagangan, Hotel, dan

94 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Restoran.
Pada tahun 1999, dampak krisis ekonomi mulai dapat
dikendalikan. Ekonomi Indonesia saat itu berada dalam masa
perbaikan (recovery) dan mampu tumbuh 0,79 persen. Ekonomi
Indonesia terus membaik dimana tahun 2000 ditandai dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,92 persen. Selanjutnya Ekonomi
Indonesia dalam kurun waktu 2001 - 2010 berkembang semakin
baik dari tahun ke tahun, namun mengalami sedikit tekanan ketika
terjadinya krisis ekonomi global tahun 2008. Kondisi ini memberikan
dampak pada ekonomi Indonesia tahun 2009 yang hanya tumbuh
4,63 persen melambat dibanding capaian tahun 2008 sebesar 6,01
persen. Tahun 2010, perekonomian Indonesia kembali membaik
dengan capaian pertumbuhan sebesar 6,22 persen.
Dalam kurun waktu 2011 - 2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia
melambat dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh perlambatan yang
terjadi pada beberapa lapangan usaha, diantaranya Pertambangan
dan penggalian, Industri Pengolahan dan Perdagangan. Perlambatan
di Pertambangan dan Penggalian disebabkan oleh kontraksi yang
terjadi pada Pertambangan Minyak, Gas, dan Panas Bumi serta
perlambatan pada Pertambangan Batu Bara dan Lignit pada tahun
2014. Perlambatan di Industri Pengolahan disebabkan kontraksi
pada Industri Batubara dan Pengilangan Migas serta perlambatan di
beberapa industri bukan migas lainnya. Perlambatan Perdagangan
Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda motor disebabkan oleh
perlambatan yang terjadi pada perdagangan besar dan eceran bukan
mobil sepeda motor.

A. Investasi
(Investasi) Tabungan Dalam Negeri dalam pembangunan
ekonomi sangat penting merupakan sebuah pendekatan yang
dilakukan oleh beberapa negara dalam pembentukan modal.

Pembangunan Ekonomi 95
Pendekatan pembangunan ekonomi yang menekankan tentang
pentingnya proses pembentukan modal fisikal mungkin merupakan
pendekatan yang paling populer, meskipun dalam dua dekade
terakhir sudah banyak mengkritiknya.
Beberapa tiga hal yang menyebabkan kritikan terhadap
pendekatan ini, yaitu :
Pertama Jika dibandingkan dengan pendekatan-pendekatan lain,
pendekatan ini mempunyai landasan teoritis yang cukup kuat, seperti
ditunjukkan oleh Harrod-Domar yang menunjukkan hubungan antara
pertumbuhan investasi dengan pendapatan nasional. Pandangan
yang menganggap bahwa pembentukan modal merupakan faktor
kunci bagi pertumbuhan suatu negara ini kemudian kita kenal
sebagai aliran fundamentalisme modal (capital fundamentalism).
Kedua adalah karena aliran fundamentalisme modal ini sejalan
dengan tujuan-tujuan dan keinginan dari para donor bantuan-
bantuan luar negeri atau asing pada era tahun 1950-an dan 1960-an.
Keterbatasan modal dinilai sebagai hambatan pokok bagi percepatan
pembangunan ekonomi di setiap negara. Selain itu, setiap kerangka
perencanaan pembangunan di berbagai negara. Program tersebut
menunjukkan betapa pentingnya modal awal dan perlunya suntikkan
awal modal asing (terutama dalam wujud bantuan luar negeri) yang
cukup besar guna mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Ketiga alasan lain mengapa aliran fundamentalisme modal ini
bisa bertahan adalah karena kerangka kerjanya cukup fleksibel dalam
memasukkan gagasan-gagasan baru dalam ilmu ekonomi, khususnya
tentang konsep modal insani (human capital). Modal insani ini
jika dibandingkan dengan stok modal fisikal, maka perbandingan
tersebut sangatlah besar. Bahkan untuk beberapa negara maju, rasio
antara modal insani dan modal fisikal bisa mencapai angka 1.1.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa nilai persediaan modal insani ternyata sama

96 Dr. Mulyaningsih, [Link]


dengan nilai persediaan modal fisikal. Hal ini merupakan kritik secara
tidak langsung terhadap peranan modal fisikal dalam pembangunan
ekonomi.

B. Sumber Tabungan Dalam Negeri


Pada umumnya, NSB membiayai rasio investasi GDP mereka
yang lebih tinggi dengan cara mengidentifikasikan usaha-usaha
mobilisasi tabungan dari berbagai sumber, baik tabungan domestic
maupun tabungan luar negeri, tabungan pemerintah maupun
tabungan swasta. Jumlah tabungan yang tersedia di suatu Negara (S)
secara merupakan hasil akumulasi atas jumlah tabungan domestic
(Sd) dan tabungan luar negeri (Sf) tabungan domestik dapat dibagi
menjadi dua komponen, yaitu : 1. tabungan pemerintah (Sg), dan
2. Tabungan swasta (Sp). Tabungan pemerintah itu sendiri terdiri
dari tabungan anggaran yang diperoleh dari surplus penerimaan
pemerintah atas konsumsinya, di mana konsumsi pemerintah dapat
didefinisikan sebagai keseluruhan pengeluaran pemerintah dalam
bentuk uang plus semua aliran modal keluar (capital outflows) untuk
pembelian peralatan-peralatan militer. Untuk Indonesia, contoh-
contoh konsumsi pemerintah ini meliputi pengeluaran-pengeluaran
untuk subsidi daerah otonom, subsidi pangan, gaji pegawai negeri
dan angkatan bersenjata, perbaikan jalan-jalan dan jembatan dan
pembayaran atas cicilan hutang plus bunga.

a. Tabungan Domestik
NSB sebagai sebuah kelompok telah mengintensifkan usaha-
usaha mobilisasi tabungan sejak tahun 1980. Bagi sebagian kecil
negara kecenderungan harga ekspor dari sumber daya alam mereka
cukup memberikan pengaruh yang signifikan pada kapasitas
menabung mereka, Kebijakan-kebijakan pemerintah juga
mempunyai dampak yang cukup besar bagi kemampuan NSB dalam

Pembangunan Ekonomi 97
memobilisasi tabungan domestic mereka. Di beberapa negara, yang
pemerintahnya secara aktif berusaha menetapkan kebijakan fiscal
dan moneter untuk mendorong pertumbuhan tabungan dengan
menggunakan instrument-instrument kebijakan yang cocok untuk
mencapai tujuan tersebut. Selain itu, banyak juga pemerintah di
beberapa NSB yang memperhatikan peningkatan tabungan domestik
mereka, tetapi masih mengandalkan pada instrument-instrument
kebijakan yang kurang tepat dalam memobilisasi tabungan.

b. Tabungan pemerintah
Pada umumnya tabungan pemerintah hampir seluruhnya
diperoleh dari surplus atas penerimaan pajak secara keseluruhan
terhadap konsumsi pemerintah (Sgb). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hanya ada sedikit sekali kasus dimana
tabungan pemerintah dari badan usaha milik Negara (BUMN) yang
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi tabungan pemerintah
secara keseluruhan. Peran tabungan pemerintah ini sangatlah kecil
dan itu pun hanya terjadi di beberapa negara saja. Oleh karena itu,
pembahasan mengenai tabungan pemerintah dalam bagian ini
dibatasi pada tabungan anggaran saja.

c. Tabungan swasta
Saat ini para ekonomi, pemberi bantuan (donor) dan para
pembuat keputusan di NSB masih beranggapan bahwa tabungan
domestic swasta sebagai sumber dana kedua sesudah tabungan
pemerintah dan bantuan asing dalam struktur pembiayaan
investasi. Namun, banyak bukti empiris di sebagian besar NSB yang
menunjukkan bahwa tabungan swasta ternyata memainkan peranan
penting dalam menunjang proses pembentukan modal di dalam
negeri.

98 Dr. Mulyaningsih, [Link]


C. Faktor Penentu Tabungan Swasta
Perilaku Tabungan Rumah Tangga
1. Dalam suatu negara, pada suatu waktu tertentu, bagian
pendapatan yang ditabung oleh rumah tangga yang
berpendapatan lebih tinggi cenderung lebih besar daripada
rumah tangga yang berpendapatan lebih rendah.
2. Dalam suatu negara, rasio tabungan rumah tangga cenderung
konstan sepanjang waktu.
3. Rasio tabungan rumah tangga bervariasi antarnegara
tanpa menunjukkan adanya hubungan yang jelas dengan
pendapatan.

D. Sekilas Tentang Sumber Pembiayaan Dalam Negeri


Indonesia :
Indonesia sebagai NSB juga mengalami masalah kesenjangan
investasi-tabungan, karena pembangunan ekonomi nasional yang
berorientasi pada pertumbuhan dan industrialisasi menuntut adanya
investasi dalam jumlah besar.
Tabungan pemerintah, tabungan swasta dan tabungan domestik
Jumlah tabungan swasta pada akhir pelita IV besarnya hampir
sepuluh kali lipat dari jumlah tabungan pemerintah. Hal tersebut
mengindikasi peranan sektor swasta yang begitu kuat dalam proses
pembentukan modal di tanah air. Meningkatnya peran sektor
swasta ini tidak terlepas dari serangkaian kebijakan deregulasi
yang diluncurkan pemerintah. Tabungan pemerintah merupakan
selisih antara penerimaan pemerintah selain peminjaman plus hibah
dikurangi pengeluaran rutin.

E. Pembangunan Yang Dihadapi Tidak Hanya Prospek


Terbatas Pertumbuhan Secara Keseluruhan, Tetapi Juga
Pertumbuhan Pro-Poor.

Pembangunan Ekonomi 99
Selama tahun 1980 ketika tingkat pertumbuhan secara
keseluruhan agak rendah, pengurangan kemiskinan di India lebih
spektakuler (dari 51 persen menjadi 36 persen), terutama disebabkan
terobosan pertanian. Demikian pula, Bangladesh mengurangi
kemiskinan secara substansial pada tahun 1980 (dari 70 persen
menjadi 48 persen) dengan meningkatkan produksi pangan. Negara-
negara berkembang harus berusaha untuk terlibat dengan ekonomi
dunia, tapi hati-hati dan dengan cara mereka sendiri. Pembukaan
dini dapat menyebabkan baik untuk perpindahan langsung dari
kegiatan ekonomi dan hilangnya pertumbuhan atau distribusi
yang tidak merata dari keuntungan. Hanya jika pemerintah tepat
urutan liberalisasi perdagangan dan neraca modal dapat globalisasi
mendukung miskin. Strategi investasi dalam negeri harus mencari
untuk memulai proses pertumbuhan adat sebelum membuka ke
ekonomi global. Secara bersamaan, upaya harus dilakukan untuk
meningkatkan tingkat pembangunan manusia untuk menghadapi
tekanan persaingan globalisasi dan untuk mengatasi kelembagaan
kendala-seperti tidak adanya pengaturan yang memadai untuk
pemasaran, kontrol kualitas, transfer teknologi, dan penelitian dan
pengembangan-yang menghambat pembangunan sektor ekspor.
Salah satu implikasi dari liberalisasi perdagangan yang
jarang diteliti adalah implikasi yang merugikan pembangunan
manusia melalui dampak pada pendapatan masyarakat. Sebagian
besar negara-negara berkembang sangat bergantung pada pajak
perdagangan internasional untuk pendapatan karena mereka relatif
mudah untuk mengumpulkan. Scaling down tarif impor sebagai
bagian dari liberalisasi perdagangan telah menyebabkan kerugian
pendapatan yang cukup besar karena ketidakmampuan untuk
menggantikan tugas kustom dengan perpajakan yang lebih efektif
dari pendapatan domestik, produksi, dan transaksi yang memerlukan
administrasi perpajakan yang lebih canggih. Kekurangan pendapatan

100 Dr. Mulyaningsih, [Link]


dapat menyebabkan pemotongan besar pada pembangunan manusia
pada saat negara-negara berkembang membutuhkan lebih banyak
pengeluaran di daerah-daerah.
Prinsip umum yang dapat diturunkan dari contoh ini adalah
bahwa pertumbuhan untuk segera mengurangi kemiskinan, harus
mengarahkan sumber daya secara tidak proporsional untuk: sektor
di mana masyarakat miskin bekerja (seperti pertanian); daerah di
mana mereka tinggal (seperti kita daerah tertinggal); dan output
yang mereka konsumsi (seperti makanan). Ini berarti bahwa strategi
pertumbuhan pro-poor terutama terdiri dari penciptaan lapangan
kerja dikombinasikan dengan stabilitas harga relatif barang dan jasa
penting, seperti makanan, dalam keranjang konsumsi masyarakat
miskin.
Berdasarkan prinsip-prinsip umum, ada empat kebijakan untuk
mengurangi kemiskinan: kebijakan ekonomi makro, kebijakan
ekonomi makro atau mikro sektor, kebijakan restrukturisasi, dan
kebijakan redistributif.

1. Kebijakan ekonomi makro


Bahan makroekonomi utama pertumbuhan pro-miskin tingkat
tinggi kerja dan rendahnya tingkat inflasi. Namun, dalam arti
kurva Phillips klasik, bisa ada trade-off antara dua tujuan tersebut.
Artinya, mencapai stabilitas harga memerlukan membatasi tingkat
agregat demand, dengan ini implikasi buruk pada tingkat output dan
kesempatan kerja. Atau, meningkatkan tingkat kerja memerlukan
merangsang permintaan, yang dapat meluas ke tekanan inflasi. Ini
trade-off dapat dikurangi, namun, jika ada kelebihan kapasitas dalam
perekonomian atau jika upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas faktor.
Konsensus Washington tradisional pada stabilisasi
makroekonomi yang didukung oleh lembaga keuangan internasional

Pembangunan Ekonomi 101


overemphasizes inflasi yang rendah, sering dengan mengorbankan
pertumbuhan dan perkembangan. Secara khusus, obsesi dengan
menghilangkan defisit fiskal (dan, dengan demikian, defisit transaksi
berjalan), jika dicapai melalui pengurangan dalam pengeluaran
publik pada kegiatan pembangunan dan pelayanan publik. Telah
menghambat proses pertumbuhan dan menciptakan kemiskinan
lebih. Bertentangan dengan pandangan bahwa defisit fiskal yang lebih
tinggi mendesak keluar investasi swasta dengan menaikkan suku
bunga, ada bukti empiris persuasif bahwa jika defisit fiskal yang lebih
tinggi disebabkan oleh pengeluaran investasi publik yang lebih besar,
dari ini mungkin benar-benar “berkokok di” investasi swasta secara
bersih dengan menghapus kemacetan fisik infrastruktur dan dengan
demikian meningkatkan produktivitas faktor investasi swasta. Selain
itu, pengeluaran publik yang lebih besar untuk pendidikan dan
kesehatan meningkatkan produktivitas masyarakat miskin dan lebih
baik membekali mereka untuk keluar dari perangkap kemiskinan.
Oleh karena itu pertanyaannya adalah, adalah merupakan titik
optimal dalam inflasi pengangguran trade-off dari sudut pandang
pengentasan kemiskinan? Pengalaman tampaknya merangsang
investasi dan pertumbuhan. Selama inflasi moderat, itu perlu untuk
meredam pertumbuhan. Selain itu, pertumbuhan didorong oleh
ekspansi fiskal dapat membantu defisit pemerintah keuangan selama
mereka tidak berlebihan melalui pertumbuhan cepat pendapatan
pajak. Tingkat yang lebih besar dari investasi publik, mengembangkan
sumber daya manusia, dan mengurangi kemiskinan.
kinerja ekonomi Pakistan dalam beberapa tahun terakhir
adalah contoh utama dari proses stabilisasi pergi terlalu jauh,
di bawah naungan program IMF yang sedang berlangsung, yang
memiliki pertumbuhan substansial terbelakang dan menyebabkan
peningkatan pesat dalam pengangguran dan kemiskinan (dari
sekitar 20 persen pada awal 1990-an untuk lebih dari 33 persen saat

102 Dr. Mulyaningsih, [Link]


ini). Selama tahun 1990, pengeluaran pembangunan sektor publik
dipotong dari hampir 10 persen dari PDB menjadi kurang dari 3
persen. Sekarang tingkat stabilisasi ada, defisit transaksi berjalan
telah diubah menjadi surplus, dan cadangan devisa telah meningkat
tajam. Perkembangan yang menguntungkan meliputi dimulainya
kembali bantuan hibah oleh Amerika Serikat, utang penjadwalan
ulang yang menguntungkan, dan arus masuk besar pengiriman uang
rumah.
Namun untuk tingkat pertumbuhan turun drastis menjadi
sekitar hanya 3 persen. Investasi swasta telah menurun dalam
beberapa tahun terakhir sebagai kebijakan stabilisasi telah
menyebabkan tingkat nyata bunga yang tinggi, biaya relatif lebih
tinggi dari impor barang modal (karena depresiasi riil tukar riil
yang tinggi). Kelebihan kapasitas yang signifikan karena tingkat
rendah atau permintaan agregat, dan tidak adanya investasi publik
pelengkap dalam infrastruktur. Stabilizations fiskal telah terbukti
sulit dipahami dan defisit anggaran tetap tinggi (mendekati 7 persen
dari PDB) terutama disebabkan kegagalan penerimaan pajak tumbuh
di hadapan ekonomi stagnan.

2. Kebijakan Sektor ekonomi mikro atau Micro


Untuk pertumbuhan menjadi kemiskinan sangat mengurangi, itu
harus berkontribusi untuk generasi pekerjaan lebih pada peningkatan
angkatan kerja dan stabilitas harga barang-barang penting. Ini
berarti bahwa pertumbuhan harus terkonsentrasi di sektor-sektor
yang merupakan sumber utama mata pencaharian bagi masyarakat
miskin atau memproduksi dan jasa yang mereka konsumsi.
Sektor utama yang memenuhi kedua kriteria tersebut adalah
pertanian. pembangunan pertanian di produksi pangan khususnya
ditingkatkan dan lebih secara umum pembangunan pedesaan
cenderung membuat kontribusi terbesar untuk mengentaskan

Pembangunan Ekonomi 103


kemiskinan, terutama karena sebagian besar penduduk miskin
tinggal di daerah pedesaan. Tentu saja, sejauh mana dampaknya
tergantung pada sifat dari nominal yang tidak sama distribusi
awal tanah dan pada sifat dari strategi tertentu untuk mencapai
pembangunan pertanian. Kenaikan kemiskinan pedesaan di Pakistan
pada tahun 1990an selama periode pertumbuhan pertanian yang
cepat (lebih dari 4 persen per tahun) dan pencapaian yang dihasilkan
dari swasembada pangan menyoroti pentingnya faktor-faktor ini.
Kenaikan kemiskinan pedesaan disebabkan baik untuk tingkat tinggi
ketidaksetaraan di kepemilikan tanah pedesaan dan perubahan
dalam sistem kepemilikan tanah dimana pangsa croppers telah
diubah menjadi upah buruh.
Pengalaman dengan pertumbuhan pertanian pro-miskin adalah
bahwa hal itu tergantung pada kemajuan teknis yang tepat, untuk
contoh, penyebaran varietas unggul benih untuk meningkatkan
makanan, seperti yang terjadi selama revolusi hijau di tahun 1960-
an. Ini juga membutuhkan investasi yang lebih besar di infrastruktur
pedesaan, misalnya, dalam jaringan irigasi sekunder dan tersier, jalan
pertanian ke pasar, listrik, dan pelayanan sosial dasar. Menghapus
harga pertanian represi telah membantu merangsang kerja pertanian
dan produksi melalui peningkatan insentif. Namun, pemerintah harus
berat ini terhadap konsekuensi yang merugikan bagi masyarakat
miskin pembeli sebagian besar makanan bersih perkotaan. Lebih
besar mekanisasi pertanian, difasilitasi oleh pemberian diperluas
kredit, telah memberikan kontribusi untuk distribusi yang lebih
merata keuntungan output dan menyebabkan penggusuran tidak
memiliki tanah kecil dan besar.
Sektor lain yang datang paling dekat untuk memenuhi kriteria
tersebut adalah konstruksi, terutama jika itu berfokus pada
penampungan bagi keluarga berpenghasilan rendah dan pada
penyediaan infrastruktur pro-miskin di daerah kumuh perkotaan dan

104 Dr. Mulyaningsih, [Link]


pemukiman liar atau ke desa-desa di daerah yang lebih ke belakang.
pesatnya pertumbuhan sektor konstruksi dapat menyerap proporsi
yang signifikan dari tenaga kerja tidak terampil. Banyak negara
telah memasukkan program pekerjaan umum sebagai komponen
penting dari strategi pengurangan kemiskinan mereka untuk tujuan
menyerap pekerja pertanian musiman pengangguran dan pekerja
migran tidak terampil di daerah perkotaan.

3. Kebijakan restrukturisasi
Pada 1980-an dan 1990-an, kebijakan restrukturisasi ekonomi
semakin berfokus pada mengurangi peran negara sebagai agen
terkemuka pengembangan dan negara mengintegrasikan lebih
dekat ke dalam ekonomi global. Ini telah melibatkan satu set standar
langkah-langkah seperti privatisasi dan deregulasi, liberalisasi sektor
keuangan, liberalisasi perdagangan, dan konvertibilitas neraca modal.
Pelajaran dari pengalaman baru-baru ini menyoroti kebutuhan
untuk sequencing tepat dan laju reformasi. Krisis keuangan yang
melanda negara-negara Asia Timur 1997 menunjukkan dengan
jelas kebutuhan untuk regulasi lebih kuat dari pasar modal dalam
negeri dan sektor perbankan. Krisis ini, yang juga memicu runtuhnya
ekonomi riil, menyebabkan pembalikan dramatis pengurangan
properti di negara-negara seperti Indonesia dan Thailand.
Semalam, ini krisis keuangan menghapus keuntungan pengurangan
kemiskinan. Masalah sequencing yang salah yang terlihat di negara-
negara seperti Pakistan di mana liberalisasi sektor keuangan, yang
melibatkan pindah ke suku bunga berbasis pasar sebelum reformasi
fiskal, telah memperburuk masalah defisit fiskal yang besar karena
pertumbuhan eksplosif yang dihasilkan dalam kewajiban utang-
servis. Ini telah ramai keluar pengeluaran pembangunan dan
menyebabkan kurangnya investasi substansial dalam pembangunan
manusia.

Pembangunan Ekonomi 105


Privatisasi telah memiliki dampak ambigu pada kemiskinan.
Dimana dalam memberikan kontribusi untuk efisiensi yang lebih
besar, itu diberikan manfaat konsumen dengan baik kenaikan harga
mengurangi harga atau membatasi dalam utilitas dasar. Namun,
di mana hal itu mengarah pada pembentukan kuasi-monopoli, itu
membatasi akses bagi masyarakat miskin dengan menghapus subsidi
silang dan pentahapan keluar layanan merugi. Selain itu, privatisasi
yang melibatkan perampingan besar tenaga kerja telah menyebabkan
lebih banyak pengangguran dan kemiskinan dalam ketiadaan,
pertama, investasi swasta apung untuk menciptakan kesempatan
kerja baru bagi tenaga kerja pengungsi dan, kedua, jaring pengaman
sosial yang memadai untuk akses ke kredit dan pelatihan kembali
mekanisme .
Kebijakan untuk meningkatkan partisipasi sektor swasta
dalam penyediaan pelayanan sosial dasar seperti pendidikan dasar
dan pelayanan kesehatan kuratif telah menyebabkan struktur
dual ketentuan. Orang kaya memperoleh akses ke layanan pribadi
yang lebih berkualitas dan melihat miskin standar layanan jatuh.
Mundur dari penyediaan layanan oleh sektor publik dialihkan tenaga
terampil seperti dokter dan guru untuk fasilitas pribadi yang lebih
menguntungkan. Meskipun kasus dapat dibuat untuk privatisasi
industri dan perdagangan dengan alasan efisiensi, pemerintah tetap
peran penting dalam menjaga akses masyarakat miskin terhadap
utilitas dan pelayanan dasar.
Selama tahun 1990, liberalisasi perdagangan menjadi strategi
dasar dimana negara-negara berkembang bisa manfaat dari
globalisasi dan mencapai pertumbuhan yang dipicu ekspor lebih
cepat. Di negara-negara di mana tingkat awal represi perdagangan
tinggi (dari contoh India dan Bangladesh) membuka pasar mereka
tidak memberi keuntungan yang signifikan pada awal-ke pertengahan
1990-an. Sebagian besar negara terus menurunkan tarif impor

106 Dr. Mulyaningsih, [Link]


mereka, phase out pembatasan kuantitatif mereka, dan bergerak ke
arah rezim nilai tukar berbasis pasar dalam substitusi impor. Secara
bersamaan, insentif fiskal yang menarik dibuka lebih sektor untuk
FDI. Namun optimisme secara bertahap memudar dalam menghadapi
resesi keseluruhan di pasar dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Negara-negara maju mengangkat hambatan untuk ekspor padat
karya melalui kuota ekspor (seperti di tekstil) dan subsidi yang
sangat besar (terutama untuk pertanian) kepada produsen dalam
negeri. FDI sebagian besar masih terkonsentrasi di negara-negara
berpenghasilan menengah.
Sementara penurunan tarif impor memiliki beberapa
konsekuensi merugikan, terutama pada pengurangan kemiskinan.
Banyak industri meninggal karena ketidakmampuan mereka untuk
bersaing dengan impor lebih murah. Misalnya adat tukang dan
kerajinan sektor India, mempekerjakan banyak orang di pondok
dan industri rumahan, menghadapi kepunahan karena ketersediaan
barang konsumen dasar yang diproduksi secara massal dari luar
negeri. Sektor yang telah memperoleh manfaat dari liberalisasi
perdagangan dan investasi langsung asing di India, seperti sektor
teknologi informasi, telah dasarnya muncul sebagai kantong-kantong
ekspor dengan beberapa link mundur atau maju dengan ekonomi
domestik.

4. Kebijakan redistributive
Sebuah studi terbaru oleh Institut Dunia Ekonomi Pembangunan
telah menunjukkan bahwa ketimpangan telah meningkat dalam dua-
pertiga dari negara-negara yang datanya dapat diandalkan tersedia.
Beberapa penjelasan yang ditawarkan untuk ini termasuk perubahan
berbasis keterampilan teknologi, melemahnya serikat buruh,
liberalisasi perdagangan, dan distribusi miring dari FDI. Globalisasi
tidak hanya memberikan kontribusi untuk ketidaksetaraan lebih
besar di antara negara-negara, tetapi juga untuk ketimpangan yang

Pembangunan Ekonomi 107


lebih besar dalam negara. Pertumbuhan ekonomi dunia pada 1990-
an itu, oleh karena itu, kurang pro-poor.
Pemerintah harus menemukan kebijakan ketimpangan-
mengurangi yang juga dapat memberikan kontribusi untuk
pertumbuhan atau setidaknya netral. Salah satu kunci dari reformasi
adalah kebijakan redistributif yang mengubah alokasi sumber daya
publik melalui mengubah pola pengeluaran yang menguntungkan
orang kaya. Misalnya, Pakistan, subsidi jasa yang dikonsumsi
oleh orang kaya menambahkan hingga sebanyak 4 persen dari
PDB. Underpriced, layanan pro-kaya termasuk irigasi, listrik, dan
pendidikan tinggi. Kebijakan harga yang tepat untuk layanan ini bisa
menghasilkan pendapatan tambahan untuk subsidi silang layanan
dasar bagi masyarakat miskin.
Pengeluaran pajak, dalam bentuk pembebasan atau konsesi
dalam penerapan hukum pajak (terutama yang berkaitan dengan
pajak langsung), yang merajalela di banyak negara. Di Pakistan,
mereka biaya hampir 4 persen dari PDB dalam hal pendapatan
terdahulu dan termasuk perlakuan pajak disukai dari pendapatan
diterima di muka, termasuk penghasilan dari keuntungan modal
atau bunga; tarif efektif yang rendah pajak atau real estate; hak bebas
pajak untuk fungsionaris pemerintah tingkat tinggi; dan pembebasan
pajak penghasilan pertanian. Salah satu cara yang efektif untuk
memperluas basis pajak adalah untuk menarik pengeluaran pajak ini
bersama dengan secara bersamaan mengurangi tingkat pajak tidak
langsung, yang umumnya regresif di alam dan efek buruk lebih buruk.
Daerah lain besar atau reformasi dalam pengeluaran publik adalah
untuk mengubah komposisi. Misalnya, pengeluaran pertahanan di
banyak negara Asia Selatan secara substansial melebihi pengeluaran
sosial. Upaya mencapai perdamaian dan stabilitas yang lebih besar di
wilayah tersebut bisa menghasilkan dividen yang cukup besar dalam
hal pengeluaran yang lebih besar pada kesehatan dan pendidikan.

108 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Daerah lain di mana kebijakan redistributif bisa efektif dalam
alokasi kredit perbankan. Hal ini akan melibatkan orientasi sektor
perbankan terhadap kredit mikro bagi rumah tangga berpenghasilan
rendah dan pinjaman untuk usaha kecil dan menengah.
Penekanannya harus o meningkatkan akses bukan pada kredit
bersubsidi. Pengalaman lembaga keuangan seperti Grameen Bank
di Bangladesh adalah bahwa penekanan ini dapat menjaga biaya
intermediasi lebih rendah melalui pinjaman berbasis kelompok
sementara mempertahankan kinerja pembayaran pada tingkat
tertinggi, bahkan pada tingkat dekat-pasar yang menarik, melalui
tekanan peer group dan prospek ulangi peminjaman. Sebaliknya,
peminjam besar lebih mungkin untuk menjadi rentan terhadap
kesalahan yang disengaja karena sistem patronase politik dan kroni
kapitalisme, khususnya di bank-bank pemerintah. Selain itu, kredit
yang tersedia untuk peminjam kecil dapat berkontribusi pendapatan
dan pekerjaan untuk secara substansial lebih besar pengganda dan,
dengan demikian, membantu mengurangi kemiskinan.
Akhirnya, kasus untuk reformasi tanah yang kuat di negara-
negara di mana distribusi tanah sangat tidak merata. Misalnya, di
Pakistan dan Filipina, atas 2 sampai 3 persen petani memiliki lebih dari
sepertiga dari tanah. Isu reformasi tanah, bagaimanapun, perdebatan
dari sudut pandang dampak pada produktivitas pertanian. Namun
demikian banyak bukti empiris menyoroti tidak adanya hubungan
positif antara ukuran lahan dan produktivitas. Tampaknya bahwa
sementara peternakan lebih besar dapat menggunakan modal dan
faktor non masukan lebih intensif, pertanian kecil kemungkinan
akan ditandai dengan penggunaan yang lebih tinggi tanah, tanam,
dan intensitas tenaga kerja. Secara keseluruhan, lahan reformasi
pasangan dengan kredit diperluas dan pengaturan pemasaran
yang lebih baik fundamental dapat mengubah posisi kaum miskin
pedesaan.

Pembangunan Ekonomi 109


5. Politik Ekonomi dari Kebijakan Pro-Poor
Apa Kelayakan Mengadopsi Kebijakan Pro-Miskin dan dalam
kondisi apa mereka cenderung adopter? Bahkan dalam masyarakat
seharusnya demokratis kita melihat bukti kekuasaan negara oleh
elite, dimana kebijakan publik dan alokasi sumber daya publik yang
bias mendukung yang kaya dan berkuasa. Kebijakan ekonomi yang
pro-miskin tidak mungkin kecuali politik dan proses tata kelola yang
lebih berpihak pada masyarakat miskin. Untuk kebijakan ekonomi
untuk fokus pada pengentasan kemiskinan, struktur pemerintahan
harus efektif dalam mencapai tujuan ini. Untuk membuat struktur
tersebut efektif, koalisi pro-poor yang luas diperlukan.
Pilihan dan pelaksanaan kebijakan pro-poor jelas tergantung pada
implikasi ekonomi politik dari proses. Siapa yang diuntungkan dan
dirugikan? Pertanyaan mendasar adalah apakah koalisi yang efektif
dapat diatur untuk menggagalkan upaya oleh kelompok-kelompok
vested interest yang kuat melihat perubahan sebagai zero sum game,
dengan gainers didefinisikan dengan baik dan pecundang, maka
mereka lebih cenderung untuk menolak. Inilah sebabnya mengapa
upaya sekaligus-dan-untuk-semua pengurangan ketidaksetaraan,
seperti land reform yang progresif, sangat sulit untuk menerapkan.
Oposisi terhadap reformasi ini sangat ketat bukan hanya karena
kerugian ekonomi potensial, namun juga karena dampak yang
mendasar pada struktur kekuasaan pedesaan. Oleh karena itu,
reformasi tanah telah biasanya datang setelah terjadinya peristiwa
bencana besar (misalnya, perang, seperti di Jepang atau mengikuti
partisi dari India) atau ketika masalah kemiskinan dan kerusakan
sosial yang dihasilkan telah menjadi begitu serius pemerintah radikal
telah muncul dengan agenda yang melibatkan perubahan struktural
utama. Pengalaman baru-baru Nepal mengungkapkan bahwa, dalam
menghadapi pemberontakan Maois, pemerintah dipaksa untuk

110 Dr. Mulyaningsih, [Link]


mengumumkan reformasi lahan utama, meskipun mereka telah
sebagian besar tetap diimplementasikan sampai saat ini.
Kebijakan pro-miskin lebih mungkin jika kelompok vested
interest melihat mereka sebagai sum game yang positif. Ini adalah
kasus ketika pendapatan umumnya meningkat dengan cepat dan itu
menjadi mungkin di margin untuk mendistribusikan bagian yang
tidak proporsional dari keuntungan pendapatan dalam mendukung
orang miskin, misalnya, Malaysia mampu mengejar program tindakan
afirmatif yang kuat dalam mendukung Melayu asli yang lebih miskin
dari penduduk Cina atau India, selama periode pertumbuhan
ekonomi yang kuat. Inilah sebabnya mengapa penting untuk
menunjukkan bahwa kebijakan pro-miskin juga pro-pertumbuhan
dan strategi pembangunan berupaya mengatasi kemiskinan selama
proses pertumbuhan.
Apa elemen kunci dari pemerintahan cenderung mendukung
penerapan kebijakan pro-miskin? Perubahan sistemik dan
institusional yang memungkinkan masyarakat miskin untuk memiliki
suara kuat dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik yang
penting dan termasuk:
• Peraturan penerbangan. Kepentingan orang miskin dapat
ditumbangkan baik dengan kehadiran hukum-seperti
inheren adil seperti yang berkaitan dengan hak milik atau
perlakuan diskriminatif terhadap minoritas dan perempuan-
atau dengan aplikasi adil dan penegakan hukum. Secara
garis besar, sistem yang tepat dan peradilan diperlukan yang
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan tinggi
tetap menghormati hak milik, menjamin kesucian kontrak, dan
menurunkan biaya transaksi.
• Transparansi dan Akuntabilitas. Masalah serius dengan tata
kelola ekonomi meliputi lebih dari sentralisasi pengambilan
keputusan

Pembangunan Ekonomi 111


F. Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi
Studi-studi tentang kontribusi relatif dari modal terhadap
pertumbuhan ekonomi masih sangat terbatas di NSB dan kesimpulan
dari hasil estimasinya pun kurang begitu menyakinkan, karena
keterbatasan data yang tersedia. Namun demikian, bukti-bukti
empiris yang ada menunjukkan bahwa dampak pembentukan modal
terhadap pertumbuhan ekonomi juga cukup baik di NSB, khususnya
pada tahap-tahap awal pembangunan ekonominya.
Di sisi lain, pada tingkat pendapatan lebih tinggi, pertumbuhan
produktivitas nampaknya jauh lebih penting daripada proses
pembentukan modal, dan studi di beberapa negara berpenghasilan
menengah seperti Korea Selatan, Filipina, dan Meksiko menunjukkan
bahwa pada tahun 1990-an pertumbuhan persediaan modal fisikal
mampu memberikan kontribusi antara 0,25-0,30 dari pertumbuhan
ekonomi, atau paling banyak sebesar 0,50 di NSB pada umumnya.
Sayangnya, tidak satupun dari studi-studi tersebut yang memasukkan
kontribusi modal insani terhadap pertumbuhan ekonomi yang
hasilnya mungkin akan mengecilkan peranan pembentukan modal
fisikal dan tabungan terhadap pertumbuhan ekonomi.

a. Efisiensi Penggunaan Modal


Salah satu isu penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara,
khususnya di NSB adalah masalah efisiensi alokasi sumberdaya-
sumberdaya ekonomi yang dimilikinya. Pembangunan ekonomi
tanpa memperhatikan efisiensi alokasi sumberdaya ekonomi hanya
akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tidak optimal
karena terjadi pemborosan dalam alokasi sumberdaya-sumberdaya
ekonomi yang ada. Dalam jangka panjang, pembangunan ekonomi
akan terhambat karena efisiensi alokasi sumberdaya merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan ekonomi suatu

112 Dr. Mulyaningsih, [Link]


negara. Inilah arti penting dari efisiensi alokasi sumberdaya-
sumberdaya ekonomi dalam pembangunan.

b. Rasio-rasio Investasi di NSB


Dalam beberapa hal penekanan perhatian terhadap jenis investasi
padat modal (capital intensive investment) yang sering dijumpai di
NSB merupakan hasil yang tidak disengaja dari kebijakan pemerintah.
Selain itu, hal tersebut dapat juga menunjukkan keyakinan bahwa
hanya teknologi padatlah yang efisien, dan dalam setiap pemilihan
teknologi tidak memperhitungkan harga-harga relatif antara tenaga
kerja dan modal. Beberapa ekonomi (antara lain, Lawrence White)
mengungkapkan bahwa pemilihan teknik-teknik produksi di NSB
umumnya tidak dipengaruhi oleh sinyal-sinyal harga.
Kebijakan-kebijakan yang menyebabkan adanya underpricing
atas modal dan overpricing atas tenaga kerja nampaknya
menyebabkan perusahaan-perusahaan dan pemerintah mengadopsi
teknik-teknik yang lebih banyak modal dan kurang tenaga kerja.
Dalam situasi surplus tenaga kerja, pertumbuhan pendapatan
per kapita riil sebesar 4 persen per tahun tidak bisa sepanjang waktu
tanpa adanya rasio investasi sekurang-kurangnya 15 persen di dalam
perekonomian yang menekankan pada investasi yang bersifat padat
tenaga kerja, dan 25 persen pada perekonomian yang menekankan
pada investasi yang bersifat padat modal. Untuk menjamin rasio
investasi sebesar 15 persen saja bukan merupakan hal yang mudah
bagi sebagian NSB, khususnya pada beberapa negara (selain India
dan Cina) yang dalam kategori Bank Dunia termasuk negara yang
berpenghasilan rendah.

Pembangunan Ekonomi 113


Table 6.3
Tingkat Investasi dan Tabungan Domestik Menurut Kelompok
Pendapatan

Kategori Tabungan Investasi Celah


Negara Domestik (% Domestik (% Sumberdaya
dari GDP) dari GDP) 1980 1990
1980 1990 1980 1990 2004
2004 2004
Pendapatan 20 21 23 16 18 22 -5 -3 -1
rendah
Pendapatan 27 23 26 28 26 28 1 0 2
menengah
Pendapatan 24 26 26 23 22 19 0 -4 -1
tinggi

Tabel 6.3 menunjukkan bahwa secara rata-rata negara-negara


berpendapatan menengah telah mencapai rasio investasi yang lebih
tinggi daripada negara-negara industri maju (berpendapatan tinggi)
sejak tahu 1990. Rasio-rasio investasi yang relatif lebih tinggi tersebut
dicerminkan oleh adanya tingkat pertumbuhan pendapatan per
kapita yang relatif tinggi pula, tingkat pertumbuhan pendapatan per
kapita riil tahunan untuk negara-negara berpendapatan menengah
telah mencapai angka 3,8 persen selama periode 1996 sampai 1997
dan 2,8 persen untuk negara berpendapatan rendah, dan 2,2 persen
pada kelompok negara-negara industri maju.
Teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan peruba-
han sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang
menunjang proses perubahan. Paradigma ketergantungan menca­kup

114 Dr. Mulyaningsih, [Link]


teori-teori keterbelakangan (under-development) ketergantu­ngan
(dependent development) dan sistem dunia (world system theory)
sesuai dengan klasifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005)
membaginya ke dalam tiga klasifikasi teori pembangunan, yaitu
modernisasi, keterbelakangan dan ketergantungan. Dari be­rbagai
paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi tentang
pengertian pembangunan. Pengertian pembangunan mungkin men-
jadi hal yang paling menarik untuk diperdebatkan. Mungkin saja ti-
dak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat mengartikan kata pem-
bangunan.
Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang pembangunan
telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik
(Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi
oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya
ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan
berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan
di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai
`suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih
banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi
dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan
Rochmin Dahuri, 2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang
berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan seperti
yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua adalah terciptanya
alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa
pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam
seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada
terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu
berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai
aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus
berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai
moral dan etika umat.

Pembangunan Ekonomi 115


1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia
Pada tahun 1950, PDB disusun pertama kali sejak
diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia. Nilai PDB atas dasar
harga berlaku saat itu mencapai Rp.84,0 miliar. Mulai tahun 1960,
PDB disusun secara berkala dengan metodologi dan cakupan yang
lebih lengkap. Pada periode 1960 - 1965 kondisi perekonomian
masih buruk, inflasi tumbuh sangat tinggi yang berdampak pada nilai
PDB atas berlaku. Nilai PDB atas dasar harga berlaku saat itu tumbuh
tinggi dari Rp.470,1 miliar pada tahun 1961 menjadi Rp.23.709,9
miliar pada tahun 1965. Namun pada akhir tahun 1965, pemerintah
menerbitkan uang rupiah baru yang nilainya diciutkan. Nilai Rp.1.000
―uang lama― diturunkan menjadi Rp.1 ―uang baru. Kebijakan ini
kembali mempengaruhi besaran PDB, dimana PDB menurun menjadi
Rp.315,9 miliar pada tahun 1966.
Pada tahun 1973 saat akhir Pelita I, PDB meningkat menjadi
Rp.6.753,4 miliar. Lapangan Usaha Pertambangan mengalami masa
emas (booming) dampak melonjaknya harga minyak di pasaran
internasional. Lapangan Usaha Industri dan lapangan usaha lainnya
meningkat tajam sebagai dampak positif dari penerapan berbagai
kebijakan terutama di bidang moneter dan fiskal.
Tahun 1998, ekonomi Indonesia terkena dampak krisis
ekonomi yang melanda kawasan Asia yang langsung berdampak
pada perekonomian Indonesia, saat itu nilai PDB Indonesia hanya
mencapai Rp.955.753,5 miliar. Berbagai kebijakan dilakukan oleh
pemerintah untuk memulihkan perekonomian. Perlahan ekonomi
Indonesia mulai membaik. Pada tahun 2000, besaran PDB mencapai
Rp.1.389.769,9 miliar dan terus merangkak naik hingga tahun 2014,
PDB Indonesia mencapai Rp 10.542.693,5 miliar.

116 Dr. Mulyaningsih, [Link]


2. Struktur Perekonomian Menurut Lapangan Usaha
Struktur Ekonomi yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga
berlaku, dalam kurun waktu 1960 - 1980 didominasi oleh Sektor
Primer yang utamanya adalah Lapangan Usaha Pertanian dengan
kontribusi sebesar 50 - 60 persen. Selanjutnya Sektor Tersier dengan
kontribusi sekitar 30 - 40 persen, dan diikuti Sektor Sekunder dengan
kontribusi sekitar 10 - 20 persen. Pada tahun 1985 terjadi perubahan
struktur ekonomi Indonesia, dimana kontribusi Sektor Tersier mulai
melampaui Sektor Primer. Sektor Tersier memiliki kontribusi sebesar
40 persen, diikuti Sektor Primer dengan kontribusi berkisar 25 -
40 persen. Selanjutnya Sektor Sekunder yang didominasi industri
pengolahan memiliki tren terus meningkat dengan kontribusi
berkisar 20 - 30 persen. Pada tahun 1993 struktur ekonomi kembali
mengalami perubahan. Sektor Sekunder dengan kontribusi berkisar
30 - 40 persen mampu menggeser Sektor Primer ke urutan paling
bawah dengan kontribusi berkisar 25 - 30 persen. Sementara Sektor
Tersier masih menempati urutan teratas dengan kontribusi sekitar
40 persen. Sampai saat ini, struktur ekonomi Indonesia masih
didominasi oleh Sektor Tersier, kemudian Sekunder dan Primer.
Meskipun demikian, perbedaan antara ketiganya tidak terlalu besar.

3. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menurut Pengeluaran


Pertumbuhan ekonomi dapat juga ditunjukkan menurut
komponen Pengeluaran PDB. Pertumbuhan ekonomi menurut
komponen Pengeluaran PDB ini juga menggambarkan angka yang
bervariasi. Keanekaragaman angka pertumbuhan ini juga sangat
dipengaruhi oleh tahapan-tahapan perencanaan dan kebijakan
pembangunan ekonomi di Indonesia. Tahapan dan kebijakan ini
sangat dipengaruhi pula oleh kejadian dan peristiwa yang juga
terjadi di dalam perekonomian dunia pada umumnya dan kejadian

Pembangunan Ekonomi 117


dan peristiwa yang juga terjadi di dalam negeri. Mulai dari masa
orde lama, masa transisi, masa awal perencanaan pembangunan
lima tahun (Pelita), masa keemasan migas (oil boom), recovery dari
oil boom menjadi non oil boom, masa non oil boom, sampai kepada
masa krisis moneter dunia yang mengakibatkan terjadinya krisis
multidimensi perekonomian Indonesia dan akhirnya pada masa
pemulihan perekonomian atau recovery kedua.
Pada masa orde lama tahun 1960 - 1968 pertumbuhan
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga masih cukup tinggi mulai
sebesar 7,8 persen tahun 1961 menjadi 9,1 persen tahun 1968,
kecuali tahun 1963 dan 1966 tumbuh negatif masing-masing sebesar
4,0 persen dan 1,5 persen. Tingginya pertumbuhan ini didorong pula
dengan pengeluaran konsumsi makanan yang begitu mahal pada
waktu itu. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pertumbuhannya
juga cukup tinggi, terbesar tahun 1966 senilai 39,0 persen, kecuali
tahun 1961, 1962, 1965 dan 1967 pertumbuhannya negatif. Hal ini
dapat dimengerti karena pada masa itu belum adanya perencanaan
yang komprehensif dan baik dari pemerintah. Pembentukan Modal
juga mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi pada waktu ini.
Mulai tahun 1961 sebesar 43,7 persen dan tahun 1968 sebesar 22,3
persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto ini secara umum masih
didominasi oleh PMTB pemerintah. Ekspor dan Impor Barang dan
Jasa pertumbuhannya juga cukup tinggi, walaupun sempat mengalami
pertumbuhan negatif pada tahun 1962, 1963, 1965 dan 1966 dengan
pertumbuhan ekspor semakin tinggi dibandingkan dengan impor.
Tahun 1969 - 1975 pada masa awal pelaksanaan Pelita
pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga berada di bawah
tujuh persen, kecuali tahun 1974 sebesar 13,8 persen. Terlihat di
sini bahwa penyediaan dan permintaan barang dan jasa sudah mulai
agak membaik seiring dengan membaiknya iklim perekonomian.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah seiring dengan peran yang

118 Dr. Mulyaningsih, [Link]


sangat dominan dari pemerintah pada masa itu juga mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi, bahkan mencapai angka 36,5 dan
30,3 persen pada tahun 1973 dan 1975, tetapi juga bertumbuh negatif
pada tahun 1972 sebesar 1,9 persen. Pertumbuhan Pembentukan
Modal pada tahun ini mencapai di atas 15 persen, tertinggi tahun
1970 sebesar 33,0 persen dan terendah 14,6 persen tahun 1975.
Pembentukan modal ini masih didominasi oleh modal milik
pemerintah. Begitu pula dengan Ekspor dan Impor Barang dan Jasa
berada di atas 9 persen, kecuali pertumbuhan ekspor tahun 1974 dan
1975 masing-masing sebesar 3,6 dan -9,8 persen, dan impor tahun
1975 sebesar 7,9 persen.
Pada masa harga minyak di pasaran dunia mulai naik tahun 1976
dan mencapai puncaknya tahun 1981 pertumbuhan Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga juga cukup tinggi dari sebesar 6,2 persen
tahun 1976 menjadi 16,7 persen tahun 1981. Begitu pula dengan
pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah berada di atas
10 persen, tertinggi sebesar 16,5 persen tahun 1977, kecuali tahun
1976, dan 1982 masing-masing sebesar 7,3 persen dan 8,2 persen.
Pertumbuhan pembentukan modal selama periode ini juga cukup
tinggi, yaitu berada di atas 11 persen, kecuali tahun 1976 dan 1979.
(PMTB) didominasi oleh investasi pemerintah untuk membangun
sarana dan prasarana, yang sebagian besar berasal dari hasil ekspor
migas.
Hal ini dapat dimengerti karena tabungan domestik dan sumber
dana luar negeri pada waktu itu masih relatif rendah. Pertumbuhan
ekspor dan impor barang dan jasa pada masa keemasan migas ini
juga cukup tinggi.
Pertumbuhan Ekspor tertinggi tahun 1977 sebesar 22,4 persen,
tetapi pada waktu mendekati habisnya masa keemasan migas ini
mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar 5,6; 2,4
dan 13,9 persen berturutturut tahun 1980 - 1982. Di lain pihak

Pembangunan Ekonomi 119


pertumbuhan Impor Barang dan Jasa masih berada di atas 15 persen,
kecuali tahun 1976 dan 1982.
Pada masa transisi yaitu masa ketergantungan ekonomi
terhadap migas menjadi nonmigas tahun 1982 - 1985 pertumbuhan
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah mulai
melambat yaitu di bawah empat persen. Pengeluaran konsumsi
pemerintah masih tumbuh sebesar 7,6 persen tahun 1985. Begitu
juga dengan pertumbuhan PMTB juga mulai lambat, bahkan tahun
1984 pertumbuhannya negatif sebesar 6,0 persen. Pemerintah mulai
mendorong investasi dari pihak swasta untuk menggantikan sumber
dari penerimaan migas. Pertumbuhan Ekspor dan Impor Barang dan
Jasa juga mengalami perubahan yang drastis, Ekspor turun -13,9
persen dan -7,8 persen tahun 1985 yang tidak lagi bertumpu dari
migas. Sebaliknya Impor juga tumbuh negatif 7,5 persen tahun 1984.
Pada tahun 1986 - 1989 masa recovery atau pemulihan kembali
kepada keadaan oil boom, pertumbuhan pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan pemerintah, mulai naik kembali. Tahun 1989
pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,2
persen, dan Pengeluaran Pemerintah sebesar 10,5 persen, walaupun
sempat mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,2 persen tahun
1987. Pertumbuhan PMTB pada masa ini juga semakin lama semakin
meningkat dari 9,2 persen tahun 1986 menjadi 13,4 persen tahun
1989. Pertumbuhan PMTB swasta masih tetap tinggi pada periode
ini, terutama investasi di bidang nonmigas. Ekspor dan Impor Barang
dan Jasa pada waktu ini juga menyamai pertumbuhan semasa periode
oil boom yaitu masing-masing sebesar 10,4 persen dan 13,4 persen
tahun 1989. Periode ditandai dengan kontribusi ekspor nonmigas
semakin meningkat dibandingkan nonmigas.
Periode tahun 1990 - 1996 disebut juga dengan fase non oil boom.
Peranan nonmigas sangat dominan dibandingkan dengan migas.
Pada masa ini pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

120 Dr. Mulyaningsih, [Link]


mengalami pertumbuhan yang tinggi. Tahun 1990 dan 1995 mencapai
sebesar 9,9 persen dan 12,6 persen. Pertumbuhan Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah tidak secepat pertumbuhan Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga, karena sudah semakin berperannya
swasta pada waktu itu. Tahun 1991 dan 1992 masing-masing sebesar
7,0 persen dan 5,8 persen pada puncaknya dan semakin menurun
pada tahun-tahun selanjutnya. PMTB pertumbuhannya juga semakin
tinggi, 14,6 persen pada tahun 1990, kemudian sempat menurun
pada tahun-tahun berikutnya, lalu meningkat lagi pada tahun 1994
- 1996 di atas 13 persen. Pertumbuhan Ekspor dan Impor Barang
dan Jasa pada waktu ini juga cukup tinggi, tetapi pertumbuhan Impor
lebih besar dari Ekspor.
Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang
kemudian berkembang menjadi krisis politik dan sosial tahun
1998, merupakan krisis ekonomi terparah yang pernah dialami
oleh Indonesia. Pertumbuhan semua komponen PDB Pengeluaran
utamanya tahun 1998 mengalami pertumbuhan negatif. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga tumbuh negatif 6,2 persen walaupun tahun
1997 sempat tumbuh sebesar 7,8 persen dan 3,1 persen tahun 1999.
Pengeluaran konsumsi pemerintah juga tumbuh negatif 15,4 persen,
yang pada tahun 1997 dan 1999 juga hanya tumbuh 0,1 persen dan
0,7 persen. PMTB mengalami pertumbuhan negatif tidak hanya pada
tahun 1998 tetapi juga pada tahun 1999 masing-masing sebesar 33,0
persen dan 16,7 persen. Padahal tahun 1997 masih tumbuh sebesar
8,6 persen. Hanya Ekspor Barang dan Jasa yang masih tumbuh positif
karena didorong oleh terdepresiasinya mata uang rupiah terhadap
US dolar, sebesar 11,2 persen. Tahun 1997 Ekspor Barang dan Jasa
juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,8 persen, tetapi
tahun 1999 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 31,8 persen.
Sementara Impor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan negatif
pada tahun 1998 dan 1999 masing-masing sebesar 5,3 persen dan

Pembangunan Ekonomi 121


38,3 persen, tetapi tahun sebelumnya tahun 1997 masih tumbuh
positif 14,7 persen.
Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada masa
recovery kedua dan kebangkitan kembali perekonomian Indonesia
tahun 2000 - 2010 bertumbuh sebesar 3 - 5 persen. Mulai tahun 2000
sampai dengan 2005 angka pertumbuhannya tercatat semakin tinggi,
3,6 persen tahun 2001 menjadi 5,7 persen tahun 2005. Sedangkan
untuk paruh kedua periode 2000 - 2010, Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga juga cenderung tumbuh tinggi dengan pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2006 (3,2 persen) dan tertinggi pada
tahun 2008 yang tercatat 5,3 persen. Pada periode ini, pertumbuhan
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sempat berada pada titik
terendah sejak krisis moneter 1998 yaitu hanya tumbuh sebesar
0,3 persen pada tahun 2010. Pertumbuhan tertinggi Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah pada rentang waktu 2000 - 2010 terjadi pada
tahun 2009 yaitu sebesar 15,7 persen sebagai dampak dari adanya
pemilu parlemen dan presiden yang membutuhkan tambahan
belanja negara secara signifikan. Pada periode ini, pertumbuhan
Ekspor juga relatif membaik dari tahun ke tahun, kecuali pada
tahun 2009 pertumbuhan tercatat negatif -9,7 persen. Pertumbuhan
Ekspor negatif pada tahun 2009 ini tidak hanya terjadi di Indonesia
melainkan merupakan gejala umum yang terjadi di berbagai belahan
dunia. Pertumbuhan Impor pada periode ini juga memiliki dinamika
yang senada dengan pertumbuhan Ekspor yaitu mengalami kontraksi
pertumbuhan pada tahun 2009 bahkan dengan magnitude yang lebih
besar, yaitu -15,0 persen.
Periode 2010 - 2014 diwarnai oleh situasi perekonomian
internasional yang kurang kondusif, meskipun demikian,
perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh di atas lima persen
pada tiap tahunnya. Yang terendah adalah pertumbuhan tahun 2014
yang tercatat 5,0 persen sedangkan yang tertinggi adalah capaian

122 Dr. Mulyaningsih, [Link]


tahun 2011 yang tercatat 6,2 persen.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga tumbuh stabil di kisaran
lima persen sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mengalami
perlambatan pertumbuhan pada tahun 2014 menjadi 2,0 persen dari
6,9 persen yang dicapai pada tahun sebelumnya. Pembentukan Modal
Tetap Bruto sepanjang periode 2010 - 2014 juga cenderung menurun
terutama karena ketergantungan yang tinggi terhadap barang modal
impor sehingga gejolak yang terjadi pada mata uang Rupiah sangat
mempengaruhi komponen ini.
Ekspor dan Impor hanya tumbuh tinggi pada tahun 2011. Untuk
tahun-tahun setelahnya tercatat pertumbuhan yang tergolong rendah
meskipun masih positif. Penyebab rendahnya pertumbuhan Ekspor
dan Impor pada beberapa tahun belakangan ini adalah lemahnya
demand terhadap komoditas ekspor Indonesia yang sebagian besar
adalah komoditas primer. Di samping itu, pelemahan mata uang
Rupiah terhadap US Dolar membuat harga barang impor termasuk
juga barang modal impor menjadi tidak ekonomis dan secara
otomatis mengurangi masuknya barang impor ke dalam negeri.
Pada semester I tahun 2015, pertumbuhan tercatat 4,7 persen jika
dibandingkan dengan semester I tahun sebelumnya (c-to-c). Hal
ini merupakan capaian pertumbuhan semester I yang terendah
sejak tahun 2010 yang biasanya di atas lima persen. Penyebabnya
adalah ekonomi internasional yang kurang kondusif sebagai
dampak dari berlarut-larutnya krisis Eropa. Meskipun demikian,
capaian pertumbuhan semester I sebesar 4,70 persen ini tergolong
exceptional karena rendahnya pertumbuhan ekonomi negara-negara
baik di Asia Tenggara maupun kawasan lain di dunia. Pertumbuhan
Konsumsi Rumah Tangga pada semester ini tercatat lima persen,
capaian ini sedikit lebih rendah daripada capaian tiga tahun terakhir
yang selalu di atas lima persen. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah
tercatat 2,47 persen dikarenakan penyerapan belanja negara yang

Pembangunan Ekonomi 123


baru mencapai 37,9 persen pada akhir semester I tahun 2015.
Pembentukan Modal Tetap Bruto pada semester ini tercatat 3,92
persen. Ini termasuk rendah dibandingkan dengan capaian semester
I tahun lalu yang tercatat 4,18 persen. Pertumbuhan negatif terjadi
untuk Pembentukan Modal Tetap Bruto dengan jenis Mesin dan
Perlengkapan yang terkontraksi masing-masing sebesar minus 3,32
persen dan minus 6,47 persen. Ekspor dan Impor tumbuh negatif
dikarenakan penurunan harga komoditas andalan ekspor Indonesia
dan pelemahan Rupiah terhadap dolar.

4. Struktur Perekonomian Menurut Komponen Pengeluaran


Pada masa 1960 - 1968 lebih banyak digunakan untuk
Pengeluaran Konsumsi baik rumah tangga maupun pemerintah
masing-masing tertinggi 96,0 persen tahun 1966 dan 11,8 persen
tahun 1961. Sedangkan, persentase terendah masing-masing tahun
1960 sebesar 79,8 persen dan 5,6 persen tahun 1965. Sementara itu,
Investasi atau PMTB tertinggi sebesar 12,1 persen tahun 1964 dan
terendah tahun 1966 sebesar 4,5 persen. Kontribusi Ekspor Barang
dan Jasa tertinggi terjadi pada tahun 1960 sebesar 13,3 persen dan
terendah sebesar 5,3 persen tahun 1965, sedangkan kontribusi
Impor tertinggi terjadi tahun 1966 sebesar 22,1 persen dan terendah
sebesar 5,7 persen tahun 1965.
Pada awal pelaksanaan Pelita 1969 - 1975 kontribusi
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mulai menurun dibandingkan
dengan pada masa Orde Lama. Dari sebesar 86,8 persen pada tahun
1969 menjadi 69,2 persen pada tahun 1975. Begitu pula dengan
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah mulai stabil pada angka tertinggi
sebesar 10,8 persen tahun 1973 dan terendah tahun 1969 sebesar
7,3 persen. Tetapi terjadi lonjakan yang besar terhadap kontribusi
PMTB dari 13,70 tahun 1970 yang merupakan persentase terendah
menjadi 20,3 persen tahun 1975. Kontribusi Ekspor Barang dan Jasa

124 Dr. Mulyaningsih, [Link]


juga meningkat dari 9,0 persen tahun 1969 (terendah) menjadi 29,0
tahun 1974 (tertinggi). Begitu juga dengan Impor Barang dan Jasa
dari yang terendah sebesar 14,8 persen tahun 1969 menjadi 22,0
tertinggi tahun 1975.
Pada masa oil boom tahun 1976 - 1981 kontribusi Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga semakin menurun dibandingkan dengan
periode-periode sebelumnya, yaitu terendah sebesar 60,5 persen
tahun 1980 dan tertinggi sebesar 67,7 persen tahun 1976. Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah pada periode ini terbesar 12,1 persen tahun
1978 dan terkecil 10,3 persen tahun 1976. Kontribusi PMTB juga
naik dari yang terendah 20,1 persen tahun 1977 menjadi 21,4 persen
tertinggi tahun 1981. Kontribusi Ekspor Barang dan Jasa juga naik
dari terkecil sebesar 21,8 tahun 1978 menjadi tertinggi sebesar 30,5
persen tahun 1980. Begitu juga dengan Impor sebesar 20,1 persen
tahun 1977 yang merupakan persentase terendah menjadi 25,6
persen tahun 1981 yang merupakan persentase tertinggi.
Tahun 1982 - 1985 masa transisi dari migas ke nonmigas
kontribusi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga semakin menurun
dibandingkan dengan fase-fase sebelumnya, tertinggi sebesar 69,9
persen tahun 1982 menjadi terendah 59,0 persen tahun 1985.
Distribusi pengeluaran konsumsi pemerintah cukup stabil pada 10,2
persen terendah tahun 1984 menjadi 11,2 persen tertinggi tahun
1985. PMTB kontribusinya juga bertambah dari tertinggi tahun 1983
sebesar 25,1 persen dan terendah tahun 1984 sebesar 22,4 persen.
Ekspor dan Impor Barang dan Jasa kontribusinya tertinggi masing-
masing sebesar 25,6 persen tahun 1984 dan 25,3 persen tahun 1983,
dan terendah masing-masing sebesar 22,2 dan 20,5 persen tahun
1985.
Tahun 1986 - 1989 masa pemulihan dari masa ketergantungan
dari migas kepada nonmigas, kontribusi Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga semakin kecil yaitu dari sebesar 61,7 persen tahun

Pembangunan Ekonomi 125


1986 yang merupakan persentase tertinggi menjadi 53,1 persen
tahun 1989 sebagai persentase terendah. Begitu juga dengan
kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah juga semakin kecil dari
11,2 persen (tertinggi) tahun 1986 dan sebesar 9,0 persen (terendah)
tahun 1988. PMTB kontribusinya semakin naik dari 24,1 persen
tahun 1986 terendah menjadi 27,3 persen tahun 1989 tertinggi.
Kontribusi ekspor dan impor barang dan jasa sedikit bertambah dari
19,5 persen tahun 1986 terendah menjadi 25,5 persen tahun 1989
tertinggi untuk ekspor, serta dari 20,5 persen tahun 1986 terendah
menjadi 23,1 persen tertinggi untuk impor, walaupun sempat sedikit
menurun tahun 1988 sebesar 21,5 persen.
Masa ketergantungan terhadap nonmigas tahun 1990 - 1996,
kontribusi Pengeluaran Rumah Tangga sedikit naik, walaupun pada
tahun 1990 - 1993 sempat mengalami penurunan, yaitu dari yang
terendah sebesar 52,3 persen tahun 1992 menjadi 62,4 persen tahun
1996. Kontribusi Pengeluaran Konsumsi Pemerintah semakin kecil,
dari yang tertinggi sebesar 9,9 persen tahun 1993 menjadi terendah
7,6 persen tahun 1996. Sementara kontribusi PMTB semakin naik
dari yang terendah sebesar 25,9 persen tahun 1993 menjadi yang
tertinggi sebesar 29,6 persen tahun 1996. Begitu juga dengan
Ekspor secara perlahan juga menunjukkan perubahan kontribusi
yang berkurang dari yang tertinggi sebesar 29,4 persen tahun 1992
menjadi yang terendah sebesar 25,8 persen tahun 1996. Begitu juga
dengan kontribusi Impor dari yang tertinggi sebesar 27,1 persen
tahun 1992 menjadi terendah sebesar 25,4 persen tahun 1994.
Pada masa krisis perekonomian tahun 1997 - 1999 persentase
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDB semakin naik
yaitu dari 61,8 persen tahun 1997 menjadi 76,2 persen tahun 1999.
Persentase Pengeluaran Pemerintah turun dari 6,8 persen tahun 1997
menjadi 5,7 persen tahun 1998, akan tetapi naik kembali sebesar 6,6
persen tahun 1999. Persentase PMTB semakin turun dari 28,3 persen

126 Dr. Mulyaningsih, [Link]


tahun 1997 menjadi 20,6 persen tahun 1999. Sebaliknya Ekspor dan
Impor Barang dan Jasa terutama pada tahun 1998 persentasenya
sempat naik tinggi dari 27,9 persen tahun 1997 menjadi 53,0 persen
serta dari 28,1 persen tahun 1997 menjadi 43,2 persen. Tahun 1999
persentase keduanya menurun kembali masing-masing sebesar 35,5
persen dan 28,5 persen.
Tahun 2000 - 2010 diwarnai oleh krisis keuangan global yang
dipicu oleh macetnya subprime mortgage di Amerika Serikat pada
tahun 2007. Sentimen negatif dan kepanikan yang terjadi di Wall
Street sebagai akibat dari krisis subprime mortgage ini dengan
cepat menjalar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.
Hal ini tergambar dari kontribusi Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga yang mengalami pasang surut, yaitu dari 61,7 persen pada
tahun 2000, mencapai puncak kontribusi pada tahun 2003 yaitu
66,5 persen dan kemudian menurun mulai tahun 2008 hingga tahun
2010. Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah justru
menunjukkan kontribusi yang meningkat sejak tahun 2007. Hal ini
dikarenakan pemerintah sengaja meningkatkan belanjanya untuk
mengkompensasi pelemahan yang terjadi baik pada sisi produksi,
konsumsi, dan ekonomi eksternal (ekspor dan impor). PMTB
kontribusinya menunjukkan peningkatan yang terus menerus. Dari
sebesar 19,7 persen pada tahun 2000 hingga menjadi 32 persen pada
tahun 2010. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dan dunia
usaha yang kuat untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Sepanjang dekade ini pula, kontribusi Ekspor dan
Impor cenderung menurun. Kontribusi Ekspor terhitung menurun
dari 39,0 persen pada awal periode menjadi 24,6 persen pada akhir
periode, sedangkan kontribusi Impor juga cenderung menurun dari
30,8 persen pada awal periode menjadi 22,9 persen pada akhir
periode. Hal ini dikarenakan situasi ekonomi eksternal yang sedang
kurang kondusif untuk mengakomodasi perkembangan kegiatan

Pembangunan Ekonomi 127


ekonomi Indonesia.
Periode 2010 hingga 2014 merupakan periode yang menandai
recovery perekonomian Indonesia dari dampak krisis subprime
mortgage meskipun tak lama setelah itu, krisis berskala global kembali
terjadi yaitu di Eropa. Dampak krisis Eropa ini juga dapat dirasakan
di Indonesia terutama dengan melemahnya permintaan ekspor dari
Indonesia oleh negara-negara Eropa. Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga kontribusinya terjaga pada kisaran 55 hingga 57 persen.
Kontribusi Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada periode ini
cenderung meningkat sedikit demi sedikit dari 9,0 persen pada tahun
2010 menjadi 9,5 persen pada tahun 2014. Pergerakan Kontribusi
PMTB pun senada dengan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang
menunjukkan kenaikan secara gradual dari 31,0 persen pada awal
periode hingga 32,6 persen pada akhir periode. Kontribusi Ekspor
dan Impor cenderung fluktuatif di tengah gejolak ekonomi eksternal
yang terjadi pada periode ini. Kontribusi Ekspor terendah terjadi
pada tahun 2013 sementara kontribusi Impor terendah terjadi pada
tahun 2010.
Untuk semester I tahun 2015, struktur Produk Domestik Bruto
Indonesia menurut pengeluaran relatif sama dengan struktur PDB
menurut Pengeluaran pada lima tahun terakhir. Dominasi yang kuat
masih ada pada Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tercatat
55,34 persen disusul oleh PMTB (32,46 persen). Kontribusi Ekspor
tercatat 21,81 persen dan merupakan kontribusi Ekspor terendah
sejak semester I tahun 2010. Sementara itu, kontribusi Impor
juga lebih kecil daripada kontribusi Impor pada semester I tahun-
tahun sebelumnya pada periode 2010 - 2014. Adanya usaha-usaha
pengembangan wilayah negara berkembang khususnya Negara
Indonesia serta adanya rencana yang matang untuk melakukan
pengembangan wilayah negara maju dan negara berkembang.

128 Dr. Mulyaningsih, [Link]


BAB IV

PEMBANGUNAN EKONOMI

A. PENGERTIAN PEMBANGUNAN EKONOMI


Pengertian dari pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan proses suatu kenaikan
pendapatan total dan pendapatan per kapita yang memperhitungkan
pada pertambahan penduduk. Kemudian disertai pada perubahan
fundamental terhadap struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan
pendapatan kepada penduduk suatu negara Pembangunan ekonomi
didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan suatu negara
dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakat.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembangunan ekonomi mempunyai unsur-unsur pokok dan sifat
sebagai berikut :
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara
kontinu
2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita
3. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus
berlangsung dalam jangka panjang
4. Perbaikan sistem kelangkaan di segala bidang

Pembangunan Ekonomi 129


Pembangunan Ekonomi - Pembangunan ekonomi adalah?
sebelum masuk ke dalam pembahasan, materi yang akan dibahas
yaitu pengertian, tujuan dan perencanaan pembangunan ekonomi
secara lengkap.

1. Pengertian Pembangunan ekonomi Menurut Para Ahli


a. Menurut Sadono Sukirno (1996)
Pengertian pembangunan ekonomi merupakan upaya untuk
meningkatkan pendapatan per kapita pada jalan mengolah kekuatan
ekonomi potensial dengan menjadikan sebagai ekonomi real dalam
melakukan penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
pengetahuan, dan lain-lain
b. Menurut Adam Smith
Economic development merupakan suatu proses perpaduan
atau kombinasi dengan pertumbuhan penduduk (pendapatan per
kapita) kemudian kemajuan teknologi.
c. Menurut Prof. Meier
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan
pendapatan riil per kapita dengan jangka waktu panjang.
d. Menurut Schumpeter (Suryana, 2000:5)
Economic development merupakan perubahan pada lapangan
industri dan perdagangan yang memiliki kaitan dengan pendapatan
per kapita dan pendapatan nasional.
e. Menurut Irawan (2002: 5)
Economic development merupakan suatu usaha yang dilakukan
dalam meningkatkan taraf hidup pada suatu negara yang diukur
melalui tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Image
pembangunan ekonomi

2. Tujuan Pembangunan Ekonomi


Ada beberapa tujuan dalam pembangunan ekonomi untuk mencapai

130 Dr. Mulyaningsih, [Link]


suatu kesejahteraan pendapatan per kapita yaitu sebagai berikut:
a. Dalam meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat pada
pemerataan pendapatan.
b. Meningkatkan kesempatan kerja untuk menambah bidang-
bidang kerja yang dapat membuat banyak tenaga kerja.
c. Memperbaiki kualitas pendidikan dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
d. Meningkatkan pemahaman masyarakat untuk budaya nilai-nilai
leluhur termasuk nilai sosial, agama dan kultur agar tidak dapat
mudah dipengaruhi dengan budaya lain yang tidak sesuai pada
norma yang berlaku terhadap suatu negara.
e. Dapat menghindari suatu inflasi.

3. Dampak Pembangunan Ekonomi


Sebuah proses pembangunan ekonomi yang dilakukan di
berbagai negara melalui pelaksanaan yang berdasarkan berbagai ahli
akan memiliki dampak terhadap pembangunan ekonomi tersebut
baik secara positif maupun negatif.
a. Dampak Positif
1) Menggunakan pembangunan ekonomi, pelaksanaan pada
kegiatan perekonomian akan berjalan semakin maju dan
dapat mempercepat proses pertumbuhan ekonomi.
2) Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan dapat
membuat lapangan pekerjaan yang sedang dibutuhkan
para masyarakat, dengan begitu akan mengurangi jumlah
pengangguran.
3) Terbentuknya lapangan pekerjaan karena adanya
pembangunan ekonomi secara langsung dapat memperbaiki
tingkat pendapatan nasional.
4) Terbentuknya pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya
perubahan pada struktur perekonomian dengan struktur

Pembangunan Ekonomi 131


ekonomi agraris menjadi suatu struktur ekonomi industri,
sehingga pada kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara
akan semakin beragam dan dinamis.
5) Pembangunan ekonomi membuat peningkatan pada kualitas
SDM sehingga dapa memungkinkan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin berkembang dengan pesat. Dengan begitu
akan menjadi peningkatan pada kesejahteraan masyarakat.

b. Dampak Negatif
Selain memiliki dampak positif, pembangunan ekonomi pun
tidak terlepas dari dampak negatif. Adapun dampak negatif tersebut
sebagai berikut;
1) Terbentuknya pembangunan ekonomi yang tidak
direncanakan dengan baik dapat mengakibatkan adanya
kerusakan pada lingkungan hidup.
2) Industrialisasi dapat mengakibatkan kekurangan lahan
pertanian.
a. Pembangunan ekonomi sebelum dijalankan akan
melakukan sebuah perencanaan, Adapun perencanaan
pembangunan ekonomi memiliki ciri, unsur dan tujuan
dari perencanaan pembangunan ekonomi tersebut.
b. Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Pengertian, Unsur, Fungsi, Sifat, Proses dan Peranan


Perencanaan
a. Pengertian Perencanaan
Menurut Davidoff & Rainer (1962),Robinson (1972) Faludi
(1973) dari perspektif paradigma rasional memberikan batasan
tentang perencanaan sebagai suatu proses untuk menentukan
masa depan melalui suatu urutan pilihan. Sedangkan menurut Dror
(1963) perencanaan merupakan suatu proses yang mempersiapkan

132 Dr. Mulyaningsih, [Link]


seperangkat keputusan untuk melakukan tindakan di masa depan.
Dari definisi tersebut Nampak bahwa perencanaan dapat dilihat
sebagai bentuk strategi yang bisa diterapkan untuk organisasi public
maupun privat. Menurut Arsyad (2002), menyatakan ada 4 (empat)
elemen dasar perencanaan yakni:
1) Merencanakan berarti memilih
2) Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya
3) Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan
4) Perencanaan untuk masa depan..

Perencanaan Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses


yang bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau
pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya dalam
mengendalikan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran dan
tujuan tertentu dalam jangka waktu agar mencapai tujuan-tujuan
pada masa yang akan datang.
Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur yang menjadi cita-cita bangsa
Indonesia. Pembangunan juga dipandang sebagai peningkatan
pertumbuhan ekonomi disertai keadilan sosial secara sadar.
Pembangunan (development) secara umum menganut tiga
paradigma, yaitu pertumbuhan (growth), perbaikan (improvement),
dan perubahan (change). Sebagai suatu proses, maka pembangunan
masyarakat tidak terlepas dari aspek manajemen yang menanganinya.
Dalam suatu proses manajemen yang umum akan meliputi aspek
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
(actuating), dan pengawasan (controlling).
Perencanaan pembangunan dari perspektif lingkungan menurut
Eagles (1984) memiliki dua komponen yaitu :
1) Sekumpulan alasan yang melihat tujuan perencanaan dari segi
ekologi dan pembangunan manusia

Pembangunan Ekonomi 133


2) Seperangkat kriteria sebagai acuan dalam menilai pembangunan
dari aspek etika ekologi dan etika sosial.

Adapun ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi


yaitu:
1) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai
perkembangan sosial ekonomi yang mantap (steady social
economic growth). Hal ini dicerminkan dalam usaha pertumbuhan
ekonomi yang positif.
2) Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan
pendapatan per kapita.
3) Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi.
4) Usaha perluasan kesempatan kerja.
5) Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai
distributive justice
6) Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang
lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

b. Unsur Perencanaan
Unsur-unsur perencanaan adalah sebagai berikut :
1) Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan.
2) Adanya kerangka rencana makro.
3) Perkiraan sumberdaya-sumberdaya bagi pembangunan
khususnya sumber-sumber pembiayaan pembangunan.
4) Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten seperti
misalnya kebijaksanaan fiskal, penganggaran, moneter, harga
serta kebijaksanaan sektoral lainnya.
5) Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang
dilakukan secara sektoral.

134 Dr. Mulyaningsih, [Link]


c. Fungsi Perencanaan
Fungsi-fungsi perencanaan :
1) Diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya
pedoman bagi pelaksanaan kegiatan yang ditunjukkan kepada
pencapaian tujuan pembangunan.
2) Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan
pilihan yang terbaik
3) Dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi tujuan
4) Sebagai alat untuk mengukur dan mengadakan pengawasan dan
evaluasi.

d. Sifat Perencanaan
Sifat perencanaan diantaranya yaitu:
1) Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan
dapat bersifat nasional, sektoral dan spasial.
2) Perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau
komprehensif dan parsial.
3) Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat
pusat dan tingkat daerah.
4) Dalam jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka
panjang, menengah atau jangka pendek.
5) Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas
ke bawah, dari bawah ke atas atau kedua-duanya.
6) Dari segi ketepatan atau keluwesan proyeksi ke depannya,
perencanaan dapat indikatif, atau preskriptif.
7) Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat
alokatif, inovatif dan rakal.

Produk perencanaan dapat berbentuk rencana kebijakan,


peraturan, alokasi anggaran, program atau kegiatan.

Pembangunan Ekonomi 135


e. Proses Perencanaan
Proses perencanaan ekonomi melalui beberapa tahap dan
masing-masing tahap sudah ditentukan dahulu apa yang ingin dicapai
pada setiap tahap tersebut. Tahap-tahap perencanaan ekonomi :
1) Menetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan
ekonomi tersebut, diantaranya untuk pertumbuhan, penciptaan
kesempatan kerja, distribusi pendapatan, pengurangan
kemiskinan, dan sebagainya.
2) Mengukur ketersediaan sumberdaya-sumberdaya yang langka
selama periode perencanaan tersebut, misalnya : tabungan,
bantuan luar negeri, penerimaan pemerintah, penerimaan
ekspor, tenaga kerja yang terlatih, dan lain-lain.
3) Memilih berbagai cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan
untuk mencapai tujuan nasional. Pada tahap ini ditetapkan
proyek-proyek investasi seperti jalan raya, jaringan irigasi,
pabrik-pabrik, pusat-pusat kesehatan. Selain itu juga
perencanaan nasional tentang kebijakan harga, seperti nilai
kurs, tingkat bunga, upah, pengaturan pajak, subsidi, dan lain-
lain.
4) Mengerjakan proses pemilihan kegiatan-kegiatan yang mungkin
dan penting untuk mencapai tujuan nasional (welfare function)
tanpa terganggu oleh adanya kendala-kendala sumberdaya dan
organisasional.

f. Peranan Perencanaan Ekonomi


Suatu rencana ekonomi bisa dianggap sebagai target ekonomi
secara kuantitatif yang khusus dan harus dicapai dalam jangka waktu
tertentu. Rencana ekonomi bersifat komprehensif atau parsial yang
artinya menetapkan sasarannya mencakup seluruh aspek pokok
perekonomian nasional, sedangkan yang bersifat parsial adalah
hanya mencakup sebagian dari perekonomian nasional seperti sektor

136 Dr. Mulyaningsih, [Link]


industri, pertanian, luar negeri, dsb.
Perekonomian pasar tidak sesuai dengan tugas operasional
negara-negara miskin, yakni bagaimana memobilisir sumberdaya
yang terbatas sehingga timbul perubahan structural untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lancer, cepat dan seimbang.
Di dunia sistem perekonomian dibagi menjadi 2 macam yaitu
market economy dan planned economy-nya, namun sebenarnya tidak
ada perekonomian yang benar-benar berencana karena masalah
perencanaan adalah masalah kadar atau derajat saja (formalitas).

g. Syarat-Syarat Berhasilnya Suatu Perencanaan :


Menurut Jhingan (1983) syarat-syarat keberhasilan suatu
perencanaan memerlukan adanya hal-hal berikut ini :
1) Komisi Perencanaan Pembentukan suatu komisi (badan atau
lembaga) perencanaan yang harus diorganisir secara tepat yang
dibagi dalam bagian-bagian dan subbagian yang dikoordinir
oleh para pakar, seperti pakar ekonomi, statistik, teknik serta
pakar lain yang berkenaan dengan masalah perekonomian.
2) Data Statistik. Adanya analisis yang menyeluruh tentang
potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara beserta
segala kekurangannya. Analisis seperti ini penting untuk
mengumpulkan informasi dan data statistik serta sumberdaya-
sumberdaya potensial lain seperti sumber daya alam, sumber
daya manusia dan modal yang tersedia di negara tersebut.
3) Tujuan. Suatu perencanaan dapat menetapkan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai. Berbagai sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai tersebut hendaknya realistis dan disesuaikan
dengan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan.
4) Penetapan Sasaran dan Prioritas. Penetapan sasaran dan
prioritas perencanaan dibuat secara makro dan sektoral.
Sasaran secara makro dirumuskan secara tegas serta mencakup

Pembangunan Ekonomi 137


setiap aspek perekonomian dan dapat dikuantifikasikan. Untuk
sasaran sektoral harus disesuaikan dengan sasaran makronya,
sehingga ada keserasian dalam pencapaian tujuan.
5) Mobilisasi Sumberdaya. Dalam perencanaan ditetapkan
adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar mobilisasi
sumberdaya yang tersedia. Sumber pembiayaan ini bisa berasal
dari sumber luar negeri dan dalam negeri (domestik).
6) Keseimbangan dalam Perencanaan. Suatu perencanaan
hendaknya mampu menjamin keseimbangan dalam
perekonomian, untuk menghindarkan kelangkaan maupun
surplus pada periode perencanaan.

h. Adapun tujuan dari Perencanaan Pembangunan Ekonomi


adalah sebagai berikut :
1) Mengarahkan kegiatan, pedoman kegiatan kepada pencapaian
tujuan pembangunan
2) Memperbaiki penggunaan sumberdaya publik yang tersedia
3) Memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai
sumberdaya swasta secara bertanggung jawab demi kepentingan
pembangunan masyarakat secara menyeluruh.
4) Terdapat perkiraan potensi, prospek perkembangan, hambatan
& risiko masa yang akan datang.
5) Memberi kesempatan mengadakan pilihan terbaik.
6) Dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya
tujuan.
7) Sebagai alat mengukur/standar terhadap pengawasan evaluasi.
8) Memperbaiki pemakaian sumberdaya publik yang telah tersedia.
9) Mengarahkan suatu kegiatan pencapaian tujuan di dalam
pembangunan.
10) Memperbaiki kapasitas sektor swasta untuk menghasilkan
nilai sumber daya swasta secara lebih bertanggung jawab

138 Dr. Mulyaningsih, [Link]


guna kepentingan pada pembangunan masyarakat secara
keseluruhan.
11) Memberikan kesempatan dalam mengadakan pilihan terbaik.
12) Adanya perkiraan potensi, prospek perkembangan, hambatan
dan risiko untuk di masa yang akan datang.
13) Dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya
tujuan.
14) Digunakan sebagai alat mengukur atau standar dalam
pengawasan.

i. Model-Model Perencanaan Pembangunan


Model pembangunan ekonomi merupakan seperangkat
hubungan terorganisasi yang memerikan berfungsinya suatu kesatuan
perekonomian (rumah tangga, individu, nasional dan internasional)
dengan seperangkat asumsi-asumsi yang disederhanakan.
Model-model perencanaan pembangunan antara lain:
1) Model Agregat
Tipe model perencanaan yang paling sederhana adalah model
agregat yang berhubungan dengan perekonomian secara keseluruhan
dan menyangkut komponen-komponen agregat seperti konsumsi,
produksi, investasi, tabungan, ekspor, impor, dan lain-lain. Model
ini biasanya digunakan untuk menentukan laju pertumbuhan PDB
dengan asumsi yang disederhanakan. Model perencanaan pertama
dan pemula yang digunakan hampir semua oleh negara berkembang
adalah model pertumbuhan agregat. (aggregate growth model)

2) Model Input-Output dan Proyeksi Sektoral: Gagasan Dasar


Pendekatan lain yang jauh lebih canggih terhadap perencanaan
pembangunan menggunakan beberapa varian model-antar
industri (inter-industry model) atau model input-output (input-
output model). Pendekatan ini memperhitungkan kenyataan

Pembangunan Ekonomi 139


bahwa kegiatan ekonomi dalam sektor-sektor industri yang utama
senantiasa saling berhubungan satu sama lain dalam suatu bentuk
himpunan persamaan aljabar yang simultan yang pada akhirnya
akan menunjukkan proses produksi atau teknologi yang digunakan
dalam masing-masing sektor industri. Semua industri selain
dianggap selain sebagai produsen output tertentu juga sebagai
konsumen atau pihak yang menggunakan output dari industri yang
lain sebagai input-inputnya. Sebagai contoh adalah sektor pertanian.
Selain sebagai produsen output tertentu (misalnya gandum) sektor
ini juga menggunakan input-input yang merupakan output-output,
katakanlah sektor industri mesin dan sektor industri pupuk.

3) Penilaian Proyek dan Analisis Manfaat Biaya Sosial


Meskipun lembaga perencanaan di negara-negara berkembang
pada umumnya menggunakan output-input sektoral yang telah
disederhanakan, namun dalam kegiatan operasional sehari-harinya
mereka lebih memperhatikan alokasi dana investasi pemerintah
yang selalu terbatas berdasarkan teknik analisis makro ekonomi
yang dikenal dengan nama penilaian proyek (project appraisal).
Namun hendaknya hubungan intelektual dan operasional antara tiga
teknik perencanaan yang penting tersebut tidak diabaikan

4) Perencanaan Dalam Perekonomian Kapitalis


Perencanaan pada umumnya merupakan usaha dengan tingkat
pengerjaan yang tinggi dan harga yang stabil melalui kebijaksanaan
fiscal dan moneter. Alat kebijaksanaan yang utama digunakan
adalah terutama dalam bidang moneter, perpajakan, dan hubungan
perdagangan luar negeri. Jadi, kalaupun tidak terdapat rencana
ekonomi yang terisi di kebanyakan perekonomian kapitalis dalam arti
seperangkat sasaran tertentu yang ditetapkan, tetapi perencanaan
pemerintah dilaksanakan dengan dasar analisis trend masa lalu dan

140 Dr. Mulyaningsih, [Link]


proyeksi keadaan ekonomi di masa yang akan datang.

5) Perencanaan Dalam Perekonomian Sosialis


Perencanaan perekonomian sosialis dikaitkan terutama
dengan perekonomian Uni Sovyet (sebelum negara uni bubar) dan
perekonomian ala Sovyet di Eropa Timur dan Asia (terutama RRC)
dimana pemerintah secara aktif dan langsung mengendalikan gerak
perekonomian melalui suatu proses pengambilan keputusan yang
terpusat. Perbedaan yang esensial antara perekonomian kapitalis
dan perekonomian sosialis adalah rangsangan versus pengendalian.
Perbedaan antara peranan perencanaan perekonomian kapitalis
dan perekonomian sosial:
Peranan perekonomian kapitalis hanya berusaha untuk mencegah
agar perekonomian tidak keluar dari lintasan pertumbuhan yang
stabil yang diinginkan melalui alat kebijaksanaan yang aktif namun
tidak langsung.
Peranan perekonomian sosialis hanya menetapkan seperangkat
sasaran tertentu yang merupakan suatu rangkaian kemajuan
ekonomi yang diinginkan akan tetapi juga berusaha melaksanakan
rencananya secara langsung.

6) Perencanaan Dalam Perekonomian Campuran


Perekonomian campuran bercirikan adanya suatu lingkungan
kelembagaan dimana sebagian dari sumberdaya produktif dan
dikelola oleh pihak swasta, sedangkan sebagian oleh pemerintah.
Tidak seperti perekonomian kapitalis yang biasanya pemilikan
pemerintah hanya kecil sekali, maka perekonomian campuran
dibedakan oleh adanya pengaruh pemerintah yang sangat besar.
Dua aspek utama dari Perencanaan Perekonomian Campuran:
Penggunaan tabungan masyarakat dan pembayaran dari luar
negeri dilakukan secara sengaja oleh pemerintah untuk melaksanakan

Pembangunan Ekonomi 141


investasi-investasi pada proyek pemerintah dan memobilisir
serta menyalurkan sumberdaya yang langka ke bidang yang bisa
diharapkan memberi sumbangan ke arah kemajuan ekonomi dalam
jangka panjang.
a. Kebijaksanaan pemerintah untuk mempermudah, bahkan
mengendalikan keadaan ekonomi swasta untuk menjamin
suatu hubungan yang serasi antara pengusaha swasta dengan
pemerintah pusat.
b. Sifat kompromi dari keadaan tersebut yaitu antara rangsangan
kapitalis dan pengendalian sosialis tampak jelas dari karakteristik
perencanaan dan perekonomian campuran.

7) Perencanaan Pembangunan Di Indonesia


8) Perencanaan Pembangunan Menurut Ilmu Administrasi
a. Menurut sudut pandang ilmu administrasi, terdapat tiga
asumsi agar perencanaan pembangunan dapat berlangsung
dengan baik, yaitu;
1. Kepemimpinan pembangunan
2. Manajemen Sumber Daya Pembangunan
3. Prosedur Perencanaan
b. Perencanaan Pembangunan Menurut Teori-Teori Perenca-
naan Pembangunan
1. Proses politik, yaitu dalam rangka mengharmonisasikan
perbedaan pandangan diantara kepentingan politik
untuk membuat konsensus.
2. Proses ekonomi, yaitu dalam rangka menyusun
tujuan pembangunan yang terencana untuk membuat
perencanaan pembangunan yang terukur.
3. Proses administrasi, yaitu dalam rangka menyelenggara-
kan perencanaan pembangunan untuk menjamin efekti-
vitas pelaksanaan perencanaan pembangunan

142 Dr. Mulyaningsih, [Link]


9) Pengendalian dan Pemantauan
Pemahaman tentang pengendalian dan pemantauan diperluaskan
agar dapat diketahui secara baik bagaimana proses pengendalian
dan pemantauan itu seharusnya dilakukan baik oleh;
(a) Departemen (nasional atau koordinasi lintas provinsi/
regional),
(b) Dinas provinsi (provinsi)
(c) Kantor (kabupaten/kota),
(d) Kelompok independen

Pengendalian dan pemantauan terhadap implementasi


perencanaan pembangunan adalah suatu rangkaian kegiatan
untuk menjamin perencanaan pembangunan mencapai tujuannya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, suatu proses pengendalian dan
pemantauan pembangunan harus memerhatikan prinsip-prinsip
a. Pengendalian pembangunan diarahkan pada efisiensi
pengeluaran negara;
b. Pengoptimalan tugas pokok dan fungsi lembaga negara yang
sudah ada;
c. Pengoptimalan peran serta masyarakat secara proaktif dalam
pengawasan penggunaan keuangan negara;
d. Penegakan upaya penilaian terhadap kinerja implementasi
perencanaan pembangunan

j. Evaluasi Hasil Perencanaan


Pemahaman tentang evaluasi hasil perencanaan: oleh
departemen (nasional atau koordinasi lintas provinsi/regional),
kelompok independen (terbentur pada siapa yang mendanai kegiatan
kelompok independen ini; jika didanai oleh Pemerintah, kelompok
ini tidak dapat lagi disebut kelompok independen).

Pembangunan Ekonomi 143


B. TEORI PEMBANGUNAN EKONOMI ATAU PERTUMBUHAN
EKONOMI
Pemahaman Konsep Pendukung Teori Pembangunan
Ekonomi Atau Pertumbuhan
Konsep Ekonomi Pembangunan tidak sama dengan
pembangunan ekonomi. Ekonomi Pembangunan adalah suatu cabang
ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi
oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara
untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara-negara
berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi.
Pembangunan Ekonomi adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakatnya, atau suatu proses yang menyebabkan pendapatan
per kapita penduduk meningkat dalam jangka panjang. Setiap negara
akan memusatkan perhatiannya pada pembangunan ekonomi.
Pembangunan Ekonomi akan menjadi sebuah perhatian karena
akan terkait kepada beberapa masalah yang dihadapi negara yang
bersangkutan. Pembangunan ekonomi akan menjadi perhatian
karena adanya kekurangan negara dalam beberapa faktor.
Evolusi Fokus Ekonomi Pembangunan. Menurut Meier &
Rouch (2000) selama dekade 1950-an hingga awal dekade 1960-
an kebijakan-kebijakan pembangunan ditunjukkan terutama sekali
pada maksimalisasi pertumbuhan GNP melalui proses akumulasi
modal dan industrialisasi. Kenyataannya strategi ini mengarahkan
pada pilihan antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-
hasil pembangunan. Namun, keberhasilan pembangunan yang
ditinjau dari tolak ukur ekonomi klasik tampaknya tidak sepenuhnya
mampu mencerminkan kenyataan hidup yang sebenarnya di dalam
masyarakat.
Fokus kajian ekonomi pembangunan sudah lebih ditekankan

144 Dr. Mulyaningsih, [Link]


pada analisis tentang berkeragaman NSB dan pengidentifikasian
faktor penyebab mengapa terjadi perbedaan tingkat kinerja ekonomi
di setiap negara.

1. Perbedaan Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi


Sebelum memberikan pemaparan yang lebih dalam mengenai
strategi pembangunan ekonomi daerah alangkah baiknya kita rinci
terlebih dahulu apa yang di maksud dengan istilah pembangunan
ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan
bagi penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
memperlancar proses pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan
dalam bentuk kenaikan Pendapatan Nasional Suatu negara dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP
riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan
indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan
dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang
dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif,
bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-
perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai
sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial

Pembangunan Ekonomi 145


dan teknik. Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk
meningkat dalam jangka panjang

Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi


Setelah sebelumnya membahas tentang perspektif global ilmu
ekonomi pembangunan, pada bahasan kali ini akan diulas teori-teori
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Pada bahasan kali ini, ada
enam teori yang akan diulas yaitu :

1. Mazhab Historismus
Pola pendekatan yang berpangkal pada perspektif sejarah
(fenomena ekonomi : perkembangan menyeluruh dan dalam tahap
dalam perjalanan sejarah). Mazhab ini mendominasi pemikiran
ekonomi di Jerman selama abad XIX sampai awal XX
a. Friedrich List tahun 1840 (cara produksi)
Merupakan pelopor Historismus : eksponen Nasionalisme
Ekonomi bahwa tahap perkembangan ekonomi yaitu dengan cara
produksi, yaitu : tahap primitif, tahap beternak, tahap pertanian,
tahap pengolahan, manufacturing, pertanian, industri pengolahan
dan perdagangan. List juga berpendapat bahwa daerah-daerah
dengan iklim sedang paling cocok untuk pengembangan industri,
karena adanya kepadatan penduduk yang sedang yang merupakan
pasar yang cukup memadai. Sedangkan daerah tropis kurang cocok
karena pada umumnya daerah tersebut berpenduduk sangat padat
dan pertanian masih kurang efisien.

b. Bruno Hildebrand tahun 1848 (cara distribusi)


Terjadi evolusi dalam masyarakat, Bruno mengkritik List : bahwa
perkembangan ekonomi bukan didasarkan pada cara produksi/ cara
konsumsi tetapi lebih kepada cara distribusi yang digunakan, yaitu :

146 Dr. Mulyaningsih, [Link]


1) Perekonomian barter (natura)
2) Perekonomian uang
3) Perekonomian kredit
Teori Bruno memiliki kelemahan yaitu : tidak jelas proses
perkembangan dari tahap tertentu ke tahap berikutnya dan tidak
memberi sumbangan yang berarti pada peralatan analisis di bidang
ilmu ekonomi

c. Karl Bucher (produksi dan distribusi)


Pendapat Bucher merupakan sintesa dari List dan Hildebrand.
Menurut Bucher, perkembangan ekonomi melalui 3 tahap, yaitu :
1) Produksi untuk kebutuhan sendiri (subsistem)
2) Perekonomian kota di mana pertukaran sudah meluas
3) Perekonomian nasional di mana peran pedagang menjadi
semakin penting
Dari ketiga teori, Bucher lebih menyempurnakan mazhab ini
karena mensintesakan antara pemikiran List dan Hildebrand.

d. Walt Whitman Rostow (W. W. Rostow)


Teori ini sangat populer dan paling banyak komentar dari ahli.
Menurut Rostow pembangunan ekonomi merupakan suatu proses
yang dapat menyebabkan :
1) Perubahan Orientasi ekonomi, politik dan social yang pada
mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi
keluar
2) Perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam
keluarga yaitu kesadaran untuk membina keluarga kecil
3) Perubahan dalam kegiatan investasi masyarakat dari melakukan
investasi yang tidak produktif menjadi investasi yang produktif
4) Perubahan sikap hidup dari adat istiadat yang kurang
merangsang pembangunan ekonomi, misal : kurang menghargai

Pembangunan Ekonomi 147


waktu kerja orang lain.
W.W. Rostow membedakan pembangunan ekonomi ke dalam 5
tahap, yaitu terdiri dari tahap sebagai berikut:
1) Tahap masyarakat tradisional
2) Tahap prasyarat tinggal landas
3) Tahap tinggal landas
4) Tahap menuju kedewasaan
5) Tahap konsumsi tinggi

2. Teori Klasik dan Teori Non klasik (Mazhab Analitis)


a. Tokoh ekonomi Klasik : Adam Smith, David Ricardo, Alfred
Marshall
1) Adam Smith
Adam Smith merupakan pelopor pembangunan ekonomi,
kebijaksanaan laissez-faire dan free trade. Dua aspek utama
pertumbuhan ekonomi menurut Smith :
a. Pertumbuhan output total
Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith
ada tiga yaitu ; SDA, SDM, barang modal yang ada. Semakin besar stok
modal, menurut Smith, semakin besar kemungkinan dilakukannya
Spesialisasi dan Pembagian kerja yang pada gilirannya akan
meningkatkan produktivitas per kapita.
b. Pertumbuhan penduduk
Jumlah penduduk akan meningkatkan tingkat upah yang berlaku
lebih tinggi dari tingkat upah subsistem yaitu tingkat upah yang
pas-pasan untuk hidup. jika tingkat upah di atas tingkat subsistem,
maka orang-orang akan kawin pada umur muda, tingkat kematian
menurun, jumlah kelahiran meningkat. Laju permintaan akan tenaga
kerja akan ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal dan laju
pertumbuhan output.

148 Dr. Mulyaningsih, [Link]


2) David Ricardo
Teori David Ricardo fokus kepada keunggulan komparatif.
Teorinya tidak jauh beda dengan teori Adam Smith (Perpacuan
antara laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output).
Jumlah faktor produksi (SDA, tanah) tidak bisa bertambah, sehingga
akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu
masyarakat. Teori Ricardo ini diungkapkan dalam bukunya berjudul
The Principles of Political Economy and Taxation (1917).
Terbatasnya jumlah tanah (faktor produksi), maka pertumbuhan
penduduk (tenaga kerja) akan menurunkan produk marjinal, hal
ini dikenal dengan istilah The law of diminishing returns. Peranan
akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah cenderung
meningkatkan produktivitas tenaga kerja artinya bisa memperlambat
bekerjanya the law of diminishing returns yang pada gilirannya akan
memperlambat pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup
minimal. Inilah inti dari proses pertumbuhan ekonomi (kapitalis)
menurut Ricardo. Proses ini tidak lain adalah proses tarik menarik
antara kedua dua kekuatan dinamis yaitu The law of diminishing
returns dan kemajuan teknologi, yang dimenangkan oleh The law
of diminishing returns.

Ciri-ciri masyarakat mencapai posisi stasioner:


(a) Tingkat output konstan
(b) Jumlah penduduk konstan
(c) Pendapatan per kapita juga menjadi konstan
(d) Tingkat upah pada tingkat upah minimal
(e) Tingkat keuntungan minimal
(f) Akumulasi modal berhenti (stok modal konstan)
(g) Tingkat sewa tanah maksimal

Pembangunan Ekonomi 149


3. Teori Neo Klasik : dirintis oleh Robert Solow dan Trevor
Swan
Pada teori ini menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
tergantung pada pertambahan penyedia faktor-faktor produksi
(penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan
teknologi.
Rasio modal-output bisa berubah. Dengan kata lain, suatu
perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam
menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan digunakan
untuk menghasilkan tingkat output.
a. Teori Keynesian (Harrod-Domar)
Teori Keynesia dikembangkan oleh Evsey Domar dan R. F
Harrod. Teori ini menganalisa syarat-syarat yang diperlukan agar
perekonomian tumbuh dalam jangka panjang; perbandingan
efektivitas investasi diformulasikan dalam ICOR. Asumsi teori
Harrod-Domar :
1) Perekonomian dalam keadaan full-employment dan barang-
barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara
penuh
2) Perekonomian terdiri dari sektor rumah tangga dan swasta
(perusahaan)
3) Besarnya tabungan masyarakat proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional
4) Kecenderungan menabung (MPS) besarnya tetap, demikian juga
ratio antara capital output ratio juga tetap.

Dalam teori ini fungsi produksinya berbentuk L karena sejumlah


modal hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu
(modal dan tenaga kerja tidak substitutif). Menurut Harrod-Domar,
setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu
dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-

150 Dr. Mulyaningsih, [Link]


barang modal yang rusak.
Keterbatasan Teori Harrod-Domar :
1) MPS dan ICOR tidak konstan, pada kenyataannya kedua hal
tersebut sangat mungkin untuk berubah, apalagi dalam jangka
waktu panjang.
2) Proporsi Penggunaan tenaga kerja dan Modal tidak tetap,
umumnya tenaga kerja dapat menggantikan modal dan
perekonomian dapat bergerak lebih mulus ke arah lintasan
pertumbuhan yang mantap. Dalam kenyataannya lintasan ini
tidak begitu stabil sehingga perekonomian harus mengalami
inflasi kronis dan pengangguran kronis.
3) Harga tidak akan tetap konstan
4) Suku bunga berubah, yang mana akan mempengaruhi investasi
dengan hubungan keduanya negat

b. Teori Schumpeter
Teori ini menjelaskan peranan pengusaha dalam proses
pembangunan. Faktor utama perkembangan ekonomi adalah proses
inovasi yang dilakukan oleh para entrepreneur (pengusaha). Inovasi
memberikan pengaruh terhadap produk baru, cara berproduksi yang
baru, daerah pemasaran yang baru, sumber bahan mentah yang baru
dan perubahan organisasi yang lebih efisien.
Runtuhnya Kapitalisme.
Pertama, bagi negara sedang berkembang (NSB) yang berusaha
mengejar kemajuan ekonomi (pertumbuhan output) maka
sistem kapitalis sesuai untuk diterapkan.
Kedua, dalam jangka panjang sistem kapitalis akan meningkatkan
dan meratakan pendapatan per kapita masyarakat.
Ketiga, Dalam jangka panjang sistem kapitalis akan “runtuh”, karena
adanya transformasi gradual di dalam sistem tersebut menuju
ke arah sistem yang lebih bersifat sosialistis.

Pembangunan Ekonomi 151


c. Teori Ketergantungan
1) Tergabungnya secara paksa daerah-daerah pinggiran ke dalam
ekonomi kapitalis dunia ; penyebab keterbelakangan NSB.
2) Implikasi -> tanpa kolonialisme dan integrasi ke sistem
kapitalisme dunia, NSB mampu mencapai tingkat kesejahteraan
tinggi dan dapat mengembangkan pengolahan (manufacturing)
mereka atas usaha dan kekuatan sendiri.
3) Mengabaikan faktor-faktor internal; struktur sosial budaya dan
pola perilaku masyarakat prakolonial.
4) Terlalu melebihkan efisiensi administratif untuk menekankan
kemungkinan yang sebenarnya terbuka bagi negara-negara
untuk mengalami suatu transisi kapitalisme borjuis.

Teori ini melihat NSB mengalami kekakuan institusional politik


dan ekonomi dalam dan luar negeri dan terjebak dalam hubungan
ketergantungan dan dominasi negara-negara industri.
Tiga Model Ketergantungan
1) Model Ketergantungan neocolonical ; terjadi keterbelakangan
dan kesenjangan antara negara kaya dan negara miskin dalam
sistem kapitalis.
2) Model paradigma keliru, terjadinya keterbelakangan NSB akibat
nasehar yang salah dan tidak tepatnya para ahli internasional
yang pandai tapi kurang informasi, melenceng, etnosentris dan
mempunyai rested interest untuk kepentingan mereka dan
organisasi internasional.
3) Model pembangunan dualistic ; dunia menunjukkan dualisme
aliran keberadaannya, dualistis antara negara kaya dan miskin,
antara superior dan inferior yang keberadaannya selalu
berdampingan.

152 Dr. Mulyaningsih, [Link]


4. Cakupan Bahasan Ekonomi Pembangunan
Belum adanya suatu pola analisis yang dapat diterima secara
umum disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Pertama, karena kompleksitas masalah pembangunan dan
banyak nya faktor yang mempengaruhi pembangunan.
b. Kedua, tidak adanya teori-teori pembangunan yang dapat
menciptakan suatu kerangka dasar yang berlaku umum dalam
memberi gambaran mengenai proses pembangunan ekonomi.

Pada hakikatnya pembahasan dalam ekonomi pembangunan


dapat dimasukan ke dalam dua kelompok.
a. Pertama adalah pembahasan tentang pembangunan ekonomi baik
yang bersifat deskriptif maupun analitis yang bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang karakteristik perekonomian dan
masyarakat NSB dan implikasinya pada pembangunan ekonomi
di kawasan tersebut.
b. Kedua adalah pembahasan tentang pilihan berbagai orientasi
kebijakan pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam upaya
untuk mempercepat proses pembangunan ekonomi di NBS.

5. Transformasi Struktural
Proses transformasi struktural dapat dikelompokkan ke dalam
empat proses utama yaitu : proses akuntansi, proses alokasi, proses
distribusi dan proses demografi.
Transformasi struktural di Indonesia berlangsung sangat cepat,
terjadi pula kenaikan dalam kontribusi sektor industri yaitu hampir
mencapai angka 300 persen.
Satu hal yang senantiasa mengiringi proses transformasi
struktural adalah urbanisasi.

Pembangunan Ekonomi 153


6. Pendapatan Nasional
Metode pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga metode
: metode produksi, metode pendapatan dan metode pengeluaran.
Laju pertumbuhan nasional, pendapatan nasional mencerminkan
tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara pada
periode tertentu. Ada dua faktor yang menyebabkan perubahan nilai
pendapatan nasional yaitu, perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan
perubahan tingkat harga. Oleh karena itu menurut acuan tingkat
harga yang digunakan, pendapatan nasional dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu, pendapatan nasional nominal dan pendapatan
nasional riil.

7. Cara Mengevaluasi Hasil Pembangunan


a. Indikator Pembangunan
Indikator pembangunan sangat berguna untuk menganalisis dan
mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Indikator pembangunan
dapat memberikan gambaran mengenai lajunya perkembangan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan corak perbedaan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang terjadi di berbagai negara. Selain itu,
indikator pembangunan juga dapat dipergunakan untuk mengetahui
syarat-syarat yang diperlukan oleh negara berkembang untuk
menyamakan tingkat kehidupannya dengan negara maju.

1) Teori Harrod-Domar
Teori Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis keynes
mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga
kerja. Teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar
perekonomian dapat tumbuh dan berkembang secara mantap (steady
growth). Teori Harrod-Domar ini mempunyai beberapa asumsi yaitu
sebagai berikut:
a. Perekonomian dalam pengerjaan penuh (full employment) dan

154 Dr. Mulyaningsih, [Link]


barang-barang modal yang ada dalam masyarakat digunakan
secara penuh.
b. Perekonomian terdiri atas dua sektor, yaitu rumah tangga dan
sektor perusahaan.
c. Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan
besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai
dari titik nol.
d. Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save =
MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal-output
(capital output ratio = COR) dan rasio antara pertambahan
modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR)

Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan


suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya
untuk mengganti barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan,
material) yang rusak. Namun demikian, untuk menumbuhkan
perekonomian tersebut diperlukan investasi-investasi baru sebagai
tambahan stok modal. Jika kita menganggap bahwa ada hubungan
ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal (K) dan output
total (Y), misalnya jika Rp.3,00 modal diperlukan untuk menghasilkan
(kenaikan) output total sebesar Rp.1,00 maka setiap tambahan bersih
terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan
output total sesuai dengan rasio modal-output tersebut. Hubungan
tersebut yang telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output
(COR), yaitu 3 berbanding.

2) Teori Schumpeter
Teori Schumpeter dikemukakan pada tahun 1934 dan diterbitkan
dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic
Development. Selanjutnya Schumpeter menggambarkan teorinya
tentang proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan

Pembangunan Ekonomi 155


pembangunan dalam bukunya Business Cycle. Menurut Schumpeter,
faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi suatu negara
adalah proses inovasi yang dilakukan oleh inovator atau wiraswasta
(entrepreneur). Dia juga mengemukakan bahwa ada lima macam
kegiatan yang dimasukkan sebagai inovasi yaitu sebagai berikut:
a. Memperkenalkan produk baru.
b. Memperkenalkan cara berproduksi baru.
c. Adanya perubahan organisasi industri menuju efisiensi.
d. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru.
e. Pembukaan pasar-pasar baru.

Hal-hal yang berhubungan teori ini adalah ;


Ad 1). Produk Domestik Regional Bruto
Salah satu indikator makro ekonomi yang paling penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah periode tertentu adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonom.
Menurut Rahardja dan Manurung (2008:67) “PDRB didefinisikan
sebagai jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh
seluruh unit produksi dalam satu daerah selama satu periode
tertentu, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di daerah dalam
satu periode tertentu”. Perhitungan PDRB disajikan dalam dua versi
penilaian harga pasar, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB
atas dasar harga konstan. PDRB harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pasar
pada tahun yang bersangkutan. Data PDRB harga berlaku digunakan
untuk melihat struktur ekonomi dan transformasi struktur ekonomi

156 Dr. Mulyaningsih, [Link]


(structural transformation), serta untuk menghitung besaran
pendapatan per kapita.
PDRB harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai
tahun dasar. Pada periode sekarang ini digunakan tahun 2000 sebagai
tahun dasar. Fungsi PDRB harga konstan adalah untuk mengukur laju
pertumbuhan ekonomi. PDRB mencakup:
1) Semua barang dan jasa yang penghasilannya terdapat
kompensasi.
2) Produksi yang ilegal dan tersembunyi.
3) Produksi barang untuk dikonsumsi sendiri.

Ad. 2). Belanja Daerah


Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD terdiri dari
anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. APBD
menggambarkan hak-hak dan kewajiban pemerintah. Hak tersebut
bersumber dari pendapatan pemerintah sedangkan kewajiban
ialah bersumber dari belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah. Pengeluaran tersebut dapat
berupa pembangunan berbagai fasilitas umum dan peningkatan
kualitas pelayanan umum.
Menurut Halim (2012:73) mengemukakan bahwa “Belanja
daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau deplesi asset,
atau terjadinya utang yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas
dana, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada para peserta
ekuitas dana”. Sedangkan menurut PSAP No. 2 menyatakan bahwa
“Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih

Pembangunan Ekonomi 157


dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah”. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 2011 “belanja daerah
dapat di definisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagai pengurang kekayaan bersih”
Jadi dapat disimpulkan belanja daerah merupakan pengeluaran
pemerintah dari rekening kas umum negara/daerah yang dapat
mengurangi kekayaan bersih atau ekuitas dana pemerintah.

Klasifikasi Belanja Daerah


a. Klasifikasi Menurut PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Secara umum menurut PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja baik
Negara maupun Belanja Operasi.
Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka
pendek.
Belanja operasi ini meliputi:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Bunga
4. Belanja Subsidi
5. Belanja Hibah
6. Belanja Bantuan Sosial

b. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari suatu
periode akuntansi. Belanja modal meliputi:
1. Tanah

158 Dr. Mulyaningsih, [Link]


2. Gedung dan bangunan
3. Peralatan dan mesin
4. jalan, irigasi dan jaringan
5. Aset tidak berwujud

c. Belanja Tak Terduga/ Belanja Lain-lain


d. Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran
tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
e. Belanja transfer
Belanja transfer adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan
ke entitas pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan
oleh pemerintah pusat dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
Selain itu terdapat klasifikasi belanja daerah menurut PP 71
Tahun 2010 yang didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah
pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari dua jenis:
1. Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan untuk tujuan
manajerial pemerintahan daerah;
2. Klasifikasi berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara
untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan dalam rangka
pengelolaan keuangan negara. Yang meliputi: belanja fungsi
pelayanan umum, fungsi pertahanan, fungsi ketertiban dan
keamanan, fungsi ekonomi, fungsi perlindungan lingkungan
hidup, fungsi perumahan dan pemukiman, fungsi kesehatan,
fungsi pariwisata dan budaya, fungsi agama, fungsi
pendidikan, fungsi perlindungan sosial.
Klasifikasi Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Pembangunan Ekonomi 159


Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 belanja dibedakan
menjadi:
1) Belanja Langsung
Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.
Belanja langsung meliputi:
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang dan jasa
3. Belanja modal

2) Belanja Tidak langsung


Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan
tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
pemerintah. Belanja tidak langsung meliputi:
1. Belanja pegawai
2. Belanja bunga
3. Belanja subsidi
4. Belanja hibah
5. Belanja bantuan sosial
6. Belanja bagi hasil
7. Belanja bantuan keuangan
8. Belanja tak terduga

8. Teori Pengeluaran Pemerintah


Banyak hal yang harus dipertimbangkan pemerintah dalam
mengambil keputusan mengatur pengeluaran. Pemerintah tidak
hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijakan pengeluarannya,
tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan
menikmati atau terkena kebijakan tersebut. Apabila pemerintah
telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan
jasa, maka pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang

160 Dr. Mulyaningsih, [Link]


harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
tersebut. Berikut macam-macam teori pengeluaran pemerintah
menurut Sukirno (2011: 240) yaitu sebagai berikut:

a. Model Perkembangan Pengeluaran Pemerintah oleh Rostow dan


Musgrave
Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang
menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan
tahap-tahap pembangunan ekonomi yang dibedakan antara tahap awal,
tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan
ekonomi, persentasi investasi pemerintah terhadap total investasi
besar sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana
seperti misalnya pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi dan
sebagainya. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi
pemerintah tetap diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi agar dapat tinggal landas, namun pada tahap ini peranan
investasi-investasi swasta sudah semakin membesar. Peranan
pemerintah tetap besar dalam tahap menengah, oleh karena peranan
swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan pasar,
dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan
jasa publik dalam jumlah yang banyak dan kualitas yang lebih baik.
Selain itu pada tahap ini, perkembangan ekonomi menyebabkan
terjadinya hubungan antar sektor semakin rumit. Misalnya
pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan oleh perkembangan sektor
industri, menimbulkan semakin tingginya tingkat pencemaran
udara dan air, dan pemerintah harus turun tangan untuk mengatur
dan mengurangi akibat negatif dari polusi itu terhadap masyarakat.
Pemerintah juga harus melindungi buruh yang berada dalam
posisi yang lemah agar dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
Musgrave berpendapat bahwa dalam suatu proses pembangunan,
investasi swasta dalam persentase terhadap GDP semakin besar dan

Pembangunan Ekonomi 161


persentase investasi pemerintah dalam persentasi terhadap GNP
akan semakin kecil. Pada tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow
menyatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah
beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran untuk aktivitas
sosial seperti halnya program kesejahteraan hari tua, program
pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.

b. Teori Adolf Wagner


Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan
pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentasi
terhadap GNP yang juga didasarkan pula pada pengamatan di negara-
negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19. Wagner
mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum, akan
tetapi dalam pandangannya tersebut dijelaskan apa yang dimaksud
dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah
dalam pengertian pertumbuhan secara relatif ataukah secara absolut.
Apabila yang dimaksud Wagner adalah perkembangan pengeluaran
pemerintah secara relatif sebagaimana teori Musgrave, maka hukum
Wagner adalah sebagai berikut: “Dalam suatu perekonomian,
apabila pendapatan per kapita meningkat, secara relatif pengeluaran
pemerintah pun akan meningkat”. Wagner menyadari bahwa
dengan bertumbuhnya perekonomian hubungan antara industri
dengan industri, hubungan industri dengan masyarakat, dan
sebagainya menjadi semakin rumit atau kompleks. Dalam hal ini
Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi
semakin besar, yang terutama disebabkan karena pemerintah
harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum,
pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya. Hukum Wagner
dapat dirumuskan sebagai berikut: peranan pemerintah semakin
meningkat. Teori Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu
teori yang disebut Organic Theory Of State yaitu teori organis yang

162 Dr. Mulyaningsih, [Link]


menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak
terlepas dari masyarakat lain.

c. Teori Peacock Wiseman


Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan
teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik.
Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah
senantiasa berusaha untuk memperbesar pengeluaran sedangkan
masyarakat tidak suka membayar pajak yang besar untuk membiayai
pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut, sehingga
teori Peacock dan Wiseman merupakan dasar dari teori pemungutan
suara. Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada
suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi
pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami
besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk
membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari
bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas
pemerintah sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesediaan
masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat kesediaan ini merupakan
kendala bagi pemerintah untuk menaikkan pemungutan pajak secara
semena-mena.

1. Hubungan Belanja Daerah Dengan Pertumbuhan Ekonomi


Salah satu komponen dalam permintaan agregat (aggregate
demand/AD) adalah pengeluaran pemerintah. Secara teori
dinyatakan bahwa jika pengeluaran pemerintah meningkat maka
AD akan meningkat. Selain itu, peranan pengeluaran pemerintah
di negara sedang berkembang sangat signifikan mengingat
kemampuan sektor swasta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
relatif terbatas sehingga peranan pemerintah sangat penting.
Peningkatan AD berarti terjadi pertumbuhan ekonomi, karena

Pembangunan Ekonomi 163


pertumbuhan ekonomi diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB)
maka peningkatan PDB berarti peningkatan pendapatan. Menurut
Samuelson dan Nordhaus (2013: 56) “ada empat faktor sebagai
sumber pertumbuhan ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah (1)
sumberdaya manusia, (2) sumberdaya alam, (3) pembentukan modal,
dan (4) teknologi”. Dalam hal ini pengeluaran pemerintah berperan
dalam pembentukan modal melalui pengeluaran pemerintah di
berbagai bidang seperti sarana dan prasarana. Pembentukan modal
di bidang sarana dan prasarana ini umumnya menjadi social overhead
capital (SOC) yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. SOC
ini sangat penting karena pihak swasta tidak akan mau menyediakan
berbagai fasilitas publik, namun tanpa adanya fasilitas publik ini
maka pihak swasta tidak berminat untuk menanamkan modalnya.
Dengan adanya berbagai fasilitas publik ini akan mendorong
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan. Peningkatan
pendapatan berarti peningkatan kemampuan masyarakat untuk
membayar pajak. Sebagaimana diketahui bahwa pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan negara yang diperuntukkan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah maka peningkatan pajak berarti
peningkatan pengeluaran pemerintah. Keadaan ini membuat suatu
siklus yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Kenaikan
pengeluaran pemerintah akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan
ekonomi dan kenaikan pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan
kemampuan keuangan pemerintah yang diperuntukkan bagi
pembangunan (Alliasuddin dan Dawood, 2008).

2. Indikator Pembangunan
Indikator ini merupakan indikator yang diambil dari beberapa
hal pokok yang berkaitan dengan pendapatan per kapita, kehidupan
masyarakat ataupun indikator “campuran” karena terdiri indikator
sosial dan ekonomi, indikator ini meliputi aspek-aspek berikut

164 Dr. Mulyaningsih, [Link]


: pendidikan, kesehatan, perumahan, angkatan kerja, keluarga
berencana dan fertilasi, ekonomi, kriminalitas, perjalanan wisata,
akses ke media masa.

a. Indikator Pembangunan Moneter


1) Indikator Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita seringkali digunakan pula sebagai
indikator pembangunan selain untuk membedakan tingkat
kemajuan ekonomi antara negara-negara maju dengan
negara sedang berkembang. Pendapatan per kapita selain
dapat memberikan gambaran tentang laju pertumbuhan
kesejahteraan masyarakat di berbagai negara juga dapat
menggambarkan perubahan corak perbedaan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang sudah terjadi di antara
berbagai negara.

2) Melalui indikator pendapatan per kapita ini Bank Dunia


(2003) mengklasifikasikan negara menjadi tiga golongan,
yaitu :
1. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies)
2. Negara-negara ini memiliki Pendapatan per kapita Kurang
atau sama dengan US$ 745 per tahun.
3. Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies)
4. Kelompok Negara ini memiliki Pendapatan per kapita lebih
dari US$ 745 namun kurang dari US$ 8.626 per tahun

3) Ada beberapa kelemahan terkait digunakannya angka


pendapatan per kapita sebagai indikator pembangunan
ekonomi, akan tetapi pendekatan ini masih sangat cocok
untuk digunakan dan mudah untuk dipahami, dan indikator
ini mungkin adalah indikator pembangunan ekonomi satu-

Pembangunan Ekonomi 165


satunya yang “terbaik” yang ada pada saat ini. Berikut ini
adalah identifikasi-identifikasi kelemahan pendapatan per
kapita, sebagai Indikator Pembangunan Ekonomi :
4) Kelemahan umum Pendekatan Pendapatan Per Kapita.
Kelemahan dalam indikator ini adalah bersumber pada
anggapan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat
ditentukan oleh besarnya pendapatan per kapita masyarakat
tersebut.
5) Kelemahan Metodologi Pendekatan Pendapatan per Kapita.
Nilai pendapatan per kapita secara khusus merupakan indeks
untuk menunjukkan perbandingan kesejahteraan dan jurang
tingkat kesejahteraan antar masyarakat masih mempunyai
kelemahan. Kelemahan tersebut timbul karena perbandingan
dengan cara demikian mengabaikan adanya perbedaan-
perbedaan antara negara dalam hal seperti, struktur umur
penduduk, distribusi pendapatan masyarakat nasional,
metode perhitungan pendapatan, dan perbedaan nilai mata
uang nasional dengan mata uang dolar Amerika Serikat.
6) Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih (Net Economic
Welfare)

1) Diperkenalkan William Nordhaus dan James Tobin (1972),


menyempurnakan nilai-nilai GNP untuk memperoleh indikator
ekonomi yang lebih baik, dengan dua cara :
a) Koreksi Positif : Memperhatikan waktu senggang (leisure
time) dan perekonomian sektor informal.
b) Koreksi Negatif : Kerusakan lingkungan oleh kegiatan
pembangunan.

a. Indikator Pembangunan Non Moneter


Indikator ini merupakan indikator yang diambil dari beberapa

166 Dr. Mulyaningsih, [Link]


hal pokok yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sama
halnya dengan indikator sebelumnya, Indikator memiliki beberapa
macam-macam sub-Indikator. Berikut ini adalah uraiannya.

b. Indikator Sosial
Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman
membedakan berbagai penelitian tentang cara-cara membandingkan
tingkat kesejahteraan dalam 3 kelompok.
1) Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk
membandingkan tingkat kesejahteraan yang terjadi dalam
masyarakat yang ada di dalam dua atau beberapa negara
dengan cara memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan
pendapatan nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin
Clark yang selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan
Kravis.
2) Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam
pendapatan masyarakat yang dibandingkan dengan melihat
pertimbangan perbedaan tingkat harga di setiap negara.
3) Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan
tingkat kesejahteraan dari setiap negara berdasarkan pada
data yang tidak bersifat moneter seperti, jumlah kendaraan
bermotor, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang
mengenyam pendidikan, dan usaha ini dipelopori oleh tokoh
yang bernama Bennet.

c. Indeks Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia


Untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat, ada sebuah
indeks gabungan yang dikenal dengan Physical Quality of Line Index
(PQLI) dan Indeks Kualitas Hidup (IKH). Indeks ini diperkenalkan
oleh Morris D. Morris. Indeks Kualitas Hidup (IKH) terdiri dari 3
indikator yakni, tingkat harapan hidup, angka kematian, dan tingkat

Pembangunan Ekonomi 167


melek huruf.
Sejak tahun 1990, United Netions for Development Program
(UNDP) mengembangkan indeks yang sering dikenal dengan istilah
Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Sedangkan indikator yang
digunakan untuk mengukur indeks ini adalah :
1) Tingkat harapan hidup.
2) Tingkat melek huruf masyarakat.
3) Pendapatan riil per kapita berdasarkan daya beli masing-masing
negara.

Indeks HDI ini besarannya antara 0 sampai dengan 1,0. Apabila


angka indeks yang diperoleh dari suatu negara mendekati 1, maka HDI
di negara tersebut semakin tinggi. Sedangkan, apabila angka indeks
mendekati 0, maka negara tersebut memiliki indeks pembangunan
manusia yang rendah.

d. Indikator Campuran
1) Indikator susenas inti
Indikator sussenas inti ini merupakan indikator “campuran”
karena terdiri indikator sosial dan ekonomi, indikator ini meliputi
aspek berikut : Pendidikan, kesehatan, perumahan, angkatan kerja,
keluarga berencana dan fertilasi, ekonomi, kriminalitas, perjalanan
wisata, akses ke media masa.
2) Indeks pembangunan manusia
Sejak tahun 1990 UNDP mengembangkan sebuah indeks kinerja
pembangunan yang kini dikenal sebagai indeks pembangunan
manusia atau PMI, konsep PMI ini memberikan pelajaran bagi kita
tentang apa yang seharusnya dipandang sebagai ukuran keberhasilan
pembangunan. Tidak pernah lepas berbagai strategi pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi

168 Dr. Mulyaningsih, [Link]


C. Strategi Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi\

1. Strategi Upaya Minimum Kritis (Critical Minimum Effort)


a. Menaikkan pendapatan per kapita pada tingkat pembangunan
berkesinambungan (SUSTAINABLE) : terjadi laju pertumbuhan
penduduk (HARVEY LEIBSTEIN).
b. Setiap ekonomi tergantung HAMBATAN & RANGSANGAN.
1) Hambatan : menurunkan pendapatan per kapita dari tingkat
sebelumnya
2) Rangsangan : menaikkan pendapatan per kapita

2. Pertumbuhan Penduduk Fungsi Dari Pendapatan Per kapita


a. Pendapatan naik, meningkatkan laju pertumbuhan penduduk.
Hanya pada titik tertentu, jika melampaui titik tersebut,
kenaikan pendapatan per kapita menurunkan tingkat kesuburan.
Dan ketika pembangunan mencapai tahap maju, maka laju
pertumbuhan penduduk turun (LEIBSTEIN).
b. Dengan kenaikan pendapatan per kapita, keinginan memperoleh
anak semakin berkurang. Spesialisasi meningkat dan Mobilitas
ekonomi & sosial ; kenyataan mengurus anak sangat sulit
dan mahal. Maka laju pertumbuhan penduduk KONSTAN dan
menurun (TESIS KAPILARITAS SOSIAL DUMONT).

Faktor-faktor mempengaruhi pertumbuhan pendapatan per


kapita dari pelaksanaan Upaya Minimum Kritis :
1) Skala disekonomis internal ; akibat tidak dapat dibaginya faktor
produksi.
2) Skala disekonomis external ; akibat ketergantungan eksternal,
hambatan budaya dan kelembagaan di negara berkembang.

Pembangunan Ekonomi 169


D. Strategi Pembangunan Seimbang
Para ekonom Teori Dorongan Besar-Besaran (BIG PUSH THEORY)
Yaitu Pembangunan Di Berbagai Jenis Industri Secara Bersamaan
(Simultaneous) Sehingga Industri Tersebut Saling Menciptakan
Pasar. Diperlukan Keseimbangan Antara Demand & Supply.
Tujuan Utama : Menciptakan Jenis Industri Yang Berkaitan
Erat Satu Dengan Yang Lain Sehingga Setiap Industri Memperoleh
Eksternalitas Ekonomi Sebagai Akibat Industrialisasi. Menurut
Reinstein-Rodan, Pembangunan Industri Besar-Besaran Menciptakan
3 Macam Eksternalitas Ekonomi, Yaitu :
1) Yang diakibatkan oleh perluasan pasar
2) Karena industri yang sama letaknya berdekatan
3) Karena adanya industri lain dalam perekonomian tersebut.
SCITOVSKY : eksternalitas : jasa-jasa yang diperoleh dengan
cuma-cuma oleh suatu industri dari satu atau beberapa industri.

E. Strategi Pembangunan Tak Seimbang


Albert O. Hirschman dan Paul Streeten : pola yang lebih cocok untuk
mempercepat pembangunan di negara yang sedang berkembang,
karena :
1. Secara historis pembangunan ekonomi coraknya tidak
seimbang
2. Mempertinggi efisiensi penggunaan Sumber daya tersedia
3. Pembangunan Tak Seimbang Menimbulkan KEMACETAN
(BETTLENECKS) Yaitu Gangguan Dalam Proses Pembangunan
Tetapi Akan Menjadi Pendorong Pembangunan Selanjutnya.

Hirschman : Menganalisis Alokasi Sumber Daya Sektor Prasarana


(Social Everhead Capital = SOC) Dengan Sektor Produktif Yang
Menghasilkan Barang Kebutuhan Masyarakat (Directly Productive

170 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Activities = DPA). Terdapat 3 Pendekatan :
1. Pembangunan yang seimbang antar kedua sektor
2. Pembangunan tidak seimbang dimana sektor prasarana lebih
ditekankan.
3. Pembangunan tidak seimbang dimana sektor produktif lebih
ditekankan.

Kegiatan ekonomi mencapai efisien dan optimal, jika :


1. Sumber daya dialokasikan DPA dan SOC, pada tingkat
produksi maksimum
2. Pada tingkat produksi tertentu, jumlah sumber daya
digunakan DPA sedangkan SOC jumlahnya menurun.

Pembangunan Tak Seimbang Dalam Sektor Produktif


Mekanisme pendorong pembangunan (INDUCEMENT MECHA-
NISM) ada 2 :
a. Pengaruh keterkaitan ke belakang (Backward Linkage Effects)
b. Tingkat rangsangan yang diciptakan pembangunan industri
terhadap perkembangan industri yang menyediakan input bagi
industri tersebut. Pengaruh keterkaitan ke depan (Forward
Linkage Effects)
c. Rangsangan yang diciptakan oleh pembangunan industri
terhadap perkembangan industri yang menggunakan produk
industri yang pertama sebagai input mereka.

Berdasarkan pada tingkat keterkaitan antar industri, ada 2


golongan :
a. Industri SATELIT (SATELITY INDUSTRY)
1) Lokasi berdekatan dengan industri induk mempertinggi efisiensi
2) Input utama berasal dari produk industri induk
3) Besarnya industri tidak melebihi industri induk.

Pembangunan Ekonomi 171


b. Industri NON SATELIT (NON SATELITY INDUSTRY)
CHENERY & WATANABE * Penggolongan Industri Ada 4 Golongan:
1) Industri Barang Setengah Jadi
2) Industri Barang Jadi
3) Industri Barang Setengah Jadi Sektor Primer
4) Industri Barang Jadi Sektor Primer.

F. Ketimpangan negara berkembang :


Ketimpangan pembangunan antar daerah merupakan aspek
yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah.
Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan
kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi geografi yang
terdapat pada masing-masing daerah. Akibat dari perbedaan ini,
kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan
juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana
pada setiap daerah biasanya terdapat daerah maju (Development
Region) dan daerah terbelakang (Underdevelopment Region).
Terjadinya ketimpangan antar daerah ini membawa implikasi
terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar daerah. Karena itu,
aspek ketimpangan pembangunan antar daerah ini juga mempunyai
implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan daerah
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Termasuk dalam analisa ini adalah hasil studi dari Jeffrey
G. Williamson yang melakukan pengetesan terhadap kebenaran
Neo-Klasik tersebut. Kemudian pembahasan dilanjutkan dengan
ukuran ketimpangan pembangunan antar wilayah dengan
menggunakan Williamson Index dan ukuran ketimpangan lainnya.
Selanjutnya pula dengan pembahasan tentang ketimpangan
pembangunan antar wilayah di Indonesia yang dilanjutkan dengan
faktor-faktor utama yang menentukan ketimpangan tersebut.
Terakhir dilakukan pembahasan tentang beberapa kemungkinan

172 Dr. Mulyaningsih, [Link]


kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk
menanggulangi ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
adalah sebagai berikut.

1. Pengertian Ketimpangan dan pengertian Pembangunan


a. Pengertian Ketimpangan
Ketimpangan pembangunan antar daerah dengan pusat dan
antar daerah satu dengan daerah lain merupakan suatu hal yang
wajar, karena adanya perbedaan dalam sumber daya dan awal
pelaksanaan pembangunan antar daerah. (Williamson, 1965, dalam
Hartono, 2008). Ketimpangan yang paling lazim dibicarakan adalah
ketimpangan ekonomi. Dalam ketimpangan, ada ketimpangan
pembangunan ekonomi antar daerah secara absolut maupun
ketimpangan relatif antara potensi dan tingkat kesejahteraan
tersebut dapat menimbulkan masalah dalam hubungan antar
daerah. Falsafah pembangunan ekonomi yang dianut pemerintah
jelas tidak bermaksud membatasi arus modal (bahkan yang terbang
ke luar negeri saja hampir tidak dibatasi). Arus modal mempunyai
logika sendiri untuk berakumulasi di lokasi-lokasi yang mempunyai
prospek return atau tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, dan
tingkat risiko yang lebih rendah. Sehingga tidak dapat dihindari
jika arus modal lebih terkonsentrasi di daerah-daerah kaya sumber
daya alam dan kota-kota besar yang prasarana dan sarananya lebih
lengkap yang mengakibatkan jumlah penduduk yang menganggur di
Provinsi yang berkembang akan meningkat (Hartono, 2008).
Pendapatan per kapita rata-rata suatu daerah dapat
disederhanakan menjadi Produk Domestik Regional Bruto dibagi
dengan jumlah penduduk. Cara lain yang bisa digunakan adalah
dengan mendasarkan kepada pendapatan personal yang didekati
dengan pendekatan konsumsi (Widiarto, 2001). Dalam pengukuran

Pembangunan Ekonomi 173


ketimpangan pembangunan ekonomi regional digunakan Indeks
Williamson.
Berikut beberapa definisi ketimpangan menurut teori para ahli :
1) Menurut Budi Winarno
Ketimpangan merupakan akibat dari kegagalan   pembangunan
di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga
masyarakat.
2) Menurut Jonathan Haughton & Shahidur R. Khandker
Ketimpangan sosial adalah bentuk-bentuk ketidakadilan yang
terjadi dalam proses pembangunan.
3) Menurut Andrinof A. Chaniago
Ketimpangan adalah buah dari pembangunan yang hanya
berfokus pada aspek ekonomi dan melupakan aspek sosial.
4) Roichatul Aswidah
Ketimpangan sosial sering dipandang sebagai dampak residual
dari proses pertumbuhan ekonomi.

b. Pengertian pembangunan;
1) Analisis Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah dan
bagaimana pandangan para ahli tentang Ketimpangan
Pembangunan antar daerah
Ketimpangan pembangunan pertama dikemukakan oleh teori
Neo-Kasik.
Secara teoritis permasalahan ketimpangan pembangunan
antar daerah mula-mula dimunculkan oleh Douglas C North dalam
analisanya tentang Teori Pertumbuhan Neo-Klasik. Dalam teori
tersebut dimunculkan sebuah prediksi tentang hubungan antar
tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu negara dengan
ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hipotesa ini kemudian
lazim dikenal sebagai Hipotesa Neo-Klasik yang menarik perhatian
para ekonom dan perencana pembangunan daerah.

174 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Menurut Hipotesa Neo-Klasik pada permulaan proses
pembangunan suatu negara, ketimpangan pembangunan antar
daerah cenderung meningkat. Proses ini akan terjadi sampai
ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu, bila proses
pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur -angsur
ketimpangan pembangunan antar daerah tersebut akan menurun.
Berdasarkan hipotesa ini, dapat ditarik suatu kesimpulan sementara
bahwa pada negara-negara sedang berkembang umumnya
ketimpangan pembangunan antar daerah cenderung lebih tinggi,
sedangkan pada negara maju ketimpangan tersebut akan menjadi
lebih rendah. Dengan kata lain, kurva ketimpangan pembangunan
antar daerah adalah berbentuk huruf U terbalik (Reserve U-shape
Curve) sebagaimana telah dijelaskan pada bab 4 terdahulu.
Pertanyaan yang menarik adalah mengapa pada waktu proses
pembangunan dilaksanakan di negara sedang berkembang, justru
ketimpangan meningkat? Jawabannya adalah karena pada waktu
proses pembangunan baru dimulai di negara sedang berkembang.
Kesempatan dan peluang pembangunan yang ada umumnya
dimanfaatkan oleh daerah-daerah yang kondisi pembangunan sudah
lebih baik. Sedangkan daerah-daerah yang masih sangat terbelakang
tidak mampu memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan
prasarana dan sarana serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia.
Hambatan ini tidak saja disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi
juga oleh faktor sosial-budaya sehingga akibatnya ketimpangan
pembangunan antar wilayah cenderung lebih cepat di daerah dengan
kondisinya lebih baik, sedangkan daerah yang terbelakang tidak
banyak mengalami kemajuan.
Keadaan yang berbeda terjadi di negara yang sudah maju dimana
kondisi daerahnya umumnya telah dalam kondisi yang lebih baik
dari segi prasarana dan sarana serta kualitas sumberdaya manusia.
Di samping itu, hambatan-hambatan sosial dan budaya dalam

Pembangunan Ekonomi 175


proses pembangunan hampir tidak ada sama sekali. Dalam kondisi
yang demikian, setiap kesempatan peluang pembangunan dapat
dimanfaatkan secara lebih merata antar daerah. Akibatnya, proses
pembangunan pada negara maju akan cenderung mengurangi
ketimpangan pembangunan antar daerah.
Kebenaran Hipotesa Neo-Klasik ini kemudian diuji kebenarannya
oleh Jefrey G. Willamson pada tahun 1996 melalui suatu studi tentang
ketimpangan pembangunan antar daerah pada negara maju dan negara
sedang berkembang dengan menggunakan data time series dan cross-
section. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Hipotesa Neo-
Klasik yang diformulasikan secara teoritis ternyata terbukti benar
secara empirik. Ini berarti bahwa proses pembangunan suatu negara
tidak otomatis dapat menurunkan ketimpangan pembangunan
antar daerah, tetapi pada tahap permulaan justru terjadi hal
sebaliknya.
Fakta empirik ini menunjukkan bahwa peningkatan
ketimpangan pembangunan yang terjadi di negara-negara sedang
berkembang sebenarnya bukanlah karena kesalahan pemerintah
atau masyarakatnya, tetapi hal tersebut terjadi secara natural di
seluruh negara. Bahkan ketika Amerika Serikat mulai melaksanakan
proses pembangunan pada abad kedelapan belas dulu, peningkatan
ketimpangan pembangunan antar daerah juga meningkat tajam.
Peningkatan ketimpangan ini bahkan sampai memicu terjadinya perang
saudara antar negara bagian di Selatan yang masih relative tertinggal
dengan negara bagian di Utara yang sudah lebih maju. Hal yang
sama juga terjadi di Indonesia dengan adanya pemberontakan PRRI-
Persemesta di Sumatera Barat tahun 1957, Gerakan Aceh Merdeka
(GAM) dan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

3. Faktor-faktor Penyebab Ketimpangan Pembangunan Antar


Daerah

176 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Selanjutnya, pada bagian ini, perlu pula dibahas beberapa faktor
utama yang menyebabkan atau memicu terjadinya ketimpangan
pembangunan wilayah tersebut. Dengan adanya analisa ini,
akan dapat dijelaskan secara empirik unsur penyebab terjadinya
ketimpangan pembangunan wilayah tersebut. Di samping itu, analisa
ini juga sangat penting artinya karena hasilnya dapat memberikan
informasi penting untuk pengambilan keputusan dalam melakukan
perumusan kebijakan untuk menanggulangi atau mengurangi
ketimpangan pembangunan wilayah tersebut.

a. Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam


Penyebab utama yang mendorong timbulnya ketimpangan
pembangunan antar daerah adalah adanya perbedaan yang sangat
besar dalam kandungan sumberdaya alam pada masing-masing
daerah. Sebagaimana diketahui bahwa perbedaan kandungan
sumberdaya alam ini di Indonesia ternyata cukup besar. Ada
daerah yang mempunyai minyak dan gas alam, tetapi daerah lain
tidak mempunyai. Ada daerah yang mempunyai deposit batubara
yang cukup besar, tapi daerah lain tidak ada. Demikian pula halnya
dengan tingkat kesuburan lahan yang juga sangat bervariasi sehingga
mempengaruhi upaya untuk mendorong pembangunan pertanian
pada masing-masing daerah.

b. Perbedaan Kondisi Demografis


Faktor utama lainnya yang juga dapat mendorong terjadinya
ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah bilamana terdapat
perbedaan kondisi demografis yang cukup besar antar daerah.
Kondisi demografis yang dimaksudkan di sini meliputi perbedaan
tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat
pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan
perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang

Pembangunan Ekonomi 177


dimiliki masyarakat daerah bersangkutan.

c. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa


Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa dapat pula mendorong
terjadinya peningkatan ketimpangan pembangunan antar wilayah.
Mobilitas barang dan jasa ini meliputi kegiatan perdagangan antar
daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi)
atau migrasi spontan. Alasannya adalah karena bila mobilitas
tersebut kurang lancar maka kelebihan produksi atau daerah tidak
dapat dijual ke daerah lain yang membutuhkan. Demikian pula halnya
dengan migrasi yang kurang lancar menyebabkan kelebihan tenaga
kerja suatu daerah tidak dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang
sangat membutuhkan. Akibatnya, ketimpangan pembangunan antar
wilayah akan cenderung tinggi karena kelebihan suatu daerah tidak
dapat dimanfaatkan oleh daerah lain yang membutuhkan, sehingga
daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya.
Karena itu tidaklah mengherankan bilamana, ketimpangan
pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi pada negara
sedang berkembang dimana mobilitas barang dan jasa kurang lancar
dan masih terdapatnya beberapa daerah yang terisolir.

d. Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Daerah


Terjadinya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi
pada wilayah tertentu jelas akan mempengaruhi ketimpangan
pembangunan antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah akan
cenderung lebih cepat pada daerah dimana terdapat konsentrasi
kegiatan ekonomi yang cukup besar. Kondisi tersebut selanjutnya
akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan
penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.
Demikian pula sebaliknya bilamana, konsentrasi kegiatan ekonomi
pada suatu daerah relatif rendah yang selanjutnya juga mendorong

178 Dr. Mulyaningsih, [Link]


terjadi pengangguran dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat
setempat.

e. Alokasi Dana Pembangunan Antar Daerah


Tidak dapat disangka bahwa investasi merupakan salah satu
yang sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Karena itu, daerah yang dapat alokasi investasi yang lebih besar dari
pemerintah, atau dapat menarik lebih banyak investasi swasta akan
cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang
lebih cepat. Kondisi ini tentunya akan dapat pula mendorong proses
pembangunan daerah melalui penyediaan lapangan kerja yang
lebih banyak dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi.
Demikian pula sebaliknya terjadi bilamana investasi pemerintah dan
swasta yang masuk ke suatu daerah ternyata lebih rendah.

f. Solusi mengatasi Ketimpangan Pembangunan antar Daerah


Kebijakan dan upaya untuk menanggulangi ketimpangan
pembangunan daerah sangat ditentukan oleh faktor yang menentukan
terjadinya ketimpangan tersebut Kebijakan yang dimaksudkan di sini
adalah merupakan upaya pemerintah, baik pusat maupun daerah,
yang dapat dilakukan dalam rangka penanggulangan ketimpangan
pembangunan antar daerah dalam suatu negara atau wilayah.

g. Penyebaran Pembangunan Prasarana Perhubungan


Sebagaimana telah dibahas terdahulu bahwa salah satu penyebab
terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah karena
adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam yang cukup besar
antar daerah. Sementara itu, ketidak lancaran proses perdagangan
dan mobilitas faktor produksi antar daerah juga turut mendorong
terjadinya ketimpangan wilayah tersebut. Karena itu, kebijakan
dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan

Pembangunan Ekonomi 179


tersebut adalah dengan memperlancar mobilitas barang dan faktor
produksi antar daerah. Upaya untuk mendorong kelancaran mobilitas
barang dan faktor produksi antar daerah dapat dilakukan melalui
penyebaran pembangunan prasarana dan sarana perhubungan ke
seluruh pelosok daerah. Prasarana perhubungan yang dimaksudkan
di sini adalah fasilitas jalan, terminal dan pelabuhan laut guna
mendorong proses perdagangan antar daerah.

4. Mendorong Transmigrasi dan Migrasi Spontan


Untuk mengurangi kepentingan pembangun antar wilayah,
kebijakan dan upaya lain yang dapat dilakukan adalah mendorong
pelaksanaan transmigrasi dan migrasi spontan. Transmigrasi adalah
pemindahan penduduk ke daerah kurang berkembang dengan
menggunakan fasilitas dan dukungan pemerintah. Sedangkan migrasi
spontan adalah perpindahan penduduk yang dilakukan secara
sukarela menggunakan biaya sendiri. Melalui proses transmigrasi
dan migrasi spontan ini, kekurangan tenaga kerja yang dialami
oleh daerah terbelakang akan dapat pula diatasi sehingga proses
pembangunan daerah bersangkutan akan dapat pula digerakkan.

5. Pengembangan Pusat Pertumbuhan


Kebijakan lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi
ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah melalui
pengembangan pusat pertumbuhan (Growth Poles) secara tersebar.
Kebijakan ini diperkirakan akan dapat mengurangi ketimpangan
pembangunan antar wilayah karena pusat pertumbuhan tersebut
menganut konsep konsentrasi dan desentralisasi secara sekaligus.
Aspek konsentrasi diperlukan agar penyebaran kegiatan
pembangunan tersebut dapat dilakukan dengan masih terus
mempertahankan tingkat efisiensi usaha yang sangat diperlukan
untuk mengembangkan usaha tersebut. Sedangkan aspek

180 Dr. Mulyaningsih, [Link]


desentralisasi diperlukan agar penyebaran kegiatan pembangunan
antar daerah dapat dilakukan sehingga ketimpangan pembangunan
antar wilayah akan dapat dikurangi. Penerapan konsep pusat
pertumbuhan ini untuk mendorong proses pembangunan daerah
dan sekaligus untuk dapat mengurangi ketimpangan pembangunan
antar wilayah dapat dilakukan melalui pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan pada kota-kota skala kecil dan menengah.

6. Pelaksanaan Otonomi Daerah


Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan
juga dapat digunakan untuk mengurangi tingkat ketimpangan
pembangunan antar wilayah. Hal ini jelas, karena dengan
dilaksanakannya otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan,
maka aktivitas pembangunan daerah, termasuk daerah terbelakang
akan dapat lebih digerakkan karena ada wewenang yang berada
pada pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Dengan adanya
kewenangan tersebut, maka berbagai inisiatif dan aspirasi masyarakat
untuk menggali potensi daerah akan dapat lebih digerakkan. Bila
hal ini dapat dilakukan, maka proses pembangunan daerah secara
keseluruhan akan dapat lebih ditingkatkan dan secara bersamaan
ketimpangan pembangunan antar daerah akan dapat pula dikurangi.
Pemerintah Indonesia telah melakukan otonomi daerah dan
desentralisasi pembangunan mulai tahun 2001 yang lalu. Melalui
kebijakan ini, pemerintah daerah diberikan kewenangan yang lebih
besar dalam mengelola kegiatan pembangunan di daerahnya masing-
masing (desentralisasi pembangunan).
Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah itu adalah perbedaan
pembangunan antar suatu daerah dengan daerah lainnya baik secara
partikal maupun secara horizontal yang menyebabkan disparatis
atau ketidakmerataan pembangunan. Itu di sebabkan oleh beberapa
faktor antara lain Perbedaan Kandungan Sumber Daya Alam,

Pembangunan Ekonomi 181


Perbedaan Kondisi Demografis, Kurang Lancarnya Mobilitas Barang
dan Jasa, Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Daerah, dan Alokasi Dana
Pembangunan Antar Daerah. Adapun solusi untuk permasalahan
tersebut adalah dengan cara pemerintah harus melakukan
Penyebaran Pembangunan Prasarana Perhubungan, Mendorong
Transmigrasi dan Migrasi Spontan, Pengembangan Pusat
Pertumbuhan, dan Pelaksanaan Otonomi Daerah.

182 Dr. Mulyaningsih, [Link]


BAB V

ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DAN


PEMBANGUNAN ADMINISTRASI

A. Konsep Dasar Pemikiran Administrasi Pembangunan


Permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini
dalam menjalankan aktivitas pemerintahan terutama pemerintahan
daerah adalah sistem administrasi pembangunan yang belum
mendukung (jelek). Padahal lebih dari 40% dana APBN dan APBD
habis untuk biaya membayar penggerak administrasi pembangunan
(PNS). Keberadaan administrasi pembangunan dalam masa
desentralisasi memegang peranan yang sangat penting.
Tanpa adanya sistem administrasi pembangunan yang baik
pembangunan tidak akan berjalan baik atau bahkan kacau. Dengan
demikian, upaya pembaruan birokrasi atau dalam bahasa lain
reformasi birokrasi adalah suatu hal yang mutlak untuk segera
dilakukan. Kelemahan utama selama ini adalah birokrasi kita yang
sangat birokratik sehingga urusan menjadi tidak efisien dan sangat
lama.
Ada lima ciri administrasi yang umumnya ditemukan di negara
berkembang. Pertama, pola dasar (basic pattern) administrasi publik
di Indonesia bersifat jiplakan (imitative) dari pada asli (indegenous).
Di negara-negara berkembang, baik negara yang pernah dijajah

Pembangunan Ekonomi 183


bangsa Barat maupun tidak, cenderung meniru sistem administrasi
Barat. Negara yang pernah dijajah umumnya mengikuti pola
administrasi negara yang menjajahnya.
Di negara bekas jajahan, pengorganisasian jawatan-jawatan,
perilaku birokrat, bahkan penampilannya mengikuti karakteristik
penjajahnya, dan merupakan kelanjutan dari administrasi kolonial.
Administrasi kolonial itu sendiri diterapkan hanya di daerah
jajahannya. Sementara di negaranya sendiri tidak dilaksanakan.
Administrasi kolonial bersifat elitis, otoriter, menjauh dari
masyarakat, lingkungannya, serta paternalistik. Pola administrasi
kolonial ini diwarisi administrasi di negara-negara yang baru
merdeka. Bahkan sampai sekarang masih menjadi ciri birokrasi di
banyak negara berkembang terutama Indonesia.
Kedua, birokrasi di negara berkembang kekurangan sumberdaya
manusia terampil untuk menyelenggarakan administrasi
pembangunan. Kekurangan ini bukan pada kuantitas, melainkan
kualitas. Dari sisi kuantitas justru mengalami kelebihan, birokrasi di
negara berkembang mengerjakan orang lebih dari yang diperlukan
(overstaffed). Yang justru kurang adalah administrator yang
terlatih, dengan kapasitas manajemen, keterampilan-keterampilan
pembangunan, dan penguasaan teknis yang memadai. Gejala ini
nampak pada besarnya jumlah yang diperlukan dalam proses
rekrutmen. Di wilayah Sumatera Selatan pada 2006 misalnya,
mengalokasikan pengangkatan sampai 8.126 orang. Pertanyaannya
sekarang apa memang benar sebanyak itu PNS yang dibutuhkan?
Berapa perbandingan tingkat pendidikan yang tamatan SMP, SMU,
S1, dan S2? Jangan-jangan setelah diangkat menjadi ASN (Aparat
Sipil Negara) perilaku mereka sama seperti selama ini di mana tidak
ada deskripsi tugas yang jelas sesuai keahliannya sehingga tidak tahu
apa yang seharusnya dikerjakan atau apa yang dapat dikerjakan. Atau
besarnya alokasi yang akan diterima ini memang kebutuhan karena

184 Dr. Mulyaningsih, [Link]


dampak dari pemekaran kabupaten/kota. Sehingga membutuhkan
banyak ASN. Pada umumnya penyebab utama keadaan kurangnya
kemampuan ini mencerminkan kondisi dan tingkat pendidikan.
Namun hal ini tidak dapat disamaratakan. Seperti kasus di Mesir
dan India, di mana dua negara ini banyak memiliki tenaga yang
berpendidikan namun menganggur. Hal ini disebabkan tenaga yang
berpendidikan ini dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang tidak
berkualitas atau lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pembangunan (marginal institutions).
Ketiga, birokrasi di negara berkembang lebih berorientasi
pada hal-hal lain ketimbang mengarah pada yang benar-benar
menghasilkan. Dengan kata lain, birokrat lebih berusaha mewujudkan
tujuan pribadinya daripada kepentingan masyarakat. Dari sifat ini
lahir nepotisme, penyalahgunaan wewenang, korupsi, dan berbagai
penyakit birokrasi lainnya yang pada akhirnya para birokrat
memiliki kredibilitas yang rendah dan tidak mengenal etika. Korupsi
telah merajalela sedemikian rupa. Sehingga menjadi fenomena dan
‘diterima’ sebagai sesuatu yang wajar.
Keempat, adanya kesenjangan yang lebar antara yang dinyatakan
atau yang hendak ditampilkan dengan kenyataan. Budaya yang
hidup adalah budaya formalisme, yaitu gejala yang lebih berpegang
kepada wujud-wujud dan ekspresi-ekspresi formal dibanding yang
sesungguhnya terjadi. Gejala ini nampak dari penetapan perundang-
undangan yang tidak mungkin untuk dilaksanakan. Bahkan dilanggar
sendiri oleh yang membuatnya, sering melaporkan hal-hal yang baik
saja kepada atasan bahkan terkadang memanipulasi data untuk
memberi gambaran yang menguntungkan.
Kelima, birokrasi di negara berkembang acap kali bersifat otonom,
artinya lepas dari proses politik dan pengawasan masyarakat. Ciri
ini merupakan warisan dari administrasi kolonial yang memerintah
secara absolut, atau sikap feodal dalam zaman kolonial yang terus

Pembangunan Ekonomi 185


hidup dan berlanjut setelah merdeka. Pada masa kolonial orang-
orang berpendidikan berkumpul di administrasi pemerintahan.
Sehingga kemampuan administrasinya tidak tertandingi, elit dan
pihak-pihak luar sulit untuk melakukan kontrol Penempatan orang-
orang berpendidikan ini sendiri selain dengan tujuan menggerakan
sistem. administrasi juga untuk menjauhkan orang berpendidikan
dengan rakyat. Dengan demikian, penjajahan menjadi langgeng.
Keadaan sekarang adalah kebalikannya. Birokrasi terbaik tidak
lagi dimiliki kantor pemerintah. Birokrasi yang baik sudah beralih
ke perusahaan swasta, swasta asing, dan BUMN. Tenaga administrasi
dan sistem birokrasi di sini bisa andal karena memang orang yang
berkualitaslah yang menjalankannya dan proses seleksi yang jelas
terhadap tenaga administrasi. Mereka yang tidak masuk kualifikasi
tidak akan diterima serta adanya upaya yang jelas untuk meningkatkan
kualitas pegawai. Dari beberapa ciri-ciri yang dikemukakan di atas,
nampak jelas betapa kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi
dalam upaya pembangunan administrasi di Indonesia khususnya
di Sumatera Selatan. Di antaranya pembenahan sikap mental dan
norma-norma kepegawaian. Sikap mental umum ASN di Indonesia
sebagai penggerak Administrasi pembangunan dapat digolongkan
dalam tiga golongan besar.
Pertama, golongan tradisionalis, yaitu mereka yang menolak
setiap usaha untuk mengintrodusir cara kerja baru, metode baru,
dan inovasi baru. Mereka lebih senang bekerja pada suasana yang
serba tradisional dan established. Bagi golongan tradisional ini, masa
kerja diidentikkan dengan pengalaman mereka yang telah bekerja 20
tahun dianggap telah berpengalaman 20 tahun
Hal ini sesungguhnya tidak benar sebab pengalaman secara
implisit memiliki makna kemampuan menumbuhkan kapasitas kerja.
Jika seseorang tidak berkembang kemampuannya, berapun lamanya
ia bekerja ia tidak bisa dikatakan berpengalaman. Sesungguhnya

186 Dr. Mulyaningsih, [Link]


penolakan golongan tradisionalis ini pada hal-hal baru karena
ketakutan akan kehilangan kedudukan, jabatan, pangkat, dan
pengaruhnya karena akan terlihat sesungguhnya ia tidak mampu
untuk bekerja lebih baik dan lebih cepat.
Kedua, golongan modernis, yaitu orang-orang yang pada umumnya
berpandangan luas dan bersedia untuk menerima hal-hal yang baru.
Bahkan tidak jarang mereka menjadi pelopor untuk menemukan
hal-hal yang baru itu. Pioneering spirit dan sense of dedications
mereka pada umumnya tinggi, hanya saja jumlah mereka dalam
birokrasi di Indonesia masih sedikit, kedudukan dan pengaruhnya
belumlah begitu menentukan. Golongan semacam inilah yang perlu
ditingkatkan dalam waktu yang sesingkat mungkin karena golongan
ini dapat menjalankan peranan selaku administrative change agents,
administrative reform agents, dan administrative modernizing agents.
Ketiga golongan ambivalen. Golongan ini di Indonesia adalah
mayoritas dan sesungguhnya golongan ini bahaya besar dan
sebagai penghalang dalam usaha pengembangan suatu sistem
administrasi yang tangguh. Ciri umum dari golongan ini adalah
ingin mempertahankan status quo, orientasi waktu masa sekarang,
ketidakmampuan mengambil risiko, parasitisme, dan oportunisme.
Masalah kesejahteraan pegawai, merupakan suatu hal yang tidak
dapat disanggah oleh siapapun juga. Bahwa pendapatan bersih dan
nyata para PNS di Indonesia tidak memungkinkan untuk hidup dalam
suasana dan kesejahteraan yang layak dan mewah. Namun keadaan
ini merupakan pencerminan dari tingkat kesejahteraan rakyat secara
keseluruhan yang juga masih rendah. Meskipun gambaran rakyat
secara keseluruhan, masalah kesejahteraan ASN perlu dipikirkan
secara serius. Tanpa pemikiran yang serius, penggerak administrasi
pembangunan (ASN) akan berusaha membuka peluang peningkatan
kesejahteraan menurut cara-caranya sendiri yang belum tentu halal
dan membuka peluang merajalelanya korupsi, penyalahgunaan

Pembangunan Ekonomi 187


wewenang dan jabatan. Selain itu, sulitnya pengambilan tindakan
disiplin, apatisme, abseenteeisme, kemalasan, dan kemerosotan moral.
Jika gejala ini nampak, maka birokrasi di Indonesia akan menyerupai
birokrasi pasar gelap (black market bureaucracy) yang ‘menjual’
jasa pelayanan yang diberikan kepada rakyat sebagai pengguna
jasanya. Slogan abdi rakyat dan abdi negara akan tinggal kenangan.
Namun harus disadari peningkatan kesejahteraan pegawai tidak
akan menjamin hilangnya penyakit birokrasi seperti di atas. Masalah
penyakit birokrasi ini pada dasarnya menyangkut moral. Jika moral
menjadi penyebabnya, sebesar apapun pendapatan yang diterima
tidak akan menghilangkan sifat keserakahan dan jiwa pemangsanya.
Istilah yang kita kenal kalau ingin kaya raya dan berada dalam
kemewahan jangan jadi ASN. Karena negara ini belum mampu
memberikannya. Tapi kalau hidup berada dengan sedikit lebih dari
rakyat kebanyakan dengan masa depan dan hari tua yang aman
karena ada uang pensiun, maka menjadi PNS mungkin adalah pilihan
yang tepat.
Ketiga, masalah peningkatan kemampuan kerja. Secara umum
birokrasi di Indonesia memiliki kekurangan managerial skills,
technical skills, dan tecnological skills. Rendahnya kemampuan kerja
ini pada umumnya dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan latihan
seperti latihan jabatan, kursus, seminar, konferensi, simposium,
coaching, dan pendidikan akademis. Namun masalah peningkatan
kemampuan kerja ASN ini terkadang kurang mendapat perhatian
dari pimpinan, karena pimpinan kurang menyadari akan pentingnya
peningkatan kualitas dan kapasitas kerja bawahannya. Padahal
seorang pimpinan yang baik harus mempunyai rasa tanggungjawab
yang besar untuk mengembangkan kemampuan kerja bawahannya,
yang kelak mungkin akan menjadi penerus estafet pemerintahannya.
Permasalahannya tidak jarang sikap mental negatif pimpinan
yang merasa risih bila ada bawahannya memiliki kemampuan dan

188 Dr. Mulyaningsih, [Link]


pengetahuan yang tinggi melebihi dirinya. Bawahan seperti ini
dinilai sebagai saingan dan ancaman yang harus segera disingkirkan.
Penyingkiran ini dilakukan dengan cara yang halus misalnya tidak
memberikan jabatan, memperlemah pengaruhnya, menugaskan
di daerah terpencil, dan memberikan pekerjaan yang tidak sesuai
dengan disiplin ilmunya. Sehingga ia kelihatan tidak bisa dan berbagai
upaya penyingkiran lainnya. Di luar itu, tidak jarang pendidikan dan
latihan sebagai sarana peningkatan kualitas ini dijadikan ajang kolusi
dengan mengikutkan orang satu suku, keponakan, teman dekat yang
pada akhirnya orang yang tidak tepatlah yang disuruh mengikuti
pendidikan dan latihan. Atau mental yang dari awalnya yang sudah
rusak pendidikan dan latihan tidak dijadikan ajang peningkatan
kualitas diri, mengikutinya secara tidak serius atau menjadi ladang
baru korupsi untuk menambah ‘seseran’.
Keempat, masalah approach yang legalistis. Yang dimaksud
dengan approach yang legalistis adalah dengan memandang
permasalahan tidak pada tempatnya. Gejala ini akan nampak ketika
ada suatu permasalahan maka memandang permasalahan tersebut
dari sisi hukumnya. Seolah-olah semua permasalahan akan selesai
dengan adanya instrumen hukum berupa peraturan perundang-
undangan. Misalnya, ketika merajalela korupsi diterbitkanlah UU
Antikorupsi. Mereka beranggapan korupsi akan hilang karena sudah
ada UU. Padahal yang sesungguhnya lebih penting adalah actions
approach.
Gejala lain yang nampak karena approach yang legalistis
adalah memahami ketentuan hukum secara letterlijk. Akibatnya
aturan-aturan hukum bukan menjadi alat untuk menjamin proses
pembangunan, malahan menjadi alat penghancur. Aturan-aturan
hukum menjadi kaku dan sulit untuk ditegakkan karena tidak adanya
fleksibilitas dalam penyelenggaraannya.

Pembangunan Ekonomi 189


Sejarah Administrasi Pembangunan
1. Ilmu Administrasi Negara.
Administrasi Pembangunan yang dikembangkan itu berasal dari
disiplin ilmu yang mendahuluinya, yaitu Administrasi Negara. Pada
abad ke 19 dapat dikemukakan sebagai permulaan perkembangan
Ilmu Administrasi Negara yang dipelopori oleh penulis-penulis dan
praktisi-praktisi Administrasi Pemerintahan di Amerika Serikat yaitu
antara lain : Woodrow Wilson, Frank J. Goodnow, Leonard D. White,
dan bahkan tulisan Alekxis de Tocqueville jauh sebelumnya dianggap
pula awal perkembangan Ilmu Administrasi Negara. Perkembangan
Ilmu Administrasi Negara lebih relevan bagi negara-negara yang
sudah maju.
Empat perumusan untuk menjelaskan pengertian Ilmu
Administrasi Negara yaitu :
1) Edward H. Litehfield, menyatakan bahwa Ilmu Administrasi
Negara adalah “Suatu studi mengenai bagaimana bermacam-
macam badan-badan pemerintahan diorganisir, diperlengkapi
tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan dan dipimpin”
2) Dwight Waldo, menyatakan bahwa Administrasi Negara adalah
“Managemen dan Organisasi dari pada manusia-manusia dan
peralatannya guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah”
3) Dimock, Dimock dan Koening, menyebutkan bahwa Administrasi
Negara adalah “Kegiatan Pemerintah di dalam melaksanakan
kekuasaan politiknya”
4) Arifin Abdulrachman, menyatakan bahwa Administrasi Negara
adalah “Ilmu yang mempelajari pelaksanaan dari politik negara”
(Bintoro Tjokroamidjojo, 1974 : 1)

Keempat disiplin tersebut membedakan proses politik dan


administrasi negara, namun kenyataannya sangat sulit memisahkan
proses politik dan proses administrasi negara.

190 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Perumusan yang ketiga tersebut di atas dapat pula diperinci
dalam pembahasan-pembahasan sebagai berikut :
a. Apa yang harus dilaksanakan (the what’s), haluan politik,
kebijaksanaan, program-program negara (pemerintah).
b. Bagaimana sebaiknya melaksanakannya (the hows), sangat
tergantung oleh kondisi-kondisi dinamis dari lingkungan
(ekologi), pribadi dan lain-lain.
c. Benarkah pelaksanaan itu dan pada siapa harus bertanggungjawab
atau proses evaluasi dan kontrol.

Tugas utama Administrasi Negara ialah pada dasarnya


merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan politik, kemudian
melaksanakannya dan menyelenggarakannya. Administrasi Negara
mempunyai peranan yang besar dalam proses penetapan/penentuan
kebijaksanaan politik
Tiga fungsi dasar Administrasi Negara sebagai berikut :
a. Formulasi/perumusan kebijakan.
1) Kebijaksanaan tergantung dari analisa yang baik atas keadaan-
keadaan nyata yang ada.
Kebijaksanaan juga harus meliputi usaha untuk memproyektir
kenyataan-kenyataan sekarang dalam keadaan-keadaan nanti/
masa depan, dengan cara melakukan perkiraan (fore cast) dari
perkembangan yang mungkin terjadi.
2) Supaya suatu program strategis dan taktik-taktik kegiatan yang
berdasar kedua di atas dapat disusun.
3) Rangkaian terakhir adalah pengambilan keputusan (decision
making)
1. Pengaturan/Pengendalian unsur-unsur administrasi.
2. Struktur organisasi, keuangan, kepegawaian dan lain-lain.
3. Penggunaan Dinamika Administrasi.

Pembangunan Ekonomi 191


Kegiatan-kegiatan lain yang perlu dilaksanakan tidak saja
bagi realisasi tujuan, kebijaksanaan yang telah dirumuskan, tetapi
juga untuk pengendalian atau pengawasan dari pada unsur-unsur
administrasi.
Unsur-unsur dinamika administrasi (the dynamics of
administration) ini meliputi :
1) Pimpinan.
2) Koordinasi.
3) Pengawasan.
4) Komunikasi.

Menurut Waldo, dalam Bintoro, 1974 : 4, Administrasi adalah


kegiatan kebijaksanaan secara rasional, dan rasionalitas itu
tercermin dalam pengelompokan kegiatan menurut fungsi-fungsi
yang dilakukan.
Sedangkan The Liang Gie, mengatakan Administrasi adalah
“Segenap proses penyelenggaraan dalam setiap usaha kerja sama
sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu.” Dan apabila
tujuan-tujuan itu adalah tujuan negara/pemerintah, maka menjadi
lingkupan wilayah Ilmu Administrasi Negara.
Kemudian S.P. Siagian (Dalam Administrasi Pembangunan,
Konsep, dimensi dan strateginya, Gunung Agung, Jakarta, 1978 : 2)
memberikan pengertian Administrasi adalah keseluruhan proses
pelaksanaan daripada keputusan-keputusan yang telah diambil dan
pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia
atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Karena masih terikatnya buku-buku administrasi negara dengan
kasus empiris Negara Amerika Serikat maupun negara-negara maju
lainnya, maka terdapat suatu orientasi baru yang dipelopori oleh
kalangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
PBB pada tahun 1950-an mulai memberikan perhatian terhadap

192 Dr. Mulyaningsih, [Link]


segi administrasi negara-negara yang baru berkembang. Hal ini
terutama dihubungkan dengan pemberian bantuan luar negeri.
Kondisi ini juga dapat dilihat mengenai bantuan dari luar negeri
yang terus berlanjut sampai sekarang yaitu bantuan Loan, IMF, seperti
salah satu contoh yaitu bantuan Program Pengembangan Kecamatan
(PPK), atau Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
yang bersumber dari bantuan Luar Negeri (Bank Dunia).

2. Perkembangan ke arah Administrasi Pembangunan.


Para ahli Ilmu Administrasi Negara, kemudian memberikan
perhatian pula terhadap dua hal yaitu :
a. Administrasi bagi negara-negara yang sedang berkembang atau
yang sedang mengalami masa perubahan (dari masyarakat
tradisional agraris ke arah masyarakat maju dan mulai
memperkembangkan industri).
b. Yang kedua adalah perhatian kepada masalah interrelasi antara
administrasi sebagai praktek di bidang-bidang kehidupan yang
lain.

Oleh para ahli tersebut dikembangkan studi komperatif mengenai


hal-hal itu. Mereka kemudian menyebutkan diri sebagai kelompok
studi komperatif atau Comparative Administratif Group (CAG), yang
dipelopori oleh antara lain :
1) F.W. Riggs
2) John D. Montgomery
3) Milton Esman
4) Raiph Braibanti
5) William J. Siffin
6) Edward W. Weidner, dan lain-

Dalam Prismatik tulisan Fred W. Riggs, tentang “Prismatic

Pembangunan Ekonomi 193


Society” (Bintoro,1974:5) mengembangkan suatu model mengenai
ciri birokrasi dari satu lingkungan masyarakat yang belum maju
(refracted type) tapi sudah bukan lingkungan masyarakat yang masih
tradisional (fused type). Model ini disebut “Sala Model” dalam suatu
lingkungan “Masyarakat Prismatik” lain.

Model ini berguna untuk menjelas-


kan sikap-sikap birokrasi dan
hubungan organisasi dalam ma-
syarakat yang baru berkembang.

Perkembangan selanjutnya ialah adanya lebih ketegasan orientasi


di dalam Ilmu Administrasi yang sekarang merupakan tingkat-tingkat
permulaan pertumbuhan Ilmu Administrasi Pembangunan.
Kelompok studi komperatif yang terdahulu kemudian
memperkembangkan diri menjadi kelompok Administrasi
Pembangunan atau Development Administratif Group (DAG). Dan
kelompok ini memperluas diri dengan ahli-ahli dari berbagai pihak,
terutama ahli-ahli dari negara baru berkembang antara lain :
a. Dr. Ajit Bannerjee.
b. Dr. Carlos [Link].
c. Dr. S.S. Husen.
d. Dr. Hahn-Been Lee.
e. Dr. S.P. Siagian, dari Indonesia dapat disebut sebagai salah

Seorang pelopor pengembangan “Ilmu Administrasi


Pembangunan di Indonesia”.

194 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Lebih lanjut dalam bukunya Administrasi Pembangunan
(Bintoro, 1974-9) menyebutkan bahwa Administrasi Pembangunan
mempunyai cirri-ciri yang lebih maju dari pada Administrasi Negara.
Beberapa ciri-ciri perbedaan tersebut dapat dilihat dari dalam
uraian di bawah ini sebagai berikut :

Ciri-ciri Administrasi Negara Ciri-ciri Administrasi


Pembangunan
1. Lebih banyak terkait dengan 1. Lebih memberikan
Lingkungan masyarakat perhatian terhadap
negara-negara maju. masyarakat yang berbeda
terutama bagi lingkungan
masyarakat Negara-negara
baru berkembang.

2. Terdapat kelompok yang 2. Mempunyai peran aktif dan


cenderung berpendapat berkepentingan terhadap
turut berperannya tujuan-tujuan pembangunan
administrasi negara baik dalam perumusan
dalam proses perumusan kebijaksanaan maupun
kebijaksanaan, tapi masih dalam pelaksanaan yang
kurang ditekankan. Bahkan efektif. Bahkan administrasi
ada bersikap netral ikut serta mempengaruhi
terhadap tujuan-tujuan tujuan-tujuan pembangunan
pembangunan masyarakat dan menunjang
pencapaian tujuan-tujuan
sosial, perekonomian dan
lain-lain yang dirumuskan
kebijaksanaannya melalui
proses politik

Pembangunan Ekonomi 195


3. Lebih menekankan kepada 3. Justru berorientasi kepada
pelaksanaan yang tertib/ usaha-usaha yang
efesien dari unit-unit mendorong perubahan-
kegiatan pemerintah pada perubahan ke arah keadaan
waktu ini. Berorientasi masa yang dianggap lebih baik
kini untuk suatu masyarakat di
masa depan. Berorientasi
masa depan.

4. Lebih menekankan kepada 4. Lebih berorientasi kepada


tugas-tugas umum (rutin) pelaksanaan tugas-
dalam rangka pelayanan tugas pembangunan
masyarakat (public service) (Development Functions)
dan tertib pemerintahan. dari pemerintah. Dalam
Administrasi Negara lebih hal ini adalah kemampuan
bersikap sebagai “Balancing untuk merumuskan
Agen” (Pelayanan umum) kebijaksanaan-
kebijaksanaan
pembangunan dan
pelaksanaannya yang efektif.
Administrasi Pembangunan
lebih bersikap “Developmen
Agent” (Penggerak
Pembangunan).

196 Dr. Mulyaningsih, [Link]


5. Sebagai akibat dari hal yang 5. Administrasi harus
disebutkan di atas, maka mengaitkan diri dengan
Administrasi Negara lebih substansi perumusan
menengok kepada kerapian kebijaksanaan tujuan-
aparatur administrasi itu tujuan yaitu ekonomi,
sendiri sosial. Dengan perkataan
lain administrasi dari
kebijaksanaan dan
isi program-program
pembangunan.

6. Dalam Administrasi Negara 6. Dalam Administrasi


seakan-akan ada kesan Pembangunan
menempatkan administrasi administrator dalam
dalam aparatur pemerintah aparatur pemerintah juga
sekedar sebagai pelaksana bisa merupakan penggerak
perubahan (Change Agents).

7. Lebih berpendekatan 7. Lebih berpendekatan


legalistis (Legalistic lingkungan (Ekological
Approach) Approach). Berorientasi
pada kegiatan (action
oriented) dan bersifat
pemecahan masalah
(problem Solving).

Pembangunan Ekonomi 197


3. Ciri Perumusan Administrasi Pembangunan.
Dua ciri utama yang membedakan dan dianggap paling
penting dan menunjukkan lebih majunya pendekatan Administrasi
Pembangunan adalah
a. Ciri pokok pertama adalah orientasinya kepada usaha-usaha ke
arah perubahan-perubahan keadaan yang dianggap lebih baik.
Bahkan Administrasi Pembangunan dimaksud untuk membantu
dan mendorong ke arah perubahan-perubahan besar (Basic change)
di berbagai kegiatan/bidang kehidupan yang saling berkait dan akan
memberikan hasil akhir terdapatnya proses pembangunan.
Thompson menyebut bahwa Administrasi Pembangunan
meliputi kemampuan organisasi untuk “innovate” (melakukan
perubahan).

b. Ciri pokok kedua, pendekatan Administrasi Pembangunan


adalah bahwa perbaikan dan penyempurnaan administrasi
dikaitkan dengan aspek perkembangan di bidang-bidang lain
seperti ekonomi, sosial, politik dan lain-lain.
Usaha-usaha perubahan di bidang administrasi saling pengaruh
mempengaruhi dengan perubahan-perubahan di bidang lain
tersebut.
Perbaikan administrasi bukan hanya untuk kepentingan baiknya
administrasi itu saja, tetapi memberikan pelayanan administrative
usaha perbaikan dan perubahan di bidang tersebut di atas, supaya
dapat terselenggara secara lebih baik.
Administrasi Pembangunan berarti kemampuan sistem
administrasi untuk menampung adanya akibat-akibat pembangunan.
Montgomery dan Esman dalam Development Administration
in Malaysia, mengemukakan “Administrasi Pembangunan meliputi
perbaikan aparatur serta pelaksanaan dari pada pemerintahan
(The Development Of Administration) dan juga berarti perbaikan

198 Dr. Mulyaningsih, [Link]


dari pelaksanaan usaha pembangunan (Administration Of The
Development).
Siagian, 1974-4, merumuskan pengertian Administrasi
Pembangunan sebagai berikut : “Administrasi Pembangunan adalah
seluruh usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperbaiki
tata kehidupannya sebagai suatu bangsa dalam berbagai aspek
kehidupan bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan
yang telah ditentukan ”.
Pada pokoknya pendekatan Administrasi Pembangunan diartikan
sebagai proses pengendalian usaha oleh negara/pemerintah untuk
merealisasi pertumbuhan yang direncanakan ke arah suatu keadaan
yang lebih baik. Administrasi Pembangunan dianggap lebih baik dan
maju di dalam berbagai aspek kehidupan bangsa.
Pada umumnya tujuan-tujuannya adalah pembinaan bangsa
(Nation Building) dan atau perkembangan sosial ekonomi.
Perkembangan ke arah kemajuan seringkali disebut pula oleh para
cendekiawan sebagai Modernisasi.
S.P. Siagian (Administrasi Pembangunan, 1978 :2) Pembangunan
didefinisikan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam
rangka pembinaan bangsa (nation building).
Apabila definisi tersebut di atas dianalisa lebih lanjut akan
terlihat beberapa ide pokok yang sangat penting diperhatikan apabila
seseorang berbicara tentang pembangunan.
Pertama, bahwa pembangunan merupakan suatu proses.
Proses berarti suatu kegiatan yang terus menerus dilaksanakan;
Meskipun sudah barang tentu bahwa proses itu dapat dibagi dan
biasanya memang dibagi-bagi menjadi tahap-tahap tertentu yang
berdiri sendiri (independent phase of a prosecess). Pentahapan itu
dapat dibuat berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu

Pembangunan Ekonomi 199


yang diharapkan akan diperoleh.
Kedua, bahwa pembangunan merupakan usaha yang secara
sadar dilaksanakan. Jika ada kegiatan yang kelihatannya nampak
seperti pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak dilaksanakan
secara sadar dan timbul secara insidentil di masyarakat, tidaklah
dapat digolongkan kepada kategori pembangunan.
Ketiga, bahwa pembangunan dilakukan secara berencana dan
perencanaan itu berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan.
Keempat, bahwa pembangunan mengarah kepada modernitas.
Modernitas di sini diartikan sebagai cara hidup yang baru dan lebih
baik dari pada sebelumnya serta kemampuan untuk lebih menguasai
alam lingkungan dalam rangka usaha peningkatan kemampuan swa-
sembada dan mengurangi ketergantungan pada pihak lain.
Kelima, bahwa modernitas yang dicapai melalui pembangunan
itu bersifat multi-dimensionil. Artinya bahwa modernitas itu
mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara, terutama
aspek politik, ekonomi, social-budaya, pertahanan dan keamanan
nasional dan administrasi.
Keenam, bahwa ke semua hal yang telah disebutkan di muka
ditujukan kepada usaha membina bahwa (nation-building) yang
terus menerus harus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan
bangsa dan negara yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan pengertian-pengertian tersebut di atas sebagai titik
tolak, maka Administrasi Pembangunan adalah seluruh usaha
yang dilakukan oleh suatu masyarakat untuk memperbaiki tata
kehidupannya sebagai suatu bangsa dalam berbagai aspek kehidupan
bangsa tersebut dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.

200 Dr. Mulyaningsih, [Link]


4. Ruang Lingkup Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan belum diakui ataupun belum
merupakan suatu disiplin ilmu yang telah berkembang. Saat ini
perkembangan menuju ke arah itu terlihat dalam berbagai usaha
para ahli dan penulis. Administrasi pembangunan berkembang
berdasarkan disiplin ilmu yang mendahuluinya, yaitu administrasi
negara.
Administrasi negara muncul akhir abad ke 19 yang dipelopori
oleh penulis-penulis dan praktisi-praktisi administrasi pemerintah
di Amerika Serikat. Pelopor-pelopor dari ilmu tersebut antara lain
Woodrow Wilson, Frank J. Goodnow, Leonard D. White.
Ada empat subfungsi perumusan kebijakan yaitu:
a. Kebijakan tergantung analisis yang baik atas keadaan-keadaan
nyata yang ada
b. Perumusan kebijakan juga harus meliputi usaha untuk
memproyektir kenyataan-kenyataan sekarang dalam keadaan-
keadaan nanti/masa depan, dengan cara melakukan perkiraan
dari perkembangan yang mungkin terjadi dan dalam penyusunan
berbagai alternatif langkah kegiatan yang mungkin dilalui.
c. Agar suatu program strategi dan taktik-taktik kegiatan
berdasarkan seperti no 1 dan 2.
d. Rangkaian terakhir adalah pengambilan keputusan, dengan kata
lain, bagian ini merupakan perencanaan.

Unsur-unsur administrasi ialah, struktur organisasi, keuangan,


kepegawaian dan sarana-sarana lain. Unsur dinamik administrasi
meliputi pimpinan, koordinasi, pengawasan dan komunikasi.
Para ahli administrasi negara memberikan perhatian terhadap
dua hal, yaitu administrasi bagi negara-negara yang sedang
berkembang atau yang sedang mengalami perubahan (dari

Pembangunan Ekonomi 201


masyarakat tradisionil agraris ke arah masyarakat maju dan mulai
memperkembangkan industri). Yang kedua adalah perhatian kepada
masalah interrelasi antara kehidupan yang lain.
Administrasi negara lebih berorientasi untuk mendukung
usaha-usaha pembangunan Negara-negara yang belum maju, yang
berarti perhatian terhadap usaha perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan-pembangunan. Suatu perencanaan yang berorientasi
kepada pelaksanaannya akan lebih banyak mengarah dalam
pelaksanaan pembangunan.
Administrasi pembangunan berfungsi untuk mendukung proses
perumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan dari program-program
pembangunan, yang tercermin dalam suatu rencana pembangunan
atau suatu kerangka kebijaksanaan yang konsisten (dalam proses
administrasi dan politik). Administrasi pembangunan juga
mendukung tata pelaksanaan kebijakan secara efektif (instrumen =
administrasi pembangunan).
Perencanaan serta fungsi pemerintah terhadap perkembangan
masyarakat tergantung oleh beberapa hal, diantaranya falsafah hidup
masyarakat dan falsafah politik masyarakat tersebut. Ada negara-
negara yang membebaskan masyarakat dalam perkembangannya,
sehingga peran pemerintah tidak terlalu dominan. Namun ada pula
negara yang menginginkan pemerintah mengurus hampir segala
sesuatu kehidupan masyarakat bangsa tersebut, yang mendasari
orientasi ini yaitu falsafah politik tradisional. Peran serta fungsi
pemerintah seringkali tergantung dengan tingkat kemajuan suatu
negara terutama dalam bidang ekonomis materiil.
Peran pemerintah dalam pembangunan berencana dapat
dilihat dalam beberapa bentuk, yaitu pemerintah sebagai penjaga
keamanan dan ketertiban dalam perkembangan, sering kali
penarikan pajak tidak diabdikan untuk kepentingan masyarakat
sehingga pemerintah berperan dalam hal ini. Adapun istilah service

202 Dr. Mulyaningsih, [Link]


state, dimana pemerintah berperan sebagai abdi sosial dari
keperluan-keperluan yang perlu diatur dalam masyarakat. Selain itu,
pemerintah juga memiliki peran entrepreneur atau pendorong inisiatif
usaha pembaharuan dan pembangunan masyarakat. Pemerintah menjadi
development agent atau unsur pendorong pembaharuan/pembangunan.
Campur tangan pemerintah dalam proses pembangunan
dilakukan dengan lima macam cara, diantaranya:
a. Operasi (operation) langsung, yaitu pemerintah menjalankan
sendiri kegiatan pembangunan tertentu.
b. Pengendalian langsung (direct control) penggunaan perizinan,
lisensi (untuk kredit, kegiatan ekonomi lain), penjatahan dan
sebagainya.
c. Pengendalian tidak langsung (indirect control) dengan cara
pemberian aturan dan syarat.
d. Pemengaruhan langsung (direct influence) dengan cara persuasi
atau nasihat.
e. Pemengaruhan tidak langsung (indirect influence) dengan bentuk
involvement.

Di Indonesia peran serta fungsi pemerintah dalam pembangunan


nasional, tercermin dalam pembukuan Undang-Undang Dasar
1945 alenia ke-4 “… melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial…”
1. Penyempurnaan Administrasi Negara.
a. Kepemimpinan, Koordinasi, Pengawasan.
b. Administrasi fungsional kepegawaian, keuangan, sarana-
sarana lain dan kelembagaan dalam arti sempit.
2. Penyempurnaan Administrasi Perencanaan dan Pelaksanaan

Pembangunan Ekonomi 203


Pembangunan (The Administration of Development)
a. Proses perumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan
program-program pembangunan sering tercermin
dalam suatu rencana pembangunan atau suatu kerangka
kebijaksanaan yang konsisten (dalam proses administrasi
maupun proses politik)
b. Tata pelaksanaannya secara efektif.
Salah satu fungsi lain yang penting dalam administrasi
pembangunan ialah membangun partisipasi masyarakat.

B. Peranan dan Fungsi Pemerintah dalam Pembangunan


Berencana.
Perencanaan serta fungsi pemerintah terhadap pembangunan
masyarakat tergantung oleh beberapa hal :
Yang pertama adalah filsafat hidup kemasyarakatan dan filsafat
politik masyarakat tersebut. Ada negara-negara yang memberikan
kebebasan yang cukup besar kepada anggota-anggota masyarakat
untuk menumbuh kembangkan masyarakat, sehingga pemerintah
diharapkan tidak terlalu banyak campur tangan dalam kegiatan-
kegiatan masyarakat itu sendiri (Filsafat kemasyarakatan Lasser). Ada
pula negara-negara dimana filsafat hidup bangsanya menghendaki
negara dan pemerintah memimpin dan bahkan mengurus hampir
segala sesuatu dalam kehidupan masyarakat bangsa tersebut (Filsafat
politik sosialis yang tradisional mendasari orientasi seperti itu).
Peranan dan fungsi pemerintahan juga sering tergantung dengan
tingkat kemajuan suatu negara terutama di bidang ekonomi materiil.
Peranan Pemerintah dapat dilihat dari tiga macam bentuk
sebagai berikut :
a. Mula-mula peranan pemerintah adalah sebagai penjaga keamanan
dan ketertiban dalam perkembangan. Bahkan seringkali fungsi
penarikan pajak tidak diabdikan bagi kepentingan rakyat. Ini

204 Dr. Mulyaningsih, [Link]


adalah peranan pemerintah yang paling tradisional.
b. Kemudian timbul pengertian service state, dimana peranan
pemerintah merupakan abdi sosial dari keperluan-keperluan
yang perlu diatur dalam masyarakat. Hal ini juga disadari oleh
banyak pikiran-pikiran mengenai welfare state atau negara
kesejahteraan.
c. Di samping itu terdapat pula suatu cara dalam pelaksanaan
peranan pemerintah yaitu memberikan kepada pemerintah
peranan sebagai entrepreneur atau pendorong inisiatif usaha
pembaharuan dan pembangunan masyarakat. Pemerintah
menjadi development agent atau unsur pendorong
pembaharuan/pembangunan.

Mengenai cara pelaksanaan peranan pemerintah terdapat


klasifikasi sebagai berikut :
Pertama : disebut sebagai klasifikasi Awaloedin yaitu pembagian
cara pelaksanaan peranan pemerintah atas :
a. Fungsi pengaturan, dalam hal ini dapat disebut klasifikasi :
1) Penentuan kebijaksanaan.
2) Pemberian pengarahan dan bimbingan.
3) Pengaturan melalui perizinan.
4) Pengawasan.

Produk dari pada fungsi ini adalah berbagai peraturan-peraturan.


b. Pemilihan sendiri dari pada usaha-usaha ekonomi atau sosial
yang penyelenggaraannya dapat dilakukan sendiri atau oleh
swasta.
c. Penyelenggaraan sendiri dari berbagai kegiatan-kegiatan
ekonomi atau sosial.

Kedua : Cara pelaksanaan peranan pemerintah ini dapat

Pembangunan Ekonomi 205


dikemukakan pula pikiran dari ------ Swerdlow yang menyebutkan
bahwa involvement atau
campur tangan pemerintah dalam proses perkembangan
kegiatan masyarakat/proses pembangunan dapat dilakukan dengan
lima cara :
a. Operasi langsung (operation) pada pokoknya pemerintah
menjalankan sendiri kegiatan-kegiatan tertentu.
b. Pengendalian langsung (direct control) penggunaan perizinan,
lisensi (untuk kredit, kegiatan ekonomi lain) penjatahan dan
lain-lain.
c. Pengendalian tak langsung (indirect control) cara dengan
memberikan pengaturan dan syarat-syarat misalnya pengaturan
penggunaan dana devisa tertentu diperbolehkan asal untuk
daftar barang tertentu.
d. Pengarahan langsung (direct influence, di sini dilakukan cara
persuasi dan nasihat.
e. Pemengaruhan tak langsung (indirect influence)

Ini adalah bentuk involvement yang paling ringan, misalnya


memberikan informasi, menjelaskan kebijaksanaan pemerintah
contoh-contoh teladan tentang efisiensi dan ketidakborosan,
penyuluhan dan pembinaan untuk lebih menerima hal-hal yang baru.
Lepas dari pada tingkat campur tangan pemerintah dalam
berbagai kegiatan usaha, maka kenyataan adalah fungsi pemerintah
dalam berbagai kegiatan makin lama makin banyak juga. Bahkan
bagi negara-negara yang mengenai kebebasan dan inisiatif usaha
swasta yang besar, telah pula kelihatan meluasnya tugas baru dinas-
dinas pemerintah yang melayani kepentingan umum, yaitu mengatur,
mendorong, mengkoordinir, bahkan membiayai usaha pihak swasta
maupun daerah.
Hal ini makin kentara bagi negara-negara yang baru berkembang,

206 Dr. Mulyaningsih, [Link]


sebab yang terakhir ini antara lain oleh karena di negara-negara baru
berkembang, pemerintahlah merupakan wadah dalam masyarakat
dalam mana terhimpun sebagian terbesar dari unsur-unsur modern
dalam masyarakat, menggunakan alat-alat negara sebagai alat
utama di dalam mengolah atau mengadministrasikan usaha-usaha
pembangunan.
Peranan serta fungsi pemerintah juga berhubungan erat dengan
usaha pembangunan berencana suatu negara.
Perencanaan itu sendiri merupakan suatu pernyataan peranan
pemerintah dalam kegiatan sosial ekonomi. Demikian pula dengan
sifat perencanaan pembangunan yang dilakukan.
Fungsi pokok pemerintahan tersebut dapat dibagi pula dalam
berbagai tugas-tugas pemerintahan yang bersifat rutin maupun
pembangunan.
Dalam tugas-tugas pemerintahan yang umum dapat dikemukakan
dalam rangka pemerintahan umum, pemeliharaan ketertiban,
keamanan dan pelaksanaan hukum.
Tugas umum ini juga sering kali diperluas dengan tugas-tugas
pelayanan umum, dilakukan melalui penyelenggaraan sendiri ataupun
melalui pelaksanaan fungsi pengaturan. Mengenai peranan serta
fungsi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional di Indonesia,
Landasannya sudah terdapat dalam pembukaan UUD 1945.
Di sini dikemukakan petikannya :
Membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sedangkan mengenai peranan pemerintah dalam pembangunan
dan khususnya dalam perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia,
yang dalam hal ini dikemukakan apa yang dewasa ini dijadikan

Pembangunan Ekonomi 207


landasan bagi peranan pemerintah itu dalam pembangunan ekonomi.
Peranan tersebut tak dapat dilepaskan dari sendi asas demokrasi
ekonomi seperti tercantum dalam UUD. Landasan bagi peranan
pemerintah dalam demokrasi ekonomi dan pembangunan dewasa
ini dirumuskan pertama kali dalam ketetapan MPRS Nomor XXII
Tahun 1966 yang berbunyi :
“Dalam menjalankan peranannya di bidang ekonomi maka
pemerintah harus lebih menekankan pengawasan arah kegiatan
ekonomi dan bukan pada penguasaan yang sebanyak mungkin dari
kegiatan-kegiatan ekonomi.
Diusahakan suatu pembinaan sistem ekonomi pasar yang
berencana. Peranan pemerintah ditujukan terutama dalam dua
bidang yaitu memberi pengarahan dan bimbingan serta menciptakan
iklim yang sehat bagi perkembangan kegiatan masyarakat sendiri.
Rencana-rencana pembangunan dipakai sebagai alat pengarahan.
Dalam ketetapan MPR No. IV Tahun 1973 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara di kemukakan sebagai berikut :
“Oleh karenanya maka Pemerintah berkewajiban memberikan
pengarahan dan bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta
menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan dunia usaha;
Sebaliknya dunia usaha perlu memberikan tanggapan terhadap
pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim tersebut dengan
kegiatan-kegiatan yang nyata.
Pembangunan Nasional secara berencana dapat dilihat dalam
tingkat-tingkat tindakan yang dilaksanakan dalam proses politik dan
proses administrasi.
Tingkat-tingkat kegiatan tersebut dilaksanakan secara terus
menerus dan merupakan satu proses, yaitu :
1) Adanya kegiatan-kegiatan dasar di dalam masyarakat yang
menuntut pemuasan.
Sumber-sumber dari keinginan-keinginan ini adalah kebutuhan

208 Dr. Mulyaningsih, [Link]


dasar yang dirasakan (felt needs) dan kebutuhan-kebutuhan dasar
yang memang diperlukan karena kondisi objektif (real needs).
Demikian pula berperan di sini sistem preferensi dari elite
kekuasaan. Konsiliasi dari berbagai sumber-sumber keinginan ini
tercermin dalam kehidupannya. Ada pula pendapat bahwa dalam diri
manusia itu sendiri terdapat keinginan untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya. Semua itu menjadi dorongan bagi suatu kebutuhan
untuk membangun.
Tingkat ini disebut juga sebagai tingkat konseptualisasi
(conceptualization).
2) Perumusan konsiliasi tersebut pada no. 1 dilakukan dalam proses
politik dan dituangkan dalam bentuk keputusan-keputusan
politik mengenai kehendak-kehendak negara.
Dalam keputusan politik ini diterapkan apa yang hendak di
bangun dan dasar-dasar dari cara pencapaiannya. Tingkat ini disebut
juga sebagai tingkat formulasi keputusan politik (Formulation Of
Political Decision).
3) Perumusan dasar-dasar hukum bagi pelaksanaan keputusan
politik tersebut terdahulu. Hal ini penting bagi suatu negara
hukum.
Dengan ini dimaksud supaya kegiatan-kegiatan lanjutan tetap
dilaksanakan berdasar kerangka hukum yang ada (legal contexc).
Tingkat ini disebut sebagai tingkat legalisasi (legalization).
4) Perumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program
pemerintah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan politik.
Kebijaksanaan dan program tersebut dapat dituangkan dalam
suatu rencana kebijaksanaan dan program yang konsisten.
Tingkat ini adalah tingkat formulasi keputusan administrative
(Formulation Of Policies and plans).
5) Penyusunan program-program kerja, sistem dan mekanisme

Pembangunan Ekonomi 209


pelaksanaan. > Tingkat ini disebut sebagai Programming.
6) Kemudian adalah tingkat Implementasi.
Dalam tingkat ini dimaksudkan untuk merealisasi pencapaian
tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dalam rencana atau
kebijaksanaan dan program-program pemerintah yang konsisten
berdasar keputusan-keputusan politik (implementation).
7) Penilaian pada pelaksanaan maupun dari hasil-hasil yang dicapai
(Concuerent Evaluation, Evaluation Of Results).

Perencanaan dan Administrasi Pembangunan.


Proses pembangunan nasional secara berencana seperti di
kemukakan di atas, tidak selalu harus menggunakan suatu rencana
formil. Apabila suatu pemerintah menciptakan dan melaksanakan
berbagai kebijaksanaan, program atau bahkan proyek-proyek
yang saling berhubungan dan cukup konsisten mungkin dapat
terselenggara suatu proses pertumbuhan yang berencana.
Apa lagi bila di dalam masyarakat itu sendiri tumbuh kekuatan-
kekuatan yang mendukung iklim pertumbuhan tersebut. Bahkan
lebih penting dari pada rencana formil adalah adanya stabilitas sosial
yang memungkinkan gerak pertumbuhan dalam masyarakat tidak
terganggu.
Di dalam praktek dan ilmu perencanaan mengatakan bahwa
proses perencanaan itu sendiri harus terdiri dari formulasi rencana
dan implementasinya. Dan dalam administrasi pembangunan maka
perencanaan merupakan awal mula dari suatu proses administrasi.
Penekanan mengenai kaitan antara perencanaan dan
administrasi pembangunan itu justru karena terdapatnya kenyataan
adanya “gap” antara janjinya rencana dan realisasi pelaksanaan
rencana (gap between plan promise and plan performance). Dan ini
disebabkan oleh karena :
1) Kemampuan sistem administrasi untuk pelaksanaan yang efektif

210 Dr. Mulyaningsih, [Link]


dari suatu pembangunan berencana.
2) Sering kali usaha-usaha perbaikan dan penyempurnaan
administrasi dilakukan secara terpisah dari perencanaan
pembangunan.

Dalam perubahan-perubahan sosial yang dikembangkan secara


sadar menuju ke arah keadaan yang dianggap lebih baik oleh sesuatu
masyarakat bangsa tertentu di kemudian hari, maka perlulah
perencanaan itu mempunyai dimensi-dimensi yang operasional :
1) Berorientasi untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan dapat bersifat ekonomi, politik, sosial, bahkan tujuan-
tujuan ideologis atau seringkali suatu kombinasi dari pada berbagai
hal tersebut.
2) Berorientasi kepada pelaksanaannya.
Perencanaan bukan hanya merumuskan tujuan-tujuan tetapi
diarahkan untuk merealisasinya.
3) Pemilihan dari berbagai alternatif mengenai tujuan-tujuan mana
yang lebih diinginkan.
4) Perspektif waktu.
Pencapaian tujuan-tujuan tertentu mungkin perlu dilaksanakan
secara bertahap.
5) Perencanaan harus merupakan suatu kegiatan continue dan
terus menerus dari formulasi rencana dan pelaksanaannya.

Mengenai ciri-ciri perencanaan yang lebih berorientasi kepada


pelaksanaan dapat dikemukakan perkembangan-perkembangan
sebagai berikut :
1) Penggunaan “Rolling Plans” yaitu rencana-rencana yang pada
tiap akhir suatu periode pelaksanaan disusun kembali tujuan,
sasaran-sasaran dan program-programnya.
Dengan demikian rencana diharapkan lebih fleksibel dan

Pembangunan Ekonomi 211


sesuai dengan perkembangan keadaan yang dihadapi. Kecuali
itu perhitungkan mengenai potensi sumber-sumber yang dapat
dipergunakan diharapkan juga tidak terlalu jauh meleset.
2) Penyusunan dan pelaksanaan dari perencanaan operasional
tahunan. Rencana ini dimaksudkan sebagai penerjemahan yang
lebih konkrit dan spesifik dari pada rencana-rencana jangka
menengah.
3) Kaitan yang erat antara perencanaan fisik dalam berbagai
program-program dan proyek-proyek kegiatan dengan
perencanaan pembiayaannya.
4) Perencanaan pada unit-unit kegiatan pemerintahan yang pada
umumnya dituangkan dalam program-program dan proyek-
proyek pembangunan. Perencanaan tingkat proyek-proyek ini
akan lebih bersifat operasional.
5) Desain perencanaan dan pelaksanaan perbaikan serta
penyempurnaan administrasi negara, sehingga dapat dijadikan
program pelaksanaan fungsi-fungsi pembangunan (Development
Function) dari pada pemerintah.

Dengan melihat kelemahan-kelemahan di bidang administrasi,


maka penyempurnaan administrasi negara untuk pelaksanaan
pembangunan terutama ditujukan beberapa wilayah sebagai berikut
: (terutama seperti dihadapi oleh negara-negara baru berkembang)
1) Perlu dilakukan penyempurnaan di dalam penyusunan dan
hubungan perkembangan yang berfungsi dalam bidang
penyempurnaan administrasi negara.
2) Wilayah utama yang kedua adalah mengenai pembinaan dan
perencanaan kepegawaian. Dalam hal ini maka yang utama
adalah perubahan orientasi dari pada kemampuan dalam
melayani tugas-tugas rutin dengan meluasnya tugas-tugas
pembangunan dari pada pemerintahan.

212 Dr. Mulyaningsih, [Link]


3) Wilayah besar lain adalah masalah pembinaan dan
penyempurnaan organisasi untuk pembangunan. Di satu
pihak seringkali di banyak negara-negara baru berkembang
terjadi proliferasi (perluasan organisasi menjadi besar) yang
disebabkan karena kecenderungan-kecenderungan “Empire
Building” badan-badan pemerintahan. Hal ini menyebabkan
banyak duplikasi dan kesimpangsiuran dan kemungkinan
adanya unit-unit kegiatan yang tidak perlu. Oleh karena itu
sering perlu dilakukan pengaturan kembali organisasi tersebut
dengan mengusahakan atas dasar fungsionalisasi.
4) Wilayah lain dari pada perhatian penyempurnaan administrasi
adalah penyempurnaan di bidang manajemen termasuk
prosedur-prosedur kerja.
5) Partisipasi memperoleh perhatian pula dalam usaha
penyempurnaan administrasi Negara menuju kepada
administrasi pembangunan. Telah diusahakan bahwa tugas-tugas
pembangunan tak dapat diselenggarakan hanya oleh pemerintah
saja. Diperlukan suatu usaha untuk melibatkan masyarakat
secara bertingkat dalam kegiatan usaha pembangunan nasional.

Beberapa hambatan dalam pelaksanaan administrasi secara


ekonomis ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
1) Tiadanya motif untung dan kemungkinan pailit/bangkrut, maka
ada kecenderungan suatu operasi pemerintahan kurang efisien
dibandingkan dengan suatu operasi swasta.
2) Sering masih terdapatnya paternalisme dan spoil politik
maupun pribadi di dalam administrasi negara sehingga hal ini
juga menyulitkan pembinaan efisiensi.
3) Adanya gejala “empire building” yaitu suatu usaha untuk
memperluas birokrasi yang sebetulnya mungkin tidak
meningkatkan hasil. Ini adalah manifestasi dari pada apa yang

Pembangunan Ekonomi 213


disebut “Parkinson Low”. Sering pula disebut “Empire Building”
dari suatu badan pemerintahan tertentu bertumbuk dengan
“empire building” badan pemerintahan lainnya sehingga
menimbulkan perbenturan atau duplikasi. Hal ini juga
menimbulkan kurangnya efisiensi.
4) Berkait dengan yang disebut di atas adalah berkembangnya
prosedur-prosedur menjadi berbelit-belit dan panjang karena
hendak memenuhi ketentuan berbagai badan administrasi
secara tidak konsisten. Ini dinamakan “Red Tape” yang dibarengi
dengan sikap legalistis yang ketat dan secara salah paham
disebut “Birokratis” oleh masyarakat awam.

C. Aspek -Aspek Yang Saling Mempengaruhi Administrasi


Pembangunan
1. Aspek Politik
Pendekatan administrasi pembangunan terkait erat, saling
berhubungan dan saling mempengaruhi keadaan dan proses
perkembangan politik, ekonomi, sosial dan lain-lain. Hubungan ini
dapat saling bertentangan, hubungan yang netral ataupun hubungan
yang saling mendukung.
Beberapa aspek politik yang mempunyai pengaruh timbal balik
dengan administrasi pembangunan adalah :
a. Filsafat hidup bangsa atau filsafat politik kemasyarakatan
dari suatu negara tertentu. Hal ini juga berhubungan dengan
interdependensi antara sistem politik yang dianut dengan
administrasi pembangunan.
b. Komitmen dari pada elite kekuasaan atau elite pemerintahan
terhadap proses pembangunan dan kesediaannya menerima
pendekatan yang sungguh-sungguh terhadap usaha yang saling
berkait antara berbagai segi kehidupan masyarakat.
c. Masalah yang berhubungan dengan kestabilan politik.

214 Dr. Mulyaningsih, [Link]


d. Perkembangan bidang politik ke arah pemberian iklim politik
yang lebih menunjang usaha pembangunan.
e. Hubungan antara proses politik dan proses administrasi serta
antara kaum politik dan birokrasi.
f. Hubungan politik luar negeri atau bahkan perkembangan politik
di luar negeri yang sering kali merupakan aspek politik yang
penting pengaruhnya terhadap administrasi pembangunan.

2. Aspek Ekonomi
Terdapat hubungan yang erat antara aspek ekonomi dan
administrasi pembangunan dalam rangka proses pembangunan atau
pembinaan bangsa.
Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari proses
perkembangan sosial, politik, psikologi, kebudayaan, administrasi
dan ekonomi yang disebut pembangunan atau modernisasi.
Pertumbuhan ekonomi akan dapat berhasil tidak hanya dari
kegiatan-kegiatan atau program-program ekonomi saja, tetapi
hubungan timbal balik kebijaksanaan politik, sosial dan lain-lain
yang konsisten.
Administrasi pembangunan dalam hal ini dapat mempunyai
peranan yang besar dalam pertumbuhan ekonomi.
Aspek ekonomi lain yang penting perlu diberi perhatian dalam
proses pembangunan adalah adanya stabilitas ekonomi yang dinamis.

3. Aspek Sosial – Budaya


Aspek-aspek sosial budaya yang perlu mendapat perhatian
dalam administrasi pembangunan adalah :
a. Hambatan-hambatan kultural apakah yang sesuai dengan basis
kultural tertentu sesuatu masyarakat yang merupakan hambatan
bagi suatu proses pembangunan atau usaha pembaharuan.
b. Motivasi apakah yang diperlukan untuk pembaharuan atau

Pembangunan Ekonomi 215


pembangunan yang perlu perhatian dalam administrasi
pembangunan.
c. Bagaimanakah sikap-sikap golongan dalam masyarakat terhadap
usaha pembaharuan.
d. Berbagai masalah sosial budaya yang menonjol dan memerlukan
perhatian administrasi pembangunan.

Sebagai hambatan-hambatan kultural dapat dikemukakan


adanya tradisi-tradisi tertentu, termasuk tradisi religius (ini bukan
berarti agama).
Dalam hal ini termasuk pula ciri-ciri dan nilai-nilai manusia
atau masyarakat tradisional dan usaha-usaha perubahan terhadap
ciri, nilai manusia dan bahkan sikap-sikap hidup masyarakat yang
bersifat tradisional dan tidak menunjang pembangunan.
Menurut Dr. Sudjatmoko, ciri-ciri dan nilai-nilai manusia atau
masyarakat tradisional dan usaha-usaha perubahan terhadap ciri-
ciri manusia dan masyarakat modern adalah :
a. Masyarakat Tradisional.
Terikat pada tempat asal
1. orientasi “status”
2. hubungan pribadi
3. legalistic primordial (agama, golongan, suku, keluarga)
4. organisasi kecil-kecil (frekturisasi), keluarga, ikatan bersifat
pribadi.
5. Bergantung pada nasib
6. Hubungan dengan alam; penyesuaian
7. Terhadap kekuasaan : hierarkis
8. Kebudayaan ekspresif

b. Masyarakat Modern
1. Mobilitas

216 Dr. Mulyaningsih, [Link]


2. Orientasi hasil prestasi (achivement)
3. Hubungan non pribadi; atas dasar masalah
4. Loyalitas pelingkup (Negara, kedinasan, profesi)
5. Organisasi non pribadi; ikatan kepentingan, atau orientasi
tujuan
6. Organisasi besar
7. Orientasi terhadap hari depan
8. Persoalan yang ditimbulkan manusia dapat diatasi oleh
manusia
9. Hubungan dengan alam; menguasai/mengatur
10. Kebudayaan progresif

Lima kelompok elite yang mempunyai pengaruh terhadap usaha


pembaharuan adalah :
1. Elite Dinasti
2. Golongan menengah
3. Kaum intelektual revolusioner
4. Administrator colonial
5. Para pemimpin / pimpinan nasional

Kemudian menurut S.P. Siagian, klasifikasi mengenai golongan


elite di dalam masyarakat yang dapat memberikan pengaruh
terhadap usaha pembaharuan sebagai berikut :
1. Elite politik
2. Elite administrative
3. Elite cendekiawan
4. Elite dunia usaha
5. Elite militer
6. Elite pembinaan pendapat umum ( informed, observer )

Pembangunan Ekonomi 217


4. Aspek Perkembangan Ilmu, Teknologi dan Lingkungan Fisik
Administrasi pembangunan juga mempunyai kaitan yang
erat dengan pengembangan ilmu dan teknologi. Administrasi
pembangunan perlu membantu sarana administrasi yang
memungkinkan pertumbuhan ilmu dan teknologi.
Salah satu hal yang penting dalam rangka hubungan
perkembangan ilmu dan teknologi dengan administrasi pembangunan
adalah bagaimana caranya ilmu dan teknologi dapat merupakan
sumber yang penting dalam proses perumusan kebijaksanaan dan
pelaksanaan pembangunan.
Administrasi pembangunan juga perlu memberikan perhatian
terhadap pengembangan sumber-sumber alam (resources
development), pemanfaatan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
Pembangunan pada dasarnya adalah usaha yang akan
mempengaruhi dan mengubah potensi sumber-sumber dan keadaan
lingkungan hidup. Kelestarian dan usaha pemeliharaan sumber-
sumber alam dan lingkungan hidup serta pemanfaatan yang dapat
dirasakan untuk generasi yang mendatang.
Masalah lingkungan hidup yang utama bagi negara-negara baru
berkembang adalah justru ketiadaan pembangunan, tekanan-tekanan
penduduk dan kesempatan kerja, serta masih dapat dimanfaatkannya
berbagai potensi sumber-sumber pembangunan.

5. Aspek Institusional
Aspek institusional berkaitan erat dengan aspek-aspek yang
telah diuraikan di atas. Karena pembinaan dan pengembangan
aspek institusional yang perlu diperhatikan dalam administrasi
pembangunan meliputi pembinaan institusi politik, institusi sosial,
pendidikan dan lain-lain.
Proses pembaharuan dan pembangunan juga merupakan suatu
proses pembinaan institusi-institusi di dalam masyarakat yang

218 Dr. Mulyaningsih, [Link]


baru dan bahkan mungkin penghapusan institusi-institusi di dalam
masyarakat yang lama.
Perhatian administrasi pembangunan terhadap aspek
institusional ini adalah dalam bentuk pembinaan institusi-institusi
baru untuk dapat lebih mendukung proses pembaharuan dan
pembangunan.
Dalam proses pembangunan sebagai suatu proses perubahan
sosial secara menyeluruh dirasakan penting sekali peranannya
organisasi-organisasi tertentu yang mampu mengintro, memelihara,
bahkan mempertahankan pembaharuan-pembaharuan sosial
maupun fisik.

6. Birokrasi
Pertama perlu diberikan penjelasan terhadap adanya
kesalahpahaman umum bahwa birokrasi itu jelek yaitu birokrasi
itu diartikan jika seseorang ingin mendapatkan informasi tertentu
dikirim dari pejabat satu kepada pejabat yang lain tanpa mendapatkan
informasi yang diinginkan.
Demikian pula keharusan pengisian formulir-formulir, sehingga
birokrasi malahan dihubungkan dengan kemacetan-kemacetan
administrasi atau tidak adanya efisiensi. Pada hal pengertian
birokrasi yang sebenarnya bukan itu.
Birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur
suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang.
Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan
untuk mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara
mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak
orang.
Ciri-ciri utama dari struktur birokrasi di dalam tipe idealnya
menurut “Weber” sebagai berikut :
a. Kegiatan-kegiatan reguler yang diperlakukan untuk mencapai

Pembangunan Ekonomi 219


tujuan-tujuan organisasi dibagi di dalam cara yang tertentu
sebagai tugas-tugas jabatan.
b. Pengorganisasian jabatan-jabatan mengikuti prinsip hierarki,
yaitu jabatan yang lebih rendah berada di bawah pengawasan
atau pimpinan dari pada jabatan yang lebih atas.
c. Operasi-operasi atau pelaksanaan kegiatan dikendalikan oleh
suatu sistem peraturan yang konsisten dan pelaksanaan dari
pada peraturan-peraturan ini terhadap kejadian atau kasus-
kasus tertentu.
d. Pejabat yang ideal dalam suatu birokrasi melaksanakan
kewajiban di dalam semangat “formalistic impersonality” (formil
non pribadi), artinya tanpa perasaan simpati atau tidak simpati.
e. Penempatan kerja di dalam organisasi birokrasi didasarkan
pada kualifikasi teknis dan dilindungi terhadap pemberhentian
sewenang-wenang.
f. Pengalaman menunjukkan bahwa tipe birokrasi yang murni dari
suatu organisasi administrasi dilihat dari penglihatan teknis
akan dapat memenuhi efisiensi tingkat tertinggi.

7. Institusi Otonom dan Perusahaan Negara


Macam-macam Institusi Otonom
Pemerintah di banyak negara membentuk berbagai badan-badan
yang dalam pelaksanaan kegiatan mempunyai otonomi operasional
tertentu.
Badan-badan ini masih dapat dianggap dalam lingkungan
pemerintahan dan dipergunakan sebagai alat pemerintahan.
Namun demikian badan-badan tersebut tidak termasuk dalam
hierarki formil dari badan-badan pemerintahan.
Macam dari institusi otonom ini berbagai ragam bentuknya. Yang
paling umum adalah bentuk Perusahaan Negara, Lembaga-lembaga
dan Yayasan-yayasan yang sponsornya adalah pemerintah.

220 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Bentuk perusahaan-perusahaan negara sendiri berbagai macam.
Bermacam-macam lembaga dibentuk oleh pemerintah terutama
untuk kepentingan pendidikan, penelitian, informasi dan lain-lain.
Dalam hal ini universitas-universitas di berbagai Negara
dikategorikan sebagai suatu institusi otonom.
Dalam bidang ini misalnya terdapat lembaga-lembaga penelitian
bidang tertentu, lembaga informasi pemasaran, lembaga pendidikan
dan latihan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan lain-lain.
Dalam kenyataannya, institusi-institusi otonom atau yang juga
disebut badan-badan non tradisional inilah yang paling penting
sebagai alat organisasi dalam administrasi pembangunan.

8. Klasifikasi Perusahaan-Perusahaan Negara


Mengenai perusahaan negara, klasifikasi dapat diberikan
menurut :
a. Tujuan usaha, yaitu perusahaan-perusahaan negara yang
didirikan karena harus menyelenggarakan kegiatan yang vital
atau memiliki hajat hidup rakyat banyak suatu negara.
b. Perusahaan-perusahaan negara yang didirikan untuk
memberikan pelayanan yang tertentu yang pada umumnya tidak
begitu menguntungkan bagi sektor swasta. Misalnya mengenai
penyediaan air minum, transport, dan lain-lain.
c. Dimana kegiatan tersebut belum ada kesediaan sektor swasta
yang memasukinya.
d. Perusahaan-perusahaan negara yang dibentuk sebagai badan
untuk membina dan menggairahkan sektor ekonomi, sektor
swasta atau sektor masyarakat tertentu.
e. Perusahaan-perusahaan negara yang dibentuk karena
pemerintah memang ingin menguasai dan memiliki sektor
kegiatan ekonomi tertentu (yang menguntungkan). Hal ini sering
didasarkan pula karena sistem pemerintahan yang statis.

Pembangunan Ekonomi 221


Empat macam klasifikasi bentuk-bentuk organisasi perusahaan
negara yang terlihat perbedaannya di dalam tingkat hubungan
seberapa jauh otonomi operasional diberikan atau seberapa jauh
pengawasan pemerintah terhadap kebijaksanaan perusahaan
berlaku, yaitu :

a. Kelompok pertama adalah perusahaan-perusahaan jawatan.


Pada umumnya perusahaan ini dipergunakan untuk administrasi
penyelenggaraan bagi pelayanan-pelayanan jasa monopoli secara
nasional seperti : pos, telepon dan telegraf, kereta api, pegadaian,
pelabuhan, dan lain-lain.
Pengawasan sepenuhnya dari pemerintah dan sedikit operasi
otonomi.

b. Kelompok kedua adalah bentuk Perusahaan Negara (Public


Comporation).
Perusahaan-perusahaan bentuk ini sepenuhnya dimiliki oleh
pemerintah. Tetapi dibentuk dengan suatu peraturan khusus yang
merumuskan wewenang, tugas, bentuk manajemen dan hubungan
departemen pemerintah.

c. Kelompok ketiga adalah perusahaan yang tunduk kepada


perundang-undangan perusahaan umum (swasta dari negara
bersangkutan), tetapi dimana pemerintah mempunyai
kepentingan melalui pemilikan dari sebagian atau seluruh modal.
Dalam bidang ini termasuk perusahaan-perusahaan yang
seluruh modalnya milik pemerintah ataupun perusahaan campuran
antara pemerintah dan swasta.

d. Kelompok keempat dari bentuk perusahaan negara adalah

222 Dr. Mulyaningsih, [Link]


seperti yang disebutkan oleh Hanson, perusahaan ini disebut
“The Operating Contract”
Di sini pemerintah memasuki suatu kontrak dengan perusahaan
swasta tertentu untuk melaksanakan manajemen terhadap suatu
perusahaan negara atau perusahaan milik negara. Kemudian
pemerintah akan membayar kontrak manajemen tersebut. Misalnya
manajemen suatu hotel besar yang dimiliki oleh pemerintah.

9. Peranan Perusahaan Negara dalam Pembangunan


Pembentukan perusahaan-perusahaan negara di dalam suatu
negara tertentu didasarkan kepada peranan pemerintah yang
ingin dilakukan dalam pembangunan dan cara melaksanakan
pemerintahan tersebut.
Negara-negara tertentu yang memberikan kebebasan yang
besar kepada swasta dan usaha milik pribadi tentu akan kurang
menggunakan pembentukan perusahaan-perusahaan negara.
Di sektor-sektor yang bersifat strategis, memerlukan
pembiayaan yang besar, penyediaan jasa-jasa pelayanan atau belum
bersedianya sektor swasta masuk, pemerintah dapat berperan
sebagai entrepreneur.
Ada beberapa sektor tertentu dimana pemerintah paling sedikit
pada prinsipnya memasuki dengan pembentukan perusahaan-
perusahaan negara secara sementara, untuk kemudian secara
berangsur dialihkan kepada sektor swasta. Dan ada pula perusahaan-
perusahaan negara yang sebenarnya dibentuk untuk dapat membina
sektor swasta atau sektor ekonomi masyarakat.

10. Perbedaan Koperasi dengan Usaha Swasta dan Usaha Milik


Negara
Perbedaan Koperasi dengan Usaha Swasta dan Usaha Milik
Negara dapat terlihat dalam tabel sebagai berikut ;

Pembangunan Ekonomi 223


224
Perbedaan Koperasi dengan Usaha Swasta dan Usaha Milik Negara

Sektor Swasta
No Segi-Segi Yang Swasta Badan Usaha
Dibandingkan Koperasi Milik Negara
Perorangan Persekutuan Perseroan

Dr. Mulyaningsih, [Link]


(Individual) Terbatas (Persero)

1. Siapa Bukan Pemilik Umumnya Umumnya Terutama Umum/


Pengguna Pelanggan bukan bukan Pemilik Anggota Anggota
Jasanya? Pemilik Pelanggan Masyarakat

2. Siapa Pemilik Perorangan Pelanggan Pemegang Para Anggota Pemegang


Usahanya? Saham Saham

3. Siapa yang Tidak Para Sekutu Pemegang Para Anggota Pemegang


Mempunyai Diperlukan Usaha Saham Biasa Saham

Stackholders)
Hak (Common
4. Suara? Tidak Para Sekutu Menurut Satu Anggota Berdasarkan
Bagaimana Diperlukan Usaha Besarnya Satu Suara Jumlah
Voting Itu Biasanya Modal Yang Pd. Rapat Saham yang
Dilakukan? Menurut Dimilikinya. Anggota Dan Dimilikinya
Besarnya Dilakukan tidak Boleh
Modal Sebelum RUPS. Diwakilkan
Penyertaan Pengurus
Sekutu Usaha
5. Siapa Yang Orang yang Para Sekutu Direksi Dalam Hal- Direksi
Menentukan Bersangkutan Usaha Hal Tertentu
Kebijaksa- Memerlukan
naan Perusa- Pengesahan
haan? dari Rapat
Anggota
6. Apakah Balas Tidak Tidak Ya, Maksimun Tidak

Pembangunan Ekonomi
Jasa Atas 8%
Modal Itu Anggota

225
Terbatas? Sesuai Dg
Jasa/
226
7. Siapa Orang Yang Para Sekutu Pemegang
yang Akan Bersangkutan Usaha Saham
Menerima Proportional
Hasil Dr dengan Jasa
Usaha Tsb? Mereka

Dr. Mulyaningsih, [Link]


(Pendapatan) Dalam Usaha
Tsb
8. Siapa yang Pemilik yang Para Sekutu Tidak Partisipasinya Pemegang
Bertanggung Bersangkutan Usaha Para Pemegang Anggota, Atas Saham
Jawab Saham Modal Equite
terhadap Proportional (Simpanan
Kerugian Dg. Jumlah Pokok &
Usaha? Saham yang Wajib)
Dimilikinya
Pemegang
Saham Atas
Sejumlah
Saham Yang
Dimilikinya
11. Pembangunan Bidang Pertahanan dan Keamanan
Sasaran Pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan
adalah untuk menjamin suatu bangsa dan negara dapat :
a. Menjamin integritas bangsa dan negara;
b. Menangkis serangan dari luar wilayah kekuasaannya;
c. Memadamkan pemberontakan yang mungkin timbul di dalam
negeri;
d. Mematahkan usaha subversi dan infiltrasi yang mungkin
dipergunakan oleh musuh negara yang berada di dalam negeri;
e. Yang kesemuanya dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan
hidup negara sebagai satu negara yang merdeka dan berdaulat.

Faktor-faktor sosial yang harus diperhitungkan dalam


mengembangkan dan membina suatu ketahanan nasional yang
tangguh antara lain :
a. Faktor Geografis (termasuk faktor Iklim)
b. Faktor Penduduk
c. Faktor Kekayaan Alam
d. Faktor Ideologi
e. Faktor Politik
f. Faktor Ekonomi
g. Faktor Sosial Budaya, dan
h. Faktor Kekuatan Militer.

Pembangunan Ekonomi 227


Pembangunan Politik
Dalam Rangka Pembangunan Nasional

228 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Tahap-Tahap Pertumbuhan Politik Dalam Rangka
Pembangunan Nasional

Pertama : Menciptakan Stabilitas Politik.


Stabilitas politik tidak boleh dijadikan tujuan pembangunan
di bidang politik, melainkan sebagai landasan yang kuat untuk
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Kedua : Penyusunan kembali struktur-struktur organisasi politik


(restructuring of political organization).
Sering jumlah partai politik di negara-negara terbelakang itu
adalah berkelebihan, maka dilakukan tindakan-tindakan sedemikian
rupa sehingga jumlah partai-partai politik itu semakin lama semakin
disederhanakan.

Ketiga : Political Take Off, yaitu dimulainya usaha-usaha oleh


partai-partai politik yang telah disederhanakan dan dimatangkan
itu untuk turut serta secara aktif berpartisipasi dalam proses
pembangunan dalam berbagai bidang, terutama di bidang mereka
sendiri yaitu bidang politik.

12. Hubungan pembangunan dan kemiskinan di Indonesia


Dalam pembangunan ekonomi negara-negara sedang
berkembang termasuk Indonesia, kemiskinan masih menjadi masalah
utama dan sangat berdampak pada pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
Selain pemerintah, swasta juga punya andil dalam pembangunan
dan pertumbuhan perekonomian suatu negara terutama peran
swasta yaitu dengan investasi dan membuka lapangan kerja
sehingga masalah kemiskinan diharapkan bisa diatasi dengan
mengurangi tingkat pengangguran. Anggaran pemerintah sangat

Pembangunan Ekonomi 229


berpengaruh pada kondisi perekonomian. Anggaran pemerintah
dapat berpengaruh pada tingkat output. Pengaruhnya tergantung
pada pengaruh anggaran terhadap sektor swasta.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara. Robert W. Fogel mengatakan
bahwa antara sepertiga dari pertumbuhan ekonomi Inggris dalam
200 tahun terakhir dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi makanan
populasinya. Eksistensi dampak dari kemiskinan pada pertumbuhan
ekonomi dengan besaran yang mirip juga telah diverifikasi dalam
periode waktu dan negara yang berbeda,
Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk
masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya
masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. Masalah
kemiskinan ini menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah
secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang
singkat. Upaya pemecahan masalah kemiskinan tersebut sebagai
upaya untuk mempercepat proses pembangunan yang selama ini
sedang dilaksanakan.
Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang
asing dalam kehidupan kita. Kemiskinan yang dimaksud adalah
kemiskinan ditinjau dari segi materi (ekonomi). Dari kegagalan
dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan
pendapatan secara berarti, maka para ahli kemudian bergeser dari
penciptaan lapangan kerja yang memadai, penghapusan kemiskinan,
dan akhirnya penyediaan barang-barang dan jasa kebutuhan dasar
bagi seluruh penduduk.
Jumlah aset yang dimiliki sebelumnya (initial assets)
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan
pembangunan. Dengan pemilikan aset yang lebih baik, individu

230 Dr. Mulyaningsih, [Link]


atau kelompok masyarakat tertentu akan memiliki peluang yang
lebih baik dan kemudahan yang lebih banyak dalam pelaksanaan
pembangunan. Selanjutnya hasil pembangunan dapat berkontribusi
pada pembentukan aset yang lebih baik. Kenyataan inilah yang
melatarbelakangi munculnya problema lingkaran setan kemiskinan
(vicious circle of poverty).

a. Pengertian Kemiskinan
Kata miskin diartikan tidak berharta atau serba kekurangan.
Sedangkan fakir diartikan orang yang sangat kekurangan atau sangat
miskin. Akan tetapi kedua kata miskin dan fakir telah menjadi satu
istilah yang baku yaitu fakir miskin sebagai suatu istilah yang makna
sama yaitu kondisi yang serba kekurangan materi.
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada
di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan,
pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. (Emil Salim, 1982).
Kemiskinan merupakan tema sentral dari perjuangan bangsa,
sebagai inspirasi dasar dan perjuangan akan kemerdekaan bangsa,
dan motivasi fundamental dari cita-cita menciptakan masyarakat
adil dan makmur.

b. Garis kemiskinan
Yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal:
1) Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2) Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3) Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi.
Kesemuanya dapat tersimpul dalam barang dan jasa serta
tertuangkan dalam nilai uang sebagai patokan bagi penetapan

Pembangunan Ekonomi 231


pendapatan minimal yang diperlukan, sehingga garis kemiskinan
ditentukan oleh tingkat pendapatan minimal.
Orang-orang miskin umumnya tidak memiliki aset yang baik
dan kemampuan mereka sangat terbatas. Meskipun sumber daya
di sekitar mereka kadangkala melimpah, tapi penguasaan mereka
terhadap sumberdaya tersebut sangat terbatas. Konsekuensinya,
dalam upaya dan aktivitas pembangunan yang mereka laksanakan
mereka menjadi jauh tertinggal, dibandingkan kelompok masyarakat
lain yang mempunyai kemampuan, aset dan penguasaan sumberdaya
yang lebih baik. Kondisi ini terus berlanjut berjalan ke arah pelebaran
gap kaya miskin, karena yang kaya akan semakin kaya karena
hasil pembangunan mereka lebih baik, sementara yang miskin
akan semakin tertinggal karena pembangunan yang dijalankannya
berjalan jauh lebih lambat.

c. Upaya Mengatasi Kemiskinan


Beberapa faktor kemiskinan diantaranya pendidikan yang rendah
dipandang sebagai penyebab kemiskinan. Dari dimensi kesehatan,
rendahnya mutu kesehatan masyarakat menyebabkan terjadinya
kemiskinan. Dari dimensi ekonomi, kepemilikan alat-alat produktif
yang terbatas, penguasaan teknologi dan kurangnya keterampilan,
dilihat sebagai alasan mendasar mengapa terjadi kemiskinan.
Factor kultur dan struktural juga kerap kali dilihat sebagai elemen
penting yang menentukan tingkat kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat.

d. Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107)


sebagai berikut:
1) Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan
pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi
pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber

232 Dr. Mulyaningsih, [Link]


daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.
2) Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya
manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah
berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah.
3) Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses modal.

Dari hasil-hasil penelitian kemudian pusat perhatian para ahli


lambat laun mulai bergeser dari tekanan pada penciptaan lapangan
kerja yang memadai ke penghapusan kemiskinan, dan akhirnya
ke penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar bagi
seluruh penduduk, yang berupa dua perangkat, yaitu:
1) Perangkap kebutuhan konsumsi perorangan akan pangan,
sandang, dan pemukiman.
2) Perangkap yang mencakup penyediaan jasa umum dasar,
seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, saluran air minum,
pengangkutan, dan kebudayaan.

Di samping kedua perangkat tersebut ,kebutuhan dasar atau


kebutuhan dasar manusiawi kadang-kadang juga digunakan untuk
mencakup tiga sasaran lain, yaitu
a. Hak atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan
yang layak, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar
setiap rumah tangga atau perorangan.
b. Prasarana yang mampu menghasilkan barang-barang dan
jasa-jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar
penduduk.
c. Partisipasi seluruh penduduk ,baik dalam pengambilan
keputusan maupun dalam pelaksanaan proyek-proyek yang
berhubungan dengan penyediaan barang-barang dan jasa-jasa
kebutuhan dasar.

Pembangunan Ekonomi 233


d. Indikator pengukuran keberhasilan pembangunan
Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda
untuk setiap negara. Di negara-negara yang masih miskin, ukuran
kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-
kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan
pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di
negara-negara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut,
indikator pembangunan akan bergeser kepada faktor-faktor
sekunder dan tersier (Tikson, 2005).
Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh
lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan per kapita
(GNP atau PDB), struktur perekonomian, urbanisasi, dan jumlah
tabungan. Di samping itu terdapat pula dua indikator lainnya yang
menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa
atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks
Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan
Deddy T. Tikson (2005) terhadap kelima indikator tersebut :
a. Pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB
merupakan salah satu indikator makro-ekonomi yang telah lama
digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif
makro-ekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan
manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

b. Struktur ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita
akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi
dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan
peningkatan per kapita, kontribusi sektor manufaktur/industri
dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus.

234 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan
meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan
diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di
lain pihak, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional
akan semakin menurun.

c. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi
penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan
dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila
pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai
dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara eropa Barat
dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding
lurus dengan proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan
urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses
industrialisasi. Di negara-negara industri, sebagian besar penduduk
tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di negara-negara yang
sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan.
Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu
indikator pembangunan.

d. Angka Tabungan
Perkembangan sektor manufaktur/industri selama tahap
industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital
merupakan faktor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah
masyarakat, dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi,
modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta
maupun pemerintah.

e. Indeks Kualitas Hidup


IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk

Pembangunan Ekonomi 235


mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini
dibuat indikator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran
tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan
ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat
tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan
sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata
harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan
(3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan
hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak
dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung
berasosiasi dengan kesejahteraan keluarga.

f. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)


The United Nations Development Program (UNDP) telah
membuat indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan
untuk beberapa indikator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi
dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas
sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya
ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam
pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah
proses yang bertujuan mengembangkan pilihan-pilihan yang
dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa
peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh
terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup
manusia secara bebas.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan
total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi suatu negara.
Kemiskinan sering diidentifikasikan dengan kekurangan
terutama kekurangan bahan pokok seperti pangan, kesehatan,

236 Dr. Mulyaningsih, [Link]


sandang, papan, dan sebagiannya. Dengan kata lain, kemiskinan
merupakan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok, sehingga
ia mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelaratan dalam
setiap langkah hidupnya (Siswanto, 1998). Kemiskinan bagaikan
penyakit yang diberantas. Namun upaya memberantas tidak selalu
membawa hasil karena masalah memang kompleks.
Untuk mengatasi kemiskinan, paling tidak harus dilihat dari
konteks masalahnya. Kemiskinan timbul dari berbagai faktor yang
setiap faktornya memerlukan penanganan khusus.

13. Administrasi bagi Pembangunan Nasional


Masyarakat bangsa dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori,
yaitu masyarakat tradisional, masyarakat peralihan, dan masyarakat
maju. Masyarakat di negara berkembang merupakan masyarakat
peralihan yang sedang berusaha mengembangkan dirinya dari
masyarakat tradisional dengan ekonomi terbelakang, menuju ke arah
keadaan yang dianggap lebih baik. Dalam hal ini masyarakat negara
berkembang berada dalam usaha perubahan sosial yang besar
dan umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi, karena
pembangunan ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan, atau
mendorong perubahan serta pembaharuan dalam bidang kehidupan
di masyarakat.
Hal terpenting dalam proses pembangunan nasional adalah
terselenggaranya perubahan-perubahan dalam keadaan yang stabil
dinamis. Untuk dapat mewujudkan perubahan-perubahan tersebut
diperlukan perencanaan. Perencanaan diperlukan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang dikehendaki. Pembangunan nasional secara
berencana dapat dilihat dari tingkatan-tingkatan sebagai berikut:
a. Adanya keinginan dari masyarakat yang didasari dari kebutuhan
dasar masyarakat.
b. Perumusan konsilisasi yang dilakukan dalam proses politik

Pembangunan Ekonomi 237


dan dituangkan dalam bentuk keputusan-keputusan politik
mengenai kehendak negara.
c. Perumusan dasar-dasar hokum bagi pelaksanaan keputusan politik.
d. Perumusan kebijakan-kebijakan dan program-program
pemerintah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
di dalam keputusan politik.
e. Penyusunan program-program kerja (programming).
f. Implementasi, dalam tingkat ini dimaksudkan untuk merealisasi
pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dalam kebijakan
pemerintah berdasarkan keputusan politik.
g. Penilaian dari pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah dicapai.

Rencana dan realisasi pelaksanaan rencana sering kali tidak


sejalan, ini disebabkan oleh karena kemampuan sistem administrasi
untuk pelaksanaan pembangunan berencana yang efektif tidak
mendapat perhatian. Serta seringkali usaha-usaha perbaikan
dan penyempurnaan administrasi dilakukan secara terpisah dari
perencanaan pembangunan. Perencanaan perlu dimensi-dimensi
yang operasional, diantaranya berorientasi untuk mencapai
suatu tujuan, berorientasi kepada pelaksanaannya, pemilihan
dari berbagai alternatif mengenai tujuan-tujuan mana yang lebih
diinginkan, perspektif waktu, serta perencanaan harus merupakan
suatu kegiatan yang rutin dan terus menerus dari formulasi rencana
dan pelaksanaannya. Ciri-ciri perencanaan yang berorientasi pada
pelaksanaannya dapat dilihat sebagai berikut:
a. Penggunaan rolling plants yaitu rencana-rencana yang setiap
akhir periode pelaksanaan disusun kembali tujuan, sasaran, dan
program-programnya.
b. Penyusunan dan pelaksanaan dari perencanaan operasional
tahunan.
c. Kaitan antara perencanaan fisik dalam berbagai program dan

238 Dr. Mulyaningsih, [Link]


proyek kegiatan dengan perencanaan pembiayaan.
d. Perencanaan pada unit kegiatan pemerintah yang dituangkan dalam
program dan proyek pembangunan.
e. Desain perencanaan dan pelaksanaan perbaikan serta
penyempurnaan administrasi negara, sehingga dapat dijadikan
prasarana pelaksanaan fungsi-fungsi pembangunan pemerintah.

Salah satu hambatan pokok terhadap kemampuan administrasi


negara untuk mendukung tugas-tugas baru dalam pelaksanaan
pembangunan adalah karena seringkali birokrasi pemerintah itu
sendiri sebagai produk dari pada  lingkungannya masih terbelakang.
Perbaikan dan penyempurnaan administrasi negara dapat dilakukan
dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan usaha perbaikan dan
penyempurnaan secara menyeluruh, dan pendekatan secara
sebagian-sebagian.
Dalam pelaksanaan administrasi pembangunan pertimbangan
ekonomis menjadi pertimbangan yang amat penting. Dilihat dari
kelemahan-kelemahan di bidang administrasi, maka penyempurnaan
administrasi negara untuk pelaksanaan pembangunan di beberapa
wilayah terutama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang
seperti (Asia) memiliki beberapa hal yang dihadapi diantaranya,
sebagai berikut.
a. Perlu dilakukan penyempurnaan di dalam penyusunan
dan hubungan perlembagaan yang berfungsi dalam bidang
penyempurnaan administrasi negara.
b. Mengenai pembinaan dan perencanaan kepegawaian, perubahan
orientasi pada kemampuan untuk melayani tugas-tugas rutin
pembangunan.
c. Masalah pembinaan dan penyempurnaan organisasi untuk
pembangunan.
d. Penyempurnaan di bidang manajemen termasuk prosedur-

Pembangunan Ekonomi 239


prosedur kerja.
e. Partisipasi dan perhatian terhadap usaha penyempurnaan
administrasi negara menuju administrasi pembangunan.

Beberapa hambatan dalam pelaksanaan administrasi secara


ekonomis, dapat dikemukakan beberapa hal:
a. Tiadanya motif untung dan kemungkinan pailit/bangkrut maka
ada kecenderungan suatu operasi pemerintah kurang efisien
dibandingkan dengan suatu operasi swasta.
b. Masih seringnya terdapat paternalisme dan spoil politik
maupun pribadi di dalam administrasi negara sehingga hal ini
menyulitkan pembinaan efisien.
c. Adanya gejala empire building yaitu suatu usaha untuk memperluas
birokrasi.
d. Berkembangnya prosedur-prosedur yang berbelit-belit dan
panjang karena hendak memenuhi ketentuan berbagai badan
administrasi secara tidak konsisten.

14. Implementasi Pembangunan Daerah


Perencanaan pembangunan di daerah harus memperhatikan
adanya sinkronisasi, koordinasi dan integrasi dengan perencanaan
pembangunan nasional, karena capaian tujuan pembangunan
daerah harus bersifat mendukung pencapaian tujuan pembangunan
secara nasional. Dengan demikian perencanaan pembangunan harus
berpedoman pada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
UU Nomor 25 Tahun 2004 mengatakan bahwa Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang
dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat Pusat dan Daerah.

240 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana dijelaskan dalam
Permendagri 54 Tahun 2010 antara lain:
Pendekatan teknokratis dalam perencanaan pembangunan
daerah dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah
untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah.
Pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan (stakeholders).
Pendekatan politis bahwa program-program pembangunan yang
ditawarkan masing-masing calon kepala daerah dan wakil kepala
daerah terpilih pada saat kampanye, disusun ke dalam rancangan
RPJMD.
Pendekatan perencanaan pembangunan daerah bawah-atas
(bottom-up) dan atas-bawah (top-down) yaitu bahwa rencana
pembangunan diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan
mulai dari desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional,
sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi pencapaian sasaran
rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
Pada saat ini, era reformasi memberikan peluang bagi perubahan
paradigma pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan
menuju paradigma pemerataan pembangunan secara lebih adil dan
berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain diwujudkan melalui
diberlakukannya otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat
dan daerah yang diatur dalam satu paket undang-undang yaitu
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah
dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kebijakan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang
luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah merupakan langkah
strategis dalam dua hal. Pertama, otonomi daerah dan desentralisasi
merupakan jawaban atas permasalahan lokal bangsa Indonesia

Pembangunan Ekonomi 241


berupa ancaman disintegrasi bangsa, kemiskinan, ketidakmerataan
pembangunan, rendahnya kualitas hidup masyarakat, dan masalah
pembangunan sumber daya manusia (SDM), eksploitasi SDA. Kedua,
otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan langkah
strategis bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi
ekonomi dengan memperkuat basis perekonomian daerah dan lokal.
Sehingga saat ini pemerintah daerah diberi kewenangan penuh
untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan
dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan pembangunan daerah.
Diharapkan dengan semakin besarnya partisipasi masyarakat ini,
desentralisasi kemudian akan mempengaruhi komponen kualitas
pemerintahan lainnya. Idealnya ini menjadi dasar pergeseran
orientasi pemerintah, yang awalnya command and control menjadi
berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik. Orientasi
yang seperti ini kemudian akan menjadi dasar bagi pelaksanaan
peran pemerintah sebagai stimulator, fasilitator, koordinator dan
entrepreneur (wirausaha) dalam proses pembangunan.
Otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam membangun daerahnya melalui usaha-
usaha yang sejauh mungkin mampu meningkatkan partisipasi
aktif masyarakatnya, karena pada dasarnya pelaksanaan otonomi
daerah mengandung tiga misi utama, yaitu : Menciptakan efisiensi
dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah (secara ekonomi)
Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan
masyarakat (secara sosial) Memberdayakan dan menciptakan ruang
bagi masyarakat untuk ikut serta (berpartisipasi) dalam proses
pembangunan daerah (secara politik dan budaya).
Upaya pemerataan pembangunan dengan diterapkan nya
otonomi daerah hingga saat ini dirasa belum signifikan untuk
mempercepat pembangunan daerah dan kemandirian ekonomi
daerah, bahkan melahirkan beberapa dampak negatif seperti :

242 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Pemberian otonomi yang seluas-luasnya malah menjadi ajang
mencari untung bagi segelintir pejabat di daerah, terutama di
daerah tertentu yang memiliki SDA melimpah seperti Kalimantan
dan Papua. Dimana seperti yang diketahui kedua daerah tersebut
mempunyai SDA yang melimpah namun pembangunan sangat minim
dan kerusakan lingkungan terjadi sangat parah akibat dari keegoisan
dari pejabat di daerah. Ada beberapa gejala negatif yang timbul akibat
otonomi daerah, yaitu :
a. Berkembangnya sentimen primordial
b. Di beberapa daerah telah muncul semacam gerakan bersifat
kesukuan yang mengarah pada keinginan untuk mendominasi
seluruh posisi strategis di masyarakat maupun pemerintahan.
Hal ini bisa dilihat seperti kejadian banyaknya pemekaran di
Sumatera Utara yang didasari pada pembagian etnis pada daerah
tertentu atau karena persaingan antar etnis tertentu. Kasus lain
adalah adanya konflik berdarah di Sampit antara suku madura
dan suku dayak.
c. Berkembangnya proses KKN

Dengan tidak diberlakukannya lagi ketentuan mengenai proses


pengambilan keputusan yang harus memperoleh persetujuan di
Jakarta (tuntas di daerah), ada beberapa pihak yang memanfaatkannya
untuk melakukan KKN, seperti :
a. Maraknya isu kasus money politik dalam proses pemilihan kepala
daerah. Penopang dana pada kasus ini biasanya adalah para
pelaku ekonomi yang kuat yang berharap memperoleh fasilitas
bisnis setelah andalannya menang.
b. Proses pengangkatan dan penempatan dalam jabatan struktural
di daerah terkesan didasarkan “nepotisme” ketimbang
menggunakan asas “meritokrasi”

Pembangunan Ekonomi 243


1. Konflik antar daerah
Dengan ditetapkannya status daerah otonom secara penuh
kepada Kabupaten dan Kota, ada kecenderungan masing-masing
daerah untuk memproteksi seluruh potensi dan asset yang
dimilikinya secara ketat untuk kepentingan masing-masing. Hal ini
bisa menyebabkan kecemburuan antar daerah akibat dari terjadinya
ketimpangan sosial ekonomi. Dengan ketentuan dana bagi hasil,
daerah yang kaya akan SDA akan semakin kaya, dan daerah yang
miskin SDA akan semakin terpuruk.

2. Eksploitasi SDA secara berlebihan


Dengan diberikannya keleluasaan kepada daerah untuk menggali
dan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang tersedia di
daerahnya, sementara beberapa daerah masih menggunakan
paradigma lama bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
segalanya dan merupakan faktor utama yang sangat menentukan
dalam pelaksanaan otonomi daerah, mendorong daerah untuk
melakukan eksploitasi secara besar-besaran terhadap sumber daya
alamnya. Hal ini tentunya akan mengancam kelestarian lingkungan
dan menimbulkan imbas sosial lainnya, apalagi jika dikaitkan dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development), meskipun
Pembangunan berkelanjutan bukanlah hal baru bagi masyarakat di
dunia secara umum.
Gagasan pembangunan berkelanjutan sudah dimulai ketika
Brundtland Comission merumuskan dan mendefinisikan istilah
pembangunan berkelanjutan tersebut. Prinsip pembangunan
berkelanjutan adalah “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”.
Pembangunan sebagai sebuah gagasan, prinsip dan konsep
berkaitan dengan bagaimana diimplementasikan dalam kehidupan
manusia. Terutama relasi antara aspek lingkungan, aspek sosial dan

244 Dr. Mulyaningsih, [Link]


aspek ekonomi dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang
dipraktekkan oleh kebijakan-kebijakan daerah di Indonesia. Karena
relasi praktek-praktek pembangunan berkelanjutan terkait juga
relasinya dengan pemerintah.
Pembangunan mempunyai dampak negatif yang akan
menyebabkan tercemarnya atau rusaknya lingkungan karena
eksploitasi dan pemanfaatan yang berlebihan terhadap
lingkungannya,
Menurut ahli lingkungan Emil Salim, konsep pembangunan
berkelanjutan mempunyai ciri-ciri (landasan pokok) berikut:
1) Proses pembangunan mesti berkelanjutan, terus menerus,
didukung sumber daya alam, kualitas lingkungan, dan manusia
yang terus berkembang.
2) Sumber daya alam memiliki ambang batas sehingga
pemanfaatannya akan menurunkan kualitas dan kuantitas
lingkungan.
3) Kualitas lingkungan berkorelasi/berhubungan dengan kualitas
hidup.
4) Pola pembangunan sumber daya kini seharusnya menutup
kemungkinan pilihan lain
5) Mengendalikan solidaritas transgenerasi sehingga peningkatan
kesejahteraan generasi sekarang juga dapat dialami oleh
generasi mendatang.

Pembangunan berkelanjutan di Indonesia terbukti berisiko


tinggi terhadap perusakan lingkungan, ekosistem dan berdampak
pada pengeluaran besar negara atas efek yang ditimbulkan, seperti
kebakaran lahan sawit di Riau, lumpur Sidoarjo yang bahkan
secara ekonomi menurunkan reputasi dan komitmen pemerintah
Indonesia di mata Internasional, walaupun secara regulasi bahwa
untuk project-project pembangunan nasional di daerah sebagian

Pembangunan Ekonomi 245


besar masih merupakan kewenangan pusat tetapi kewenangan yang
diberikan pusat dalam pelaksanaan otonomi daerah juga melahirkan
kerajaan-kerajaan atau kekuasaan-kekuasaan kecil baru yang tidak
memperhatikan dan tidak berorientasi pada pembangunan nasional.
Pemerintah mendorong akselerasi pembangunan ekonomi di
daerah karena dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pendapatan
per kapita dan pengurangan angka kemiskinan, maka kebijakan
pemerintah dalam menentukan otonomi daerah harus benar-benar
dievaluasi penyelenggaraannya untuk meminimalisir dampak-
dampak negatif yang ditimbulkan guna mewujudkan kesejahteraan
dan pembangunan yang merata untuk rakyat Indonesia.
Namun demikian dalam perkembangannya terutama di Jawa
Barat khususnya, bahwa laju ekonomi mengalami peningkatan
di atas rata-rata nasional, Badan Pusat Statistik mencatatkan
laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat pada Triwulan I 2015
melampaui nasional. “Nasional 4,71 persen, Jawa Barat 4,93 persen,
penyumbang laju ekonomi yang paling dominan di Jawa Barat juga
terdongkrak oleh pertumbuhan tinggi di lapangan usaha informasi
dan komunikasi. Dan konsekuensi lain dari laju ekonomi di Jawa
Barat diiringi pula dengan terjadinya peningkatan jumlah angkatan
kerja, penduduk bekerja, dan pencari kerja. Februari 2015 tercatat
jumlah angkatan kerja menembus 22,3 juta orang, meningkat lebih
dari 1 juta orang, penduduk bekerja 20,45 juta orang naik 1 juta
orang, serta jumlah pengangguran menjadi 1,875 juta orang setahun
sebelumnya 1,843 juta orang.
Potensi yang dimiliki Provinsi Jawa Barat ada pada keunggulan
sumber daya manusia (SDM), dimana jumlah penduduk Jawa
Barat adalah yang terbesar di Indonesia sehingga dapat menjadi
potensi yang besar baik sebagai faktor produksi maupun sebagai
pasar yang sangat potensial. Provinsi Jawa Barat adalah salah satu

246 Dr. Mulyaningsih, [Link]


daerah yang memiliki keunggulan dan peran strategis baik dari sisi
geografi maupun ekonomi. Dari sisi geografis, Provinsi Jawa Barat
berdekatan dengan Provinsi DKI Jakarta sebagai pusat pemerintah
dan ekonomi nasional yang dijadikan sebagai pasar, pusat keuangan
dan permodalan serta pengembangan teknologi. Sedangkan, dari
sisi ekonomi, Provinsi Jawa Barat merupakan penyumbang ekonomi
terbesar ketiga (14,30 persen) setelah Provinsi DKI Jakarta (16,32
persen) dan Jawa Timur (14,68 persen).
Akselerasi pembangunan ekonomi Jawa Barat memerlukan
percepatan pertumbuhan investasi di segala sektor. Oleh karena itu,
dibutuhkan berbagai faktor-faktor pendukung, seperti tersedianya
infrastruktur pendukung produksi dan distribusi barang yang
memadai, terdapat jaminan pasokan bahan baku dan sumber energi
pada harga kompetitif, tersedia sumber daya manusia yang andal,
peningkatan penggunaan teknologi, serta peningkatan akses pada
pembiayaan investasi dan peningkatan akses ke pasar domestik dan
pasar ekspor.
Akselerasi pembangunan ekonomi Jawa Barat tersebut,
dilaksanakan melalui lima strategi utama, yaitu Pengembangan
Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru, Mendorong partisipasi
dunia usaha dalam pembangunan infrastruktur. Percepatan proses
pengambilan keputusan pemerintah, mendorong peningkatan daya
saing Kabupaten/Kota dan meningkatkan integrasi pasar domestik.
Namun jika mengerucut pada kondisi kota dan kabupaten di Jawa
Barat, Kabupaten Garut masih dinyatakan daerah tertinggal dari 122
kabupaten di Indonesia yang mayoritas merupakan kabupaten di luar
Pulau Jawa, pembangunan daerah yang masih tertinggal merupakan
salah satu fokus dari pemerintah pusat. Idealnya diharapkan seluruh
daerah memiliki pertumbuhan perekonomian yang merata sehingga
menekan budaya urbanisasi sebagai efek tekanan ekonomi dan sosial.
Pemprov Jabar pun merancang berbagai program dan bantuan

Pembangunan Ekonomi 247


untuk melepaskan Garut dari status daerah tertinggal. Salah satu
upaya yang akan ditempuh adalah membangun jalan provinsi di Garut
dan Sukabumi. Hal itu akan menjadi faktor utama yang mendorong
kemajuan daerah. Pemprov juga akan mendorong pembuatan jalan
tol serta jalur kereta api guna meningkatkan akses transaksi ekonomi
di daerah tertinggal.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 tahun 2004
tentang perubahan atas UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi
daerah, maka terjadi pula pergeseran dalam pembangunan ekonomi
yang tadinya bersifat sentralisasi (terpusat), sekarang mengarah
kepada desentralisasi yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada
daerah untuk membangun wilayahnya termasuk pembangunan
dalam bidang ekonominya.
Dasar konseptual pembangunan daerah umumnya tidak
dijelaskan secara eksplisit. Pengertiannya lebih bermakna praktis
(utilitarian), dimana pembangunan daerah dianggap mampu
secara efektif menghadapi permasalahan pembangunan di daerah.
Pembangunan daerah melalui mekanisme pengambilan keputusan
otonomi diyakini mampu merespons permasalahan aktual yang akan
sering muncul dalam keadaan masih tingginya intensitas alokasi
sumber daya alam dalam pembangunan. Otonomi dalam administrasi
pembangunan ini dirasakan makin relevan sejalan dengan keragaman
sosial dan ekologi (bio-social diversity) pada suatu wilayah.
Pengertian dan penerapan pembangunan daerah umumnya
dikaitkan dengan kebijakan ekonomi atau keputusan politik
yang berhubungan dengan alokasi secara spasial dari kebijakan
pembangunan nasional secara keseluruhan. Dengan demikian,
kesepakatan-kesepakatan nasional menyangkut sistem politik dan
pemerintahan, atau aturan mendasar lainnya, sangat menentukan
pengertian dari pembangunan daerah. Atas dasar alasan itulah
pandangan terhadap pembangunan daerah dari setiap negara akan

248 Dr. Mulyaningsih, [Link]


sangat beragam. Singapura, Brunei, atau negara yang berukuran
kecil sangat mungkin tidak mengenal istilah pembangunan daerah.
Sebaliknya bagi negara besar, seperti Indonesia atau Amerika Serikat
perlu menetapkan definisi-definisi pembangunan daerah yang rinci
untuk mengimplementasikan pembangunannya.
Dasar hukum penyelenggaraan pembangunan daerah bersumber
dari Undang-Undang Dasar (UUD) Negara RI 1945 Bab VI pasal 18.
Hingga saat ini, implementasi formal pasal tersebut terdiri tiga kali
momentum penting, yaitu UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan di Daerah dan UU No. 22 Tahun 1999 serta UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sebelum tahun 1974,
bukan saja pembangunan daerah, pembangunan nasional juga diakui
belum didefinisikan dan direncanakan secara baik. Implementasi
pembangunan daerah berdasar UU No. 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, terbukti sangat mendukung
keberhasilan pembangunan nasional hingga Pelita VI tetapi juga
mampu secara langsung melegitimasi kepemimpinan Presiden
Suharto. Sementara UU No. 22 Tahun 1999 yang diperbaiki dengan
UU No. 32 Tahun 2004 lebih merupakan koreksi-koreksi sistematis
disebabkan oleh permasalahan struktural (sistemik) maupun dalam
hal implementasi. Maka dari itu saya mencoba membuat suatu
pemaparan mengenai pembangunan daerah dalam sebuah makalah
yang berjudul “Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah”.

D. Pembangunan Karakter Individu di Era Globalisasi


Karakter suatu masyarakat khususnya generasi muda
adalah identitas masyarakat itu sendiri, yang diekspresikan dan
dipancarkan dari kebudayaan masyarakat. Manusia harus dipandang
sebagai subyek yang dapat berpikir, merancang kehidupan, dan
memproduksi sesuatu. Peran negara hanya sebagai fasilitator jangan
lagi mendominasi sebagai kekuasaan sentral.

Pembangunan Ekonomi 249


Pada jaman sekarang perhatian anak muda hanya terpusat
kepada pembangunan ekonomi dengan orientasi ke fisik. Dengan
karakter demikian tak mengherankan apabila di kalangan anak
muda tumbuh subur sifat-sifat materialisme, praktek korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN), serta berbagai jenis perilaku tidak terpuji
lainnya. Karakter anak muda saat ini sudah abai dari pembangunan
kemanusiaan. Sejak tahun 1974 Koentjaraningrat sebagai Bapak
Antropologi Indonesia sudah mengingatkan kita jauh hari tentang
pentingnya pembangunan karakter bangsa.
Di era globalisasi ini seorang individu harus mampu mengikuti
perkembangan zaman. Generasi muda dapat berperan menghadapi
segala macam persaingan di era globalisasi, yang semakin ketat
sekarang ini. Hendak ke mana generasi muda Indonesia ini dibawa?
Sebuah pertanyaan yang harus segera dicari jawabannya. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang pembangunan
karakter individu di era globalisasi.

1. Tantangan Globalisasi
Globalisasi sesungguhnya sudah lama terjadi, yakni sejak
abad 19, yaitu sejak adanya kontak dagang kerajaan-kerajaan di
kepulauan Nusantara dengan para pedagang Eropa yang berujung
pada penjajahan. Kemudian tingkat dan skala globalisasi juga kian
pesat seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi
serta kemenangan kekuatan kapitalis atas kekuatan sosialis/
komunis. Menilai negative, karena ketimpangan penguasaan sumber
daya (terutama modal) serta kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi berpotensi untuk menguntungkan negara kuat dan
merugikan negara lemah.
Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di
bidang komunikasi dunia. Ada pula yang mendefinisikan globalisasi
sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi

250 Dr. Mulyaningsih, [Link]


informasi.
Ketua DPR RI Agung Laksono berpendapat bahwa globalisasi
sebenarnya netral, tergantung bagaimana kita mengartikannya.
Ada yang menilai globalisasi sebagai sesuatu yang positif karena
memberikan peluang dan kesempatan yang sama kepada siapapun
untuk bermain secara global. Namun ada pula yang menilai negatif,
karena ketimpangan penguasaan sumber daya (terutama modal)
serta kemajuan teknologi informasi dan komunikasi berpotensi
untuk menguntungkan negara kuat dan merugikan negara lemah.
Gelombang globalisasi memasuki Dunia Ketiga tanpa mampu
dibendung. Pasar bebas menjadi keniscayaan yang setiap saat bisa
membinasakan siapapun yang tak mampu bertahan. Bagi masyarakat
Dunia Ketiga, di manapun, ancaman itu kini bermetamorfosis menjadi
badai garang yang siap menerkam. Tanpa kecuali.
Para petani akan terhisap tenaganya melalui perampasan nilai
lebih yang semestinya dinikmati. Pada Dunia Ketiga akan mengulangi
bentuk-bentuk kekejaman kapitalisme abad pertengahan. Di lain
pihak, dahsyatnya industrialisasi pada Dunia Ketiga akan mengulangi
bentuk-bentuk kekejaman kapitalisme abad pertengahan. Di mana
kaum buruh dieksploitasi melalui cara-cara yang jauh di bawah
standar kemanusiaan. Kejahatan menjadi ciri utama, dari bentuknya
yang paling sederhana hingga dalam wujudnya yang tersamar dan
berlindung di balik gagasan mengenai pembangunan. Aksi-reaksi
berakhir di ujung puncaknya berupa kekerasan dan kegagalan
menjawab berbagai soal kemiskinan dan kemanusiaan (Andrinof A.
Chaniago: 2001).
Dengan segala keterbatasan, tentu saja dibutuhkan sebuah
strategi pembangunan yang matang. Utamanya menyangkut peran
dan fungsi negara dalam menyelamatkan kepentingan nasional.
Satu di antaranya sebagaimana dirumuskan melalui postulat
ideologis, yaitu asas kekeluargaan. Dan tentunya, siasat menyikapi

Pembangunan Ekonomi 251


pihak asing dan kapitalisme transnasional, serta pelbagai implikasi
ketergantungan yang sangat mungkin ditimbulkan dari hubungan
yang tak seimbang.

2. Pengertian Globalisasi
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan
orang dengan globalisasi:
a. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya
hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara
tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun
menjadi semakin tergantung satu sama lain.
b. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin
diturunkan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor
impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
c. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin
tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia.
Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh
dunia.
d. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari
universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya
dari barat sehingga mengglobal.
e. Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini
berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi
pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status
ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki
status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara.

3. Pengertian Karakter
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan.
Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem
keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang

252 Dr. Mulyaningsih, [Link]


individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang
itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu
tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai
suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena
sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat
disebut dengan kebiasaan.
Beberapa patah kalimat perihal karakter yang tertuang dalam
buku Koentjaraningat, yang masih sangat relevan sebagai bahan
perenungan. Karakter tersebut merupakan gambaran mentalitas
generasi muda saat ini, yaitu :
1) Mentalitas yang meremehkan mutu.
2) Mentalitas suka menerabas.
3) Sifat tidak percaya kepada diri sendiri.
4) Sifat tidak berdisiplin murni.
5) Sifat tidak bertanggung jawab.

4. Karakteristik Individu
Marslow dan Gidson (1996:181) menggambarkan karakteristik
individu yang didefinisikan sebagai orang yang beraktualisasi diri.
a. Kemampuan mempersepsi orang dan kejadian-kejadian dengan
akurat.
b. Kemampuan melepas diri sendiri dari kekalutan malu.
c. Orientasi masalah tugas.
d. Kemampuan untuk memperoleh kepuasan pribadi dari
pengembangan pribadi dalam melakukan sesuatu hal yang
berharga.
e. Kapasitas untuk mencintai dan menjalani kehidupan dengan
cara yang sangat mendalam.
f. Ketertarikan pada tujuan apa yang mereka sedang kerjakan

Pembangunan Ekonomi 253


g. Kreativitas yang tinggi dalam bekerja.

Setiap orang mempunyai pandangan, tujuan, kebutuhan dan


kemampuan yang berbeda satu sama lain. Karakteristik individu
dalam penulisan ini yaitu sikap.
a. Nilai
Menurut Woods, Nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum
yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Norma
Norma merupakan aturan-aturan dengan sanksi-sanksi yang
dimaksudkan untuk mendorong bahkan menekan orang perorangan,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai
nilai-nilai sosial.
c. Sikap (attitude)
Menurut Robbins (2003) sikap adalah pernyataan evaluatif-baik
yang menguntungkan atau tidak menguntungkan-mengenai objek,
orang, atau peristiwa. Dalam penelitian ini sikap akan difokuskan
bagaimana seseorang merasakan atas pekerjaan, kelompok kerja,
penyedia dan organisasi.
d. Perilaku
Menurut Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. Perilaku adalah sebuah
gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik
sepeda, dan mengendarai motor atau mobil.

5. Faktor-Faktor Pembentukan Karakter


Menurut Roucek dan Warren menyatakan bahwa ada tiga faktor
yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter seorang individu,
yaitu:
a. Faktor biologis atau fisik, contohnya seorang yang mempunyai
cacat fisik atau penampilannya kurang ideal, akan rendah

254 Dr. Mulyaningsih, [Link]


diri, pemalu, sukar bergaul, dan sebagainya sehingga akan
mempengaruhi pembentukan karakternya.
b. Faktor psikologis atau kejiwaan. Factor psikologis yang dapat
mempengaruhi pembentukan karakter seorang individu antara
lain unsure temperamen seperti agresivitas, pemarah, pemalu,
hasrat atau keinginan, dan sebagainya. Selain itu keterampilan
dan kemampuan belajar juga dapat mempengaruhi karakter
seseorang.
c. Faktor sosiologis atau lingkungan, yaitu faktor yang membentuk
karakter seseorang menjadi sesuai dengan perilaku atau karakter
kelompok atau lingkungan masyarakatnya. Contohnya, orang
yang lahir di daerah pedesaan cenderung memiliki karakter
yang ramah, memiliki solidaritas dan kolektivitas yang tinggi,
serta keterikatan dengan lingkungan alam yang kuat. Sebaliknya,
orang yang dilahirkan di daerah perkotaan cenderung memiliki
karakter masyarakat kota yang lebih individualitas, rasa
solidaritas dan kolektivitas yang kurang, dan sebagainya.

Koentjaraningrat menganalisis bahwa pembentukan karakter


seorang individu dipengaruhi oleh unsur-unsur berikut ini :
a. Unsur pengetahuan, yaitu unsur yang bersumber dari pola
pikir yang rasional. Bentuknya dapat berupa gambaran atau
pandangan diri (persepsi) seorang individu tentang sesuatu
hal, atau pengamatan terhadap suatu hal secara intensif dan
terfokus, serta kreativitas untuk mengemukakan pendapat
(konsep). Keseluruhan persepsi, pengamatan, dan konsep
tersebut merupakan unsure-unsur pengetahuan yang dapat
mempengaruhi karakter seorang individu.
b. Unsur perasaan, baik yang bersifat positif maupun negative
terhadap suatu hal atau keadaan yang terjadi. Contohnya, bila
terjadi penurunan produksi hasil pertanian, maka bagi para

Pembangunan Ekonomi 255


penimbun dianggap sebagai pertanda baik (positif) untuk
mencari keuntungan, sedangkan bagi para konsumen dianggap
sebagai pertanda buruk (negatif) karena akan menimbulkan
kenaikan harga produk-produk pertanian.
c. Unsur naluri atau dorongan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
hidup baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Naluri
atau dorongan semacam ini tidak semata-mata bersumber dari
pengetahuan atau akal pikiran seorang individu, tetapi sudah
terkandung secara kodrati. Contohnya, naluri untuk memenuhi
kebutuhan pokok akan makanan dan minuman, naluri untuk
memenuhi rasa aman dan damai.
d. Soerjono Soekanto seorang ahli sosiologi dari Indonesia juga
mengemukakan bahwa secara sosiologis proses terbentuknya
karakter seorang individu diperoleh melalui proses sosialisasi.
Proses ini dimulai sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya.
Melalui proses sosialisasi ini seorang individu mendapatkan
pembentukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan perilaku
kelompoknya atau masyarakatnya.

6. Media Penunjang Pembangunan Karakter


a. Keluarga
Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi.
Begitu seorang bayi dilahirkan, ia sudah berhubungan dengan
kedua orangtuanya, kakak-kakaknya, dan mungkin dengan saudara-
saudara dekatnya yang lain. Peran orangtua lebih dominan memberi
perhatian kepada anak.
b. Pendidikan
Wahana pendidikan seperti tim pengajar dalam artian guru
dilaksanakan secara terintegrasi. Pada pendidikan tingkat dasar,
peran guru sangat besar dan bahkan dominant untuk mempengaruhi
dan membentuk pola perilaku anak didik. Peran guru dalam

256 Dr. Mulyaningsih, [Link]


memberi motivasi dan mendorong keberhasilan studi anak sangat
besar. Hal itu akan berpengaruh pada tahap pendidikan selanjutnya.
Para guru sebagai wakil orang tua tidak hanya bertugas memberikan
pengajaran tetapi juga bimbingan karier kepada para peserta didik.
Anak dituntut untuk dapat menetapkan sendiri pilihan ke masa
depan sesuai bakat dan kemampuannya.
c. Masyarakat
Pembentukan kepribadian dan wahana pengenalan serta
pengimplementasian dari nilai dan norma.
d. Pemerintah
Sebuah wahana yang dapat memberi keteladanan pada
masyarakat oleh para pelaksana fungsi pemerintahan.
e. Media massa
Media massa yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah)
maupun elektronik (radio, televise, dan film), merupakan alat
komunikasi yang dapat menjangkau masyarakat secara luas. Media
massa diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh
pula terhadap perilaku khalayaknya.

Ekonomi Rakyat dan Kemandirian


Semenjak gelombang krisis menerpa Indonesia, kegamangan
menghinggapi seluruh lini kebijakan publik yang ditelurkan
pemerintah. Tanda-tanda mengkhawatirkan menyergap dalam
bentuk enggannya sebagian besar investor asing menanamkan
modal di Indonesia. Termasuk juga di dalamnya bantuan setengah
hati dari lembaga-lembaga donor seperti IMF maupun World
Bank, yang memberi kesan kuat terjadinya boikot diam-diam dari
masyarakat internasional (international community), khususnya
Amerika, terhadap pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Habibie
terdahulu. Ekonomi Indonesia diilustrasikan oleh Hal Hill sebagai the
strange and sudden death of a tiger, harimau yang semula kuat namun

Pembangunan Ekonomi 257


akhirnya mati secara mengejutkan.
Dampaknya yang paling terasa dihadapi oleh dunia industri yang
banyak memanfaatkan komponen asing dalam pengelolaannya. Roda
industri relatif macet dan bahkan berhenti total. Ada banyak pabrik
berhenti beroperasi akibat pailit dan terhentinya bantuan lunak serta
proteksi yang sebelumnya biasa diterima.
Bagi hampir sebagian besar Dunia Ketiga, industrialisasi
memang menjadi persoalan yang tak pernah berujung untuk dibahas.
Berbagai teori lahir dan berkembang untuk menjawab berbagai soal
kemiskinan, pengangguran, kebebasan, dan soal-soal kemanusiaan
lainnya. Belum lagi anak-anak yang harus menjadi korban dari
kerasnya—untuk tidak mengatakan jahatnya—pembangunan.
Padahal di pundak merekalah negeri ini pastinya akan diwariskan.
Dalam kegelisahan semacam itu, ada sejumlah fenomena yang
justru menarik untuk dicermati. Yaitu, ketika roda perekonomian
yang terpuruk dalam banyak pandangan analis ekonomi justru tidak
terlalu memberikan dampak yang begitu berarti di sejumlah kawasan.
Atau setidak-tidaknya, roda perekonomian berjalan tidak sepesimis
prediksi sejumlah ekonom yang menggunakan pendekatan makro-
deduktif. Yang tak jarang sampai pada kesimpulan yang terkesan
dangkal, terburu-buru, dan terlampau berani.
Pada kenyataannya, globalisasi dan liberasi perdagangan di era
sekarang adalah keniscayaan yang tak bisa dihindari, di samping
memang sama sekali tidak bijak untuk menolaknya. Indonesia, dan
negara-negara Dunia Ketiga lainnya, tak bisa menghindari diri dari
kenyataan tersebut.
Untuk itu, sebuah strategi yang matang menghadapi persaingan
pasar bebas mutlak diperlukan. Sebab bila tidak, Indonesia akan terus
diterpa badai krisis panjang yang mengimplikasikan kebangkrutan
Indonesia sebagai sebuah negara.

258 Dr. Mulyaningsih, [Link]


15. Cara menghadapi tantangan Globalisasi
a. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia
Globalisasi merupakan sebuah realita yang mau tak mau harus
dihadapi bila bangsa Indonesia ingin tetap hidup sebagai bangsa
yang berdaulat di dunia.
Cara untuk menghadapi dampak globalisasi yaitu dengan
mempersiapkan diri sebaik-baiknya melalui pendidikan. Melalui
pendidikan yang optimal, bangsa Indonesia dapat menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sehingga dapat bersaing di kancah dunia
Internasional.
b. Meningkatkan Kualitas Nilai Keimanan dan Moralitas Masyarakat
Globalisasi membuat budaya antar bangsa saling mempengaruhi.
Karenanya keberadaan nilai-nilai keimanan dan moralitas menjadi
sangat penting. Sebab nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat
penting. Sebab nilai-nilai keimanan dan moralitas itulah yang mampu
mengatasi dampak negatif dari globalisasi.
Sebagai kaum Muslim, kita hendaknya menanamkan nilai-nilai
Islam di kehidupan sehari-hari. Kita hendaknya menjalankan syariat
Islam. Mengetahui mana yang halal dan haram. Sehingga kita dapat
memilah-milah pengaruh dari luar.
Moralitas bangsa juga harus ditingkatkan. Di dalam era
globalisasi ini, moralitas bangsa cenderung menurun kualitasnya.
Ini tidak lepas dari tanggung jawab orang tua, guru, dan pemerintah.
Salah satu solusinya adalah melaksanakan pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
c. Mendorong dan Mendukung Upaya Pemerintah Indonesia untuk
Memperjuangkan Keadilan Antarbangsa
Salah satu dampak globalisasi adalah saling berkaitannya antara
satu negara dengan negara lainnya. Baik dalam bentuk kerjasama
ataupun persaingan global.
d. Pemerintah Indonesia harus berupaya sekuat tenaga untuk

Pembangunan Ekonomi 259


memperjuangkan keadilan dan keseimbangan antarbangsa.
Upaya pemerintah tersebut harus selalu didorong dan didukung
oleh setiap warga negaranya.
e. Sebagaimana yang kita ketahui, Indonesia merupakan 1 diantara 2
negara yang memberikan permohonan agar Israel menghentikan
serangan ke Jalur Gaza. Ini membuktikan kepedulian bangsa kita
terhadap perdamaian dan peradilan antarbangsa. Maka sebagai
warga negara, hendaknya kita mendukung upaya pemerintah.
f. Mendorong dan Mendukung Upaya Pemerintah Indonesia Untuk
Mendesak Negara Maju Agar Memberikan Dana Perbaikan
Lingkungan Hidup
Negara maju sangat diuntungkan dengan adanya globalisasi,
sebab negara maju banyak yang memiliki perusahaan transnasional.
Perusahaan tersebut biasanya berdiri di berbagai negara terutama di
negara berkembang, termasuk di Indonesia.
Aktivitas perusahaan tersebut membuat lingkungan hidup
menjadi rusak oleh pencemaran limbah atau asap pabriknya. Oleh
sebab itu, sudah sepantasnyalah negara-negara maju menyisihkan
uang guna mendanai upaya-upaya perbaikan dan pelestarian
lingkungan hidup.
Tindakan ini sangat pantas diambil oleh Indonesia, karena
buktinya banyak sekali hutan yang dijadikan perindustrian. Lahan
hijau pun semakin sulit ditemukan di daerah perindustrian. Untuk
memulihkan keadaan, Indonesia butuh dana dari perusahaan asing
tersebut.
g. Meningkatkan Jiwa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan
Nasionalisme
Adanya globalisasi menjadi suatu tantangan yang berat bagi negara
berkembang yang belum maju dan kuat. Negara yang masyarakatnya
tidak mempunyai jiwa dan semangat persatuan, kesatuan dan
nasionalisme yang kuat akan dengan mudah dipermainkan oleh

260 Dr. Mulyaningsih, [Link]


negara-negara maju. Oleh karena itu, semangat dan jiwa persatuan,
kesatuan dan nasionalisme harus terus ditingkatkan oleh seluruh
rakyat Indonesia.
Bila jiwa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme
telah tertanam dengan kuat pada setiap warga negara Indonesia
tidak akan mudah dipermainkan oleh negara-negara yang kuat dan
maju.
h. Melestarikan Kebudayaan dan Adat Istiadat Daerah
Globalisasi membuat budaya luar dapat dengan mudah kita
ketahui. Pengetahuan akan budaya luar terkadang membuat
masyarakat lebih menyukainya daripada budaya daerah sendiri.
Menyukai kebudayaan luar adalah hal yang wajar. Namun kita
harus tetap melestarikan kebudayaan kita sendiri. Jangan sampai
kebudayaan kita punah begitu saja seiring dengan waktu. Apalagi
kebudayaan itu seenaknya saja diambil oleh bangsa lain. Betapa
malunya kita?
Walaupun zaman kini telah serba modern, kita harus tetap
berpegang teguh kepada adat istiadat. Apalagi kita sebagai
masyarakat Minangkabau, dimana “adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah, syarak mangato, adat mamakai”.
i. Menjaga Keasrian Objek Wisata dalam Negeri
Salah satu ciri-ciri globalisasi adalah perjalanan dan
perlancongan antarbangsa yang semakin meningkat. Indonesia
sebagai negara yang kaya akan objek-objek wisata yang indah
hendaknya memanfaatkannya dengan seoptimal mungkin. Salah satu
usaha adalah menjaga keasrian objek wisata tersebut.
Sebenarnya selain Bali, banyak lagi pulau-pulau di Indonesia
yang memiliki tempat yang sangat indah untuk dikunjungi. Namun
banyak lokasi yang tidak terjaga keasriannya sehingga tidak menarik
untuk dikunjungi. Maka seharusnya masyarakat selalu menjaga
keasrian objek wisata di daerah masing-masing.

Pembangunan Ekonomi 261


j. Cara-cara menjaga keasrian objek wisata dalam negeri seperti
tidak membuang sampah sembarangan, tidak mencoret-mencoret
tembok, melakukan penghijauan di sekitar pegunungan, tidak
membuang sampah ke sungai yang nantinya bermuara ke laut,
melestarikan terumbu karang, dan sebagainya.

16. Dampak globalisasi terhadap pembentukan karakter


individu
Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya Modernisasi dan Globalisasi dalam Budaya Menyebab-
kan Pergeseran Nilai dan Sikap Masyarakat yang Semua Irasional
Menjadi Rasional.
b. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dengan Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Masyarakat Menjadi Lebih Mudah dalam Beraktivitas dan Mendorong
untuk Berpikir Lebih Maju.
c. Tingkat Kehidupan yang Lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan
transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi
pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dampak Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang
kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah
tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk

262 Dr. Mulyaningsih, [Link]


sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di
Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah
anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan
lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa
individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka
akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain
yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.

Bangsa yang maju dan jaya tidak semata-mata disebabkan oleh


kompetensi, teknologi canggih ataupun kekayaan alamnya, tetapi
utama dan terutama karena dorongan semangat dan karakter
bangsanya. Peran karakter bagi diri seorang manusia adalah ibarat
kemudi bagi sebuah kapal. Karakter adalah kemudi hidup yang akan
menentukan arah yang benar bahtera kehidupan seorang manusia.
Bangsa Indonesia telah membuktikan kebenaran bahwa
bangsa maju dan jaya karena dorongan semangat dan karakter
bangsanya, maupun kebenaran kata bijak yang mengatakan
bahwa karakter adalah kemudi hidup dengan apa yang kita lihat ;
1908 menjadi Hari Kebangkitan Nasional, 1928 menjadi Hari Sumpah
Pemuda,1945 Proklamasi Kemerdekaan.
Padahal, founding fathers kita yang pada waktu itu adalah pemuda,
yang hidup di dalam negeri yang dijajah, dapat melakukan semua itu
karena modalnya adalah dorongan semangat dan dimilikinya jati diri dan
karakter yang ditempa dalam masa penjajahan.
Mengacu pada tata nilai yang kita pakai yang mengatakan
bahwa when character is lost everything is lost, maka dari uraian
di atas yang dapat kita simpulkan bahwa: bangsa yang didorong

Pembangunan Ekonomi 263


oleh karakter bangsanya akan menjadi bangsa yang maju dan jaya,
sedangkan bangsa yang kehilangan karakter bangsanya maka bangsa
ini akan sirna dari muka bumi.
Menghadapi era globalisasi, karakter generasi muda harus lebih
meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikap menghormati,
dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita itu
harus memiliki sifat menghargai mutu, memiliki kesabaran untuk
meniti usaha dari awal, adanya rasa percaya diri, memiliki sikap
disiplin waktu bekerja, serta memiliki sifat mengutamakan tanggung
jawab
Membangun karakter bangsa harus secara nyata dan realistis.
Yaitu membangun keunggulan dan daya saing, serta penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena yang dibutuhkan bangsa ini
bukan Sumber Daya Alamnya melainkan Sumber Daya Manusianya
itu sendiri, karena Sumber Daya Alam yang tersedia sungguh begitu
melimpahnya di bumi pertiwi ini.

264 Dr. Mulyaningsih, [Link]


DAFTAR PUSTAKA

Budiman, A (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta:


Gramedia
Jakarta:Gramedia
Bintoro Tjokroamidjojo,(1974).Pengantar Administrasi
Pembangunan, Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta Barat,
F.W. Riggs, Administrasi Pembangunan, Batas-Batas, Strategi
Pembangunan Kebijakan dan Pembeharuan Administrasi, CV.
Rajawali, Jakarta, 1986.
Kartono, Kartini. 2007. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rohman, Taufiq. 2005. Sosiologi. Jakarta: Yudhistira.
Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Sondang P. Siagian,(1978) Administrasi Pembangunan, PT. Gunung
Agung, Jakarta
Edisi: 12 Jan 07  Halaman: OPINI
[Link]
[Link]
[Link]
akter+menurut+para+ahli&aq=f&aqi=g10&aql=&oq=&gs_
rfai=&fp=a86637e519b879be
[Link]
[Link]

Pembangunan Ekonomi 265


[Link]
[Link]
htm
[Link]
pembangunan-ekonomi-di-Indonesia-dapat-diwujudkan-
melalui-peningkatan-investasi-dan-perluasan-pasar/
[Link]
[Link]
pembangunan
Materi Kuliah Teori dan Isu Pembangunan dari Prof. Dr. Hj. Ummu
Salamah, MS;
Publikasi Statistik 70 tahun Indonesia Merdeka dari Badan Pusat
Statistik;
Publikasi Statistik Indonesia 2015 dari Badan Pusat Statistik;
Publikasi Neraca Arus Dana Indonesia 2004-2009 dari Badan Pusat
Statistik;
Publikasi Neraca Arus Dana Indonesia 2008-2013 dari Badan Pusat
Statistik;
Publikasi Produk Domestik Bruto Indonesia Menurut Pengeluaran
2010-2014 dari Badan Pusat Statistik;
Artikel Teori Pembangunan Masyarakat dari [Link]
[Link]/kompas-cetak/0502/14/opini/[Link];
Artikel Pembangunan Indonesia Masa Kini dari Rochmat Aldy
Purnomo ([Link]);
Artikel Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi dari www.
[Link];
Dari artikel-artikel lainnya yang langsung dibaca di internet http://
[Link]/lang/id/archives/774
[Link]
[Link]
[Link]

266 Dr. Mulyaningsih, [Link]


[Link]
Indonesia/bab2-perkembangan_strategi_dan_perencanaan_
pembangunan_ekonomi_Indonesia.pdf
[Link]
strategi-dan-perencanaan-pembangunan-eko nomi-
Indonesia/
[Link]
Indonesia/bab2-perkembangan_strategi_dan_perencanaan_
pembangunan_ekonomi_Indonesia.pdf
[Link]
minapolitan-strategi-pemerataan-pembangunan-banten/
[Link]
perkembangan-strategi-dan-perencanaan-pembangunan-
ekonomi-Indonesia/
[Link]
[Link]
Indonesia/bab2-perkembangan_strategi_dan_perencanaan_
pembangunan_ekonomi_Indonesia.pdf

Pembangunan Ekonomi 267


DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincoln. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. STIE


YKPN Yogyakarta.
Arsyad, Lincolin (1991). Ikhtisar teori dan Soal Jawab Ekonomi
Mikro, Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Alkadri, 1999. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,
Jurnal Pusat Studi Indonesia, Universitas Terbuka.
Adam Smith, Teori Pertumbuhan Ekonomi Perencanaan dan
Pembangunan. PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.
Arifin, 2003. Keterkaitan Antara Kebijakan Fiscal dengan
Pertumbuhan Ekonomi Suatu Daerah. Jurnal Ekonomi. Jakarta.
Arthur, Lewis. Teori Pertumbuhan Ekonomi. PT. raja grafindo pustaka.
Jakarta.
Boediono, 1982. Pengertian Sederhana Mengenai Investasi. Jurnal
Ekonomi. Jakarta. Boediono,1999. Teori Pertumbuhan
Ekonomi, Yogyakarta: BPFE. Deliarnov, 2003, Perkembangan
Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Boediono, 2002, Ekonomi Mikro : Seri Sinopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi No.1, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.
Basuki, 1997. Kajian Mengenai Pengaruh Penanaman Modal Asing
Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Tabungan
Domestik Indonesia Tahun 1969-1994. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia Vol.12,2,50-65, Universitas Gajah Mada, 1997.
Becker, Gary. S. 1993. Human Capital. The University Chicago Press.
Budiman 1982 dalam Endi suandi hamid 2003, Definisi

268 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Investasi Secara Sederhana. Jakarta.
David, Richardo 2008. Teori Pertumbuhan Klasik. PT. Raja grafindo
pustaka. Jakarta.
David, Richardo 1926. The Principles of Political Economy and
Taxation. JM Dent & Sons, London.
David, Richardo, 2008. Teori Pertumbuhan Klasik. PT. Raja grafindo
pustaka. Jakarta. Deliarnov, 1995. Pengantar Ekonomi Makro.
Jakarta : III Press.
Dumairy, 1996. Pengertian Investasi. Ekonomi perencanaan dan
pembangunan. PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.
Dumairy (1996), Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Djoyohadikusumo, dalam Inna 2000. Pertumbuhan Ekonomi
Dalam Peningkatan Produksi. Jurnal Ekonomi. Jakarta.
Dornbush, Fischer dalam Sinardhin Thahir, 2002. Definisi dan
Pengertian Investasi. Jakarta. Gerald M Meier 1985; alih
bahasa oleh Sahat Simamora. Ekonomi Pembangunan Negara
Berkembang : Teori dan Kebijaksanaan, Jakarta : Bina Aksara.
Gerald M Meier, Robert E. Baldwin 1972; alih bahasa oleh P. Sihotang.
Pembangunan Ekonomi, Jakarta : Bhratara.
Gujarati, Damodar. 1995. Basic [Link] Edition. McGraw
Hill International Editions.
Gunadi Brata, Aloysius.2004. Analisis Hubungan Imbal Balik Antara
Pembangunan Manusia dan Kinerja Ekonomi Daerah [Link]
di Indonesia. Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Gunadi, 2004. Dampak dari Cara Pemerintah Dalam Membiayai
Pengeluarannya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal
Ekonomi.
Galenson, Leibenstein, 1958. Kriteria penginvestasian. Jurnal
Ekonomi. Jakarta.
Grossman, G.M. dan E. Helpman. 1993. Innovation and Growth in

Pembangunan Ekonomi 269


the Global Economy, Cambridge. the MIT Press. Halim, 2003.
Pembagian Kriteria Investasi. Jurnal Makro Ekonomi. Jakarta.
Harrord, Domar, dalam Jhingan . 1975. Teori Model-Model
Pertumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.
Harrord, Domar, 1957. Model Pertumbuhan Ekonomi. PT. Raja
Grafindo Pustaka. Jakarta. Herlan, Firmansyah, (2004).
Analisis Akselerasi Pendapatan Nasional Terhadap Investasi
Asing di Indonesia Periode 1985-2002. Skripsi Pendidikan
Ekonomi dan Koperasi FPIPS UPI Bandung. Idris, 2004. Konsep
Pembangunan dan Pertumbuhan. Jurnal Makro Ekonomi.
Jhingan, 1996. Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Rajawali
press. Jogjakarta. Jhingan, 2000. Tujuan pokok pembangunan
ekonomi. Jurnal Makro Ekonomi Jakarta.
Jhingan, dalam Sinardhin Thahir, 2002 . Definisi dari penanaman
modal asing. Jurnal Makro Ekonomi. Jakarta.
Khuznets, dalam Jhingan, 1994. Pertumbuhan Ekonomi Sebagai
Kenaikan Jangka Panjang. Jurnal Ekonomi. Jakarta.
Kuncoro, Mudrajat., 1997. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah
dan Kebijakan. UPP AMP YKPN Yogyakarta.
Kunarjo, dalam Hasanuddin 2003. Pentingnya Investasi Dalam
Upaya Pertumbuhan. Jurnal Ekonomi. Jakarta. Kunarjo, 2000.
Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan, Jakarta, UI Press.
Mankiw, [Link], [Link] Makro [Link].4, Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Mankiw, 2000. Perbedaan Macam Investasi. Ekonomi Perencanaan
Pembangunan. PT. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2003. “Teori Makro Ekonomi”. Edisi Keempat.
Terjemahan. Jakarta : Penerbit Airlangga. Meier, 1985. Investasi
Swasta Asing. Jurnal Ekonomi. Jakarta. Paul M.
Romer The Journal of Economic Perspectives Vol. 8, No. 1 (Winter,
1994), pp. 3-22.

270 Dr. Mulyaningsih, [Link]


Robbert, Sollow, 1995. Teori Pertumbuhan Neo Klasik. PT. Raja
Grafindo Pustaka. Jakarta. Romer, Paul M., 1990. Endogeneus
Technological Change. Journal Of Political Economy. Rostow
dan Musgrave, 1996. Pembangunan Ekonomi. Ekonomi
Perencanaan Pembangunan. PT. Raja Grafindo Pustaka, Jakarta.
Ranis, Gustav. et. al. 2000. Economic Growth and Human
Development. World Development Vol.28,No.2,pp.197-219.
Samuelson, 1986. Definisi Investasi. Teori Makro Ekonomi Ed.5,
Jakarta: Penerbit Erlangga. Samuelson, Paul A. Nordhaus,
William D. (1999) Mikro Ekonomi: Jakarta : Erlangga.
Schumpeter, dalam Fatimah, 2004. PDRB Dalam Rangka
Peningkatan Penerimaan Negara. Jurnal Ekonomi. Jakarta.
Sukirno, 1982 . Definisi dari Pembentukan Modal dan Investasi. PT.
Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.
Sukirno, dalam Sinardhin Thahir, 2002. Pertambahan Jumlah Barang
dan Modal. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan PT. Raja
Grafindo Pustaka. Jakarta.
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kerja.
Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.
Simanjuntak Payaman J, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya
Manusia, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Susanti, Hera, Moh. Ikhsan, dan Widyanti, 2000. Indikator-Indikator
Makroekonomi ed. 2. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan
Pendekatan. Penerbit Salemba Empat Edisi Pertama, 2000.
Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.
Penerbit Erlangga Edisi Kedelapan, 2004.
Todaro, Michael, P. Dan Stephen C. Smith, 2006, Pembangunan
Ekonomi. Edisi Kesembilan, Jakarta : Erlangga.
Todaro, Michael, P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.

Pembangunan Ekonomi 271


Edisi Ketujuh diterjemahkan oleh Haris Munandar. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Todaro, 1999. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Suatu Daerah. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan PT.
Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.
Yuliarmi, Nyoman. 2008. Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga,
Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB
Propinsi Bali ; Bulletin Studi Ekonomi Vo.13 No.2 Tahun 2008,
Universitas Udayana Denpasar.
Wibisono, Yusuf. 2005. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi
Regional : Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia, 1984-
2000. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.02, Universitas
Gajah Mada, 2005.

272 Dr. Mulyaningsih, [Link]

Anda mungkin juga menyukai