Pangkalan Bun (kota)
Pangkalan Bun | |
---|---|
Julukan: Kota Manis | |
Motto: Kota Manis (Minat, Aman, Nikmat, Indah dan Segar) | |
Lokasi Pangkalan Bun (kota) di Kalimantan Tengah | |
Koordinat: 2°40′36″S 111°37′54″E / 2.676576°S 111.631678°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Kalimantan Tengah |
Kabupaten | Kotawaringin Barat |
Kecamatan | Arut Selatan |
Kelurahan | Baru Madurejo Mendawai Mendawai Seberang Raja Raja Seberang Sidorejo |
Luas | |
• Total | 238,46[2] km2 (92,07 sq mi) |
Populasi (2023) | |
• Total | 105.514[1] |
• Kepadatan | 196,2/km2 (5,080/sq mi) |
Zona waktu | UTC+7 (Waktu Indonesia Barat) |
Kode pos | |
Kode area telepon | +62 532 |
Pangkalan Bun (disingkat: PBUN[3]) adalah ibu kota Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Pangkalan Bun merupakan bagian dari Kecamatan Arut Selatan dan aglomerasi dari beberapa wilayah kelurahan, terutama Kelurahan Mendawai, Kelurahan Raja, Kelurahan Madurejo, Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Mendawai Seberang, Kelurahan Baru dan Kelurahan Raja Seberang.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Menurut perkembangannya, Pangkalan Bun sebelumnya dikenal sebagai Sukabumi Pongkalanbu'un dan merupakan pelabuhan ("pangkalan") di tepi Sungai Buun (sekarang dekat Pasar Indra Sari). Awal mula nama Pangkalan Bun adalah Sukabumi Pongkalan Bu'un yang diberikan oleh Sultan Imanudin yang saat itu memerintah dan memindahkan ibu kota pemerintahan dari Kotawaringin Lama. Nama Pongkalan Bu'un sendiri diucapkan oleh raja sebagai bentuk penghormatan kepada seorang penduduk setempat yang bernama Bu'un yang telah berjasa untuk kesultanan kotawaringin. Kota Pangkalan Bun didirikan pada tanggal 9 Jumadil awwal 1221 H atau 25 Juli 1806 Masehi, bertepatan pada saat hari penancapan Tiang Sangga Benua. Kota ini merupakan tempat kedudukan Pangeran Ratu (raja) Kerajaan Kotawaringin, setelah istana di Kotawaringin Lama ditinggalkan pada tahun 1814. Istana di Pangkalan Bun biasa dikenal sebagai Istana Kuning. Pangeran Ratu (raja) Kerajaan Kotawaringin kedudukannya sejajar dengan Sultan Muda/Pangeran Mahkota di Kesultanan Banjar namun levelnya satu tingkat di bawah dari Sultan Banjar.
Transportasi
[sunting | sunting sumber]Pada perkembangan modern ini, Pangkalan Bun telah menjadi hub bagi berbagai perusahaan perkebunan dan silvikultur yang banyak memiliki lahan usaha di sekitar kota ini.
Hubungan darat yang melalui kota ini adalah Jalan Trans Kalimantan, sehingga Pangkalan Bun telah terhubung ke Sampit, Ketapang, dan Kota Pontianak. Akses laut bisa dilalui dengan pelabuhan di Pelabuhan Panglima Utar Kumai yang melayani jurusan Semarang dan Surabaya. Bandara Iskandar menjadi gerbang akses udara yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta, Semarang, Surabaya, Solo, Ketapang, Sampit, Palangkaraya, Pontianak, Banjarmasin, dan Balikpapan. Per tahun 2012 ada empat perusahaan penerbangan yang melayani rute-rute ini.
Wisata
[sunting | sunting sumber]1. Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP). Birute Galdikas orangutan.
2. Kampung Sega,Mendawai
3. Pantai Kubu
4. Talok Bogam
5. Danau Gatal
6. Arut Riverside
7. Istana Kuning
Kuliner
[sunting | sunting sumber]- Coto menggala, yaitu sejenis sup yang bahan utamanya adalah singkong atau ubi jalar. Kaldunya dari daging ayam juga memakai kikil untuk pengentalnya.
- Tempuyak, yaitu hasil fermentasi dari buah durian.
- Wadai Ilat Sapi, kue berbahan dasar Tepung terigu, gula merah, baking soda dan minyak goreng Berbentuk oval, berwarna kecoklatan.
- Sambal Lucung, sambal dari bahan Bunga Lucung atau Kecombrang.
- Harang Kadra, Yaitu Kopi tumbuk khas Kampung Raja.
- Kerupuk Basa yaitu kerupuk yang belum dipotong tipis dan dijemur, kerupuk basah biasanya dibakar dulu lalu dicocolkan ke sambal.
- Keropok Ikan dan Amplang ikan olahan berbahan dasar ikan dari sungai.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023".
- ^ Arut Selatan dalam Angka Tahun 2021. Diakses tanggal 12 Agustus 2022. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotawaringin Barat
- ^ http://ftp.paudni.kemdiknas.go.id/paudni/2011/06/SNI_7657-2010_Singkatan_Nama_Kota.pdf[pranala nonaktif permanen]